Bell terakhir berbunyi menandakan jam pelajaran telah usai. Keira mulai memasukkan bukunya hari ini ia berniat mampir ke cafe milik salah satu sahabatnya bermaksud sekedar ingin melihat kondisi sahabatnya itu, dan meminta bantuan kepada sahabatnya.
"Bareng ngga, Kei?" tanya Laras.
"Engga, Ras. Gua udah di jemput, nih" ucapnya memperlihatkan pesan dari sopir pribadinya.
Laras mengangguk, "Yaudah, gue duluan ya Kei" pamitnya berlalu keluar kelas.
Keira hanya mengangguk, langkahnya mulai berjalan pelan meninggalkan kelasnya. Dengan pandangan yang terus ke arah ponselnya Keira tidak berhenti bergumam membaca pesan dari salah satu abang sepupunya, hingga kini langkahnya terhenti tepat di depan gerbang sekolahnya.
Mang Dadang, supir keluarganya itu sudah berdiri tegak di depan mobil. Tersenyum ramah mang Dadang mulai membukakan pintu mobil bagian penumpang untuk Keira.
"Mang, mampir sebentar ya ke Cafe Moonlight."
"Baik non"
Mang Dadang menjalankan mobilnya, mulai bergabung dengan para pengendara yang lain. Pelan namun pasti, demi keselamatan Nona nya Keira mang Dadang membawa mobil seperti membawa siput, membuat Keira jengah ditempatnya.
Ingin meminta lebih cepat namun Keira sudah paham, pasti ini salah satu perintah dari Daddy nya atau bisa saja dari Kakek nya. Perjalanan yang seharusnya hanya bisa ditempuh 15 menit kini menjadi 30 menit, ya sepelan itu hingga mobilnya terkena klakson dari pengendara lain.
"Mang Dadang tunggu disini ya, saya sebentar aja kok!"
"Baik non"
Keira kini melangkah memasuki cafe milik sahabatnya. Cafe yang telah berdiri 1 tahun ini, sering ia kunjungi dulu semasa menjadi Kalea.
Cling
Dilihatnya cafe mulai terisi penuh membuat Keira sedikit menyunggingkan senyumnya. Ia berjalan menuju kasir, dengan sangat ramah barista itu tersenyum manis menyambut kehadiran Keira.
"Mba, sinar bulan yang paling terang benderang." ucapnya pelan, namun masih bisa didengar oleh barista tersebut.
"Mari, saya antar keruangan VVIP kak," barista yang bername tag Lina itu menuntun Keira menuju ruang VVIP.
Tok Tok Tok
"Masuk" Suara berat yang berasal dari dalam itu sedikit berteriak, mempersilahkan orang yang mengetuk pintu ruangannya.
Cleck
"Tuan, ada tamu," ucap Lina. "Silahkan kak, masuk." lanjutnya mempersilahkan Keira untuk masuk.
"Terimakasih." ucapnya, dan memasuki ruangan yang sedikit remang-remang.
Disana terlihat hanya ada sebuah meja kerja, sofa serta meja kecil di depannya dan satu buah kulkas. Tidak terlalu banyak barang memang, tapi di ruang tersebut ada sebuah ruangan rahasia yang dibuat oleh si pemilik cafe.
"Silahkan duduk, gadis manis." ujar seorang pria dengan senyum manisnya.
Keira pun duduk di sofa yang bertepatan dengan meja kerja milik sang pria, dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Pria itu bisa melihat dengan jelas wajah Keira yang sangat datar.
"Ada keperluan apa, seorang gadis SMA menemui saya?" lanjutnya masih dengan tersenyum, membuat matanya terlihat menyipit.
"Kalea" ujar Keira datar, ia tidak merubah sama sekali ekspresinya.
DEG
Seketika suasana mendadak hening, pria itu secara perlahan melunturkan senyumnya. Mengganti ekspresi ramahnya menjadi dingin dan datar, dan tanpa sadar tangannya mengepal kuat hingga urat nadinya tercetak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, i'm Kalea not Keira
Random•Cerita fiksi hasil pemikiran sendiri• 100% hasil pemikiran yang berawal ke gabutan🙃 Jangan lupa like, vote dan komentarnya yaaa✨ . . . . . Gimana jadinya, ketika Tuhan memberikan kesempatan kedua untuk melanjutkan hidup, namun diraga orang lain? M...