🖤 - 01

48 7 0
                                    

Di ruangan serba putih dan bau obat-obatan, terdapat seorang gadis cantik yang tengah terbaring lemah dengan alat medis di seluruh tubuhnya. Sudah 3 bulan gadis itu terbaring lemah di rumah sakit, namun belum ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan terbangun.

Hingga, jari-jari lentik itu bergerak membuat seorang wanita paruh baya yang tengah menatapnya merasakan gerakan jari-jarinya. 

Wanita paruh baya itu terkejut melihat jari-jari itu bergerak, dan tak lama mata indah milik sang gadis terbuka secara perlahan. 

"Sayang, kamu sudah sadar nak?" tanyanya dengan segera ia menekan tombol yang berada di samping brangkas untuk memanggil seorang dokter.

"Tunggu sebentar ya sayang, mommy udah panggil dokter" lanjutnya.

Sedangkan si gadis ia tengah menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam penglihatannya. Tak lama setelahnya, seorang dokter datang dan mulai memeriksanya. 

"Syukurlah nyonya, nona muda baik-baik saja. Perkembangnya juga berangsur-angsur membaik, tapi meskipun kondisinya dinyatakan baik. Nona muda harus tetap melakukan pemeriksaan rutin selama beberapa hari lagi nyonya,"  ujar sang dokter menjelaskan kondisi nona mudanya.

"Baik, terimakasih dok" ucap wanita paruh baya.

"Sama-sama nyonya, kalau begitu sa — "

"Aku dimana?" suara serak itu berhasil memotong ucapan sang dokter.

"Suster, tolong air putih nona muda" perintah sang dokter, suster pun memberikan segelas air putih dengan sedotan untuk nona mudanya.

Gadis itupun perlahan-lahan meminum segelas air yang diberikan suster, tenggorokannya terasa amat kering dan perih. Selesai membasahi tenggorokannya, ia menatap wanita paruh baya yang juga sama halnya tengah menatapnya.

"Maaf, tante siapa ya?" tanya gadis itu menatap wanita paruh baya yang tengah berkaca-kaca menatapnya.

"Sayang, ini mommy nak" wanita paruh baya itu mendekati putrinya dan memegang tangannya yang masih terdapat infusan.

"Maaf, anda salah orang sepertinya nyonya!" gadis itu berujar datar menatap wanita paruh baya itu aneh.

Wanita paruh baya itu adalah Ghina, mommy dari gadis cantik yang baru saja terbangun dari koma nya.

"S-sayang, ini mommy nak" Ghina tak kuasa menahan tangisnya lagi, dengan pandangan tak percaya. Ia lantas menoleh, menatap dokter keluarganya. "Dokter, apa yang terjadi dengan putriku?! Apa yang terjadi, DOKTER?!" Ghina berujar panik.

"Maaf nyonya, nyonya bisa keluar terlebih dahulu biar saya cek kembali keadaan nona muda" ujar sang dokter.

Mau tidak mau, Ghina dengan perasaan tidak tenangnya keluar dari ruang rawat inap putrinya, tak lama datang Glendra suaminya dengan napas tak beraturan. Setelah mendapatkan kabar dari sang istri bahwa putrinya telah sadar kembali, Glen dengan segera meninggalkan kantor nya.

Melihat Ghina istrinya, menangis di depan ruang inap putrinya, Glen dengan perasaan campur aduknya perlahan menghampiri istrinya. "S-sayang, ada apa?" tanya Glen khawatir dengan suara sedikit bergetar.

"Kak, Keira … Keira putri kita kak," ucap Ghina dengan suara tangis yang semakin menjadi.

Glen yang mendengar itu menjadi panik dan khawatir, ia merengkuh tubuh istrinya yang terlihat sangat kurus semenjak kondisi putrinya dinyatakan koma 3 bulan lalu.

"Tenanglah, Keira akan baik baik saja! Dia gadis yang kuat sayang" Glen dengan perasaan campur aduknya berusaha menenangkan sang istri.

Tak lama dokter keluar dari ruang rawat Keira, membuat sepasang suami istri itu menghampiri dokter keluarga mereka - Gibran

"Bagaimana keadaan putri saya?!" tanya Glen tak sabaran.

"Begini tuan nyonya, nona muda mengalami amnesia. Beruntungnya amnesia nona muda hanya bersifat sementara, jadi sewaktu waktu bisa kembali pulih, namun saya sarankan jangan memaksa nona muda untuk mengingat  sesuatu tuan, nyonya. Karena itu bisa memicu sakit kepala yang bisa mengakibatkan nona muda jatuh pingsan" jelas dokter Gibran.

"A-amnesia?"

"Benar nyonya, untuk sekarang nona muda tengah beristirahat. Dan untuk kesehatan nona muda, seperti yang sebelumnya saya katakan bahwa nona muda perlu pemeriksaan rutin untuk kondisi fisiknya"

"Kalau begitu, saya pamit tuan nyonya" lanjutnya.

Setelah kepergian dokter Gibran, Glen dan Ghina pun memasuki ruang inap putrinya, disana putrinya tengah tertidur dengan wajah pucatnya. Putri kesayangan mereka, Keira Adsqila Wilston telah berhasil melalui masa kritisnya selama 3 bulan lamanya.


🖤


Kini diruangan serba putih itu, terdapat para tertua keluarga Wilston. Ada kakek neneknya Keira, daddy mommy Keira, dan papi mami Keira – kakak dari Glen.

"Eunghh…" lenguh Keira

Membuat mereka yang tengah bercengkrama itu mengahlikan pandangannya, Ghina langsung menghampiri putrinya yang sudah terbangun.

"Sayang, apa ada yang sakit, hm?" tanya Ghina lembut.

Keira mengernyit menatap Ghina. Lah ibu ibu ini lagi? tanyanya dalam hati.

Glen yang melihat keterdiaman putrinya pun menghampiri Keira dan Ghina. Tepat disamping Ghina, Glen mengelus pundak istrinya lalu menatap Keira dengan lembut.

"Halo, perkenalkan nama saya Glendra Zafver Wilston. Saya adalah daddy kamu! Dan ini, istri saya" ujarnya tersenyum manis menatap Keira lalu merangkul Ghina untuk ia perkenalkan. "Namanya Ghina Amelda Wilston, mommy kamu" lanjutnya.

Keira yang mendengar itu terkejut, apa-apaan ini? nama bokap gue bukan Glen ujarnya dalam hati. 

"Maaf, tapi sepertinya kalian salah orang!" ujarnya dengan dingin, menatap Glen dan Ghina tak suka.

"Tidak sayang, kami adalah orangtua kamu! Nama kamu adalah Keira Adsqila Wilston, putri semata wayang keluarga Wilston" ujar Ghina dengan lembut, mencoba memegang tangan putrinya.

"Maaf, tapi nama saya Kal – aargghhh" belum selesai dengan ucapannya Keira sudah merasakan sakit kepala yang luar biasa. Seperti sebuah batu menghantam kepalanya.

Dan hal itu membuat seluruh keluarga Wilston panik, dengan segera Glen memanggil dokter Gibran.

🖤

Keira Adsqila Wilston

Hi, i'm Kalea not Keira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang