9. Luka Lara

14 3 1
                                    

Kini Lara sedang berada di balkon kamarnya. Ia masih bingung, apa benar dirinya sudah menjalin hubungan dengan seorang Aluka George Danendra? Ah rasanya tidak mungkin. Ia mengambil Gitar kecilnya, lalu bersenandung memainkan alunan nada.

Menurutmu,
berapa lama lagi kau kan mencitaiku?
Menurutmu,
Apa yang bisa terjadi dalam sewindu?
Bukan apa,
Hanya bersiap tak ada yang tahu aku takut.
Tak pernah,
Ada yang lama menungguku sejak dulu
Yang terjadi, sebelumnya
Semua orang takut padaku

Memang, tidak mudah
Mencintai diri ini
Namun, aku berjanji
Akan mereda seperti semestinya.

Menurutmu,
Apa benar, saat ini kau masih mencintaiku?
Menurutmu,
Apa yang bisa dicinta dari diriku?
Bukan apa,
Hanya bersiap tak ada yang tahu aku takut.
Tak pernah,
Ada yang lama menungguku sejak dulu
Yang terjadi, sebelumnya
Semua orang takut padaku

Panggil aku, perempuan gila
Hantu berkepala keji membunuh kasihnya
Penuh ganggu didalam jiwanya
Sambil penuh cinta, diam-diam berusaha
Slalu, tahu, akan ditinggalkan
Namun demi tuhan aku berusaha.

Memang ,tidak mudah mencintai diri ini.
Namun, aku berjanji akan mereda,
Seperti semestinya....

Setelah menyelesaikan alunan nadanya, tiba-tiba ponselnya berdering, itu merupakan panggilan dari luka.

"Siap-siap buruan, bentar lagi aku jemput"

"Mau kemana malem-malem gini?"

"Aku mau ngajak kamu dinner"

"Berdua?"

"Iya, siap-siap ya aku otw"

"Okey"

___•••___

Luka tertegun melihat kecantikan Lara malam ini. Lara memakai dress simpel selutut berwarna hitam, dan make-up yang natural. Membuat aura kecantikannya semakin terpancar.

"Silahkan masuk tuan putri" ucap Luka sambil membukakan pintu mobil untuk Lara. Lara terkekeh dengan kelakuan Luka yang sudah seperti seorang pangeran yang tengah menjemput Cinderellanya.

"Hahah, ada-ada aja kamu. Baiklah terimakasih banyak pangeran"

"Kita mau makan dimana?

"Nanti juga kamu tahu sendiri" ucap luka sambil mencolek pipi gadis itu.

Mereka sampai di sebuah restoran, restoran tersebut cukup mewah. Luka memesan meja yang terletak di rooftop, sengaja agar bisa sekalian menikmati indahnya kota jakarta di malam hari dari atas sana. Luka meninggalkan Lara sendiran di meja tersebut, Lara nampak bingung karena sebelumnya dia belum pernah ke restoran seperti ini, tapi mungkin ayah dan kakaknya sering ke tempat seperti ini. Lara mentok-mentoknya paling dia hanya ke cafe kecil, itupun kalau ada yang mengajaknya. Setelah cukup lama mengunggu, akhirnya luka datang juga, dia membawa sebuah buket putih yang berisikan bunga mawar merah. Saat itu pula sebuah alunan musik mengiringi kedatangan luka. Nampaknya tadi luka pergi untuk mengambil buket, dan meminta tolong kepada pihak restoran untuk memutarkan lagu tersebut ketika dirinya menghampiri Lara.

Aku tak tahu lagi
harus dengan kata apa aku menuliskannya
Atau dengan kalimat apa aku mengungkapkannya
Karena untuk kepergian kalinya
Kau buat aku kembali percaya akan kata cinta
Dan benar, bahwa cinta
Masih berkuasa diatas segalanya
Ketika hati yang mudah rapuh ini
Diuji oleh duniawi, Diuji oleh materi
Untuk kesekian kali
Lagi, lagi, dan lagi

LUKA LARA : what is happiness?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang