🖤 - 05

37 2 0
                                    

°°Happy Reading°°




🖤🖤

"Arghh, sialan! Segala mati lagi cctv nya. Gue harus secepatnya cari bukti pembullyan Keira, sebelum waktunya!" ucapnya pada dirinya sendiri. 

Sudah 1 jam Keira berada di dalam kamarnya, mencoba mencari bukti melalui cctv sekolah namun hasilnya nihil. Karena sudah putus asa, Keira mengambil ponselnya yang berada tepat di samping laptopnya. Mengetikan pesan entah kepada siapa, lalu senyum smirk nya tercetak jelas di wajah cantiknya.

"Baiklah, tinggal menunggu hasilnya lalu mencari buktinya yang lain." ujarnya.

Tok Tok Tok

"Keira, sayang, boleh mommy masuk nak?" tanya Ghina.

"Masuk aja, mom" sahut Keira setengah berteriak.

Cleck

Ghina membuka secara perlahan, pintu kamar milik Keira. Melihat anak gadisnya tengah duduk dengan laptop di meja belajarnya, membuat Ghina tersenyum.

"Kamu sedang apa, Kei?" tanya Ghina, menghampiri Keira.

Keira menoleh sejenak, tersenyum simpul Keira kembali fokus dengan laptop nya.

"Aku lagi, ngerjain tugas kelompok, Mom" sahutnya.

Ghina mengangguk sebagai respon, matanya tak lepas menatap wajah cantik anaknya. Senyum, pun tak luntur dari wajah wanita paruh baya itu.

Keira yang merasa diperhatikan, menoleh menatap Ghina yang juga tengah menatapnya.

"What's wrong, Mom?" tanya Keira dengan heran.

"Ngga apa-apa, dilanjut aja. Mommy turun dulu, ya" sahut Ghina, mengecup kening Keira sebentar dan berlalu meninggalkan kamar Keira.

Melihat Ghina yang berlalu begitu saja, membuat Keira heran. Namun, rasa di hatinya justru menghangat membuat sudut bibirnya tertarik.

•••

Kamar dengan nuansa berwarna hitam dan sedikit pencahayaan yang masuk dari sela-sela gorden itu, membuat sepasang manusia yang berbeda jenis merasa terusik. 

"Good afternoon, sayang" suara serak basah yang terdengar dari sampingnya, membuat seorang gadis menoleh dengan pandangannya yang masih memburam.

"Too, babe" sahutnya mengelus rahang kokoh sang laki-laki.

"Mau mandi, bersama?" tanyanya, menaik turunkan alis tebalnya.

"Tentu," sahutnya dengan senyum yang mengembang.

Laki-laki itu pun, menggendong sang gadis dengan gaya koala. Tanpa sehelai benang pada tubuh masing-masing, ia membawanya untuk mandi bersama.

Beberapa jam kemudian, aktivitas mereka di dalam kamar mandi, pun selesai. Melihat sang gadis yang tengah mengeringkan rambutnya, menggunakan hairdryer membuat laki-laki itu tersenyum.

"How's your school, dear?" tanyanya, yang kini duduk di sofa yang berhadapan dengan meja rias.

"Not bad! Tapi, aku kesal babe. Ada murid baru disekolah," sahutnya kesal.

"Why?" tanyanya bingung.

"Dia lebih cantik, daripada aku" sahutnya cemberut.

Laki-laki itu terkekeh mendengar jawaban dari gadisnya, ia berdiri menghampiri sang gadis lalu memeluknya dari belakang.

"Tapi bagiku, kau lebih cantik, sayang! Apalagi, jika kau berada dibawah ku" ucapnya berbisik, memberikan sedikit gigitan pada daun telinganya.

Membuat sang gadis menggeliat geli, bukannya berhenti. Laki-laki itu justru menciumi leher jenjangnya, aktivitas mereka tidak bisa dihentikan. Nafsu yang tidak bisa ditahan itu, membuat keduanya kembali bergulat di ruangan serba hitam tersebut.

Hi, i'm Kalea not Keira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang