(23) : Adek-nya Gavin

1.7K 211 8
                                    

Gavin meminta Gio untuk membawa Nayla ke rumah besar mereka, kebetulan hari ini adalah hari libur dan Nayla tak mengajar. Disinilah ia berada, di kediaman Erlangga yang mewah. Di ruang tengah yang luas itu, Nayla-Gavin duduk di atas karpet. Si miss cantik memperhatikan apa yang Gavin lakukan, si Gio junior tengah menggambar dan Nayla kagum dengan kemahiran Gavin dalam seni.

"Gavin~"

Suara seorang wanita membuat Nayla-Gavin menoleh kompak, terlihat sosok wanita paruh baya tersenyum cantik melangkah ke ruang tengah. Itu adalah Diandra Erlangga, ibunda dari Gio.

"Nenek!!"

Gavin memekik senang dan berlari memeluk Dian. Nayla mengerjap bingung dan berdiri dari duduknya. Nenek? Apa wanita paruh baya ini ibunda dari Gio? Senyuman-nya mirip sekali dengan Gio. Meskipun telah berumur lanjut, ia masih terlihat sangat cantik dan pantas saja Gio se-tampan itu.

"Aduh, cucu nenek.. kenapa ga ke rumah, hm? I miss you so much, boy" si nenek memajukan bibir, ia balas memeluk Gavin.

"Sorry, aku sibuk sekolah" Gavin mengurai pelukan mereka.

"Ohh.. siapa itu?" Pandangan Dian tertuju pada Nayla.

"Ayo nenek, aku kenalin dengan miss cantik" Gavin menarik Dian menghampiri Nayla.

"Miss cantik?" Dian menaikkan alis, Nayla gelagapan ketika Dian mendekat padanya.

"Oh, jadi kamu yang sering Gavin ceritain itu? Miss cantik, iya bener.. cantik kok" Dian tersenyum ramah, ia memegang bahu Nayla.

"Terima kasih, nyonya" Nayla bergumam dan membungkuk sopan.

"Eh, kok nyonya? Kamu calon istri-nya Gio, kan? Panggil mommy aja ya? Jangan sungkan, sayang" Dian tersenyum lagi, ah Nayla merasa terharu akan lembutnya sikap Dian.

"Iya, mommy" Nayla mengangguk.

"Kalian udah makan siang, belom?" Dian bertanya.

"Belom, nek" Gavin menjawab, ia menggeleng dengan bibir yang maju.

"Kita delivery aja ya?" Usul Dian, Gavin mengangguk heboh dan semangat.

"Pizza!!" Pekiknya.

"Okay, okay" kekeh Dian, Nayla ikut terkekeh.

"Kamu ga boleh makan pizza ya? Ga bagus buat janin, kamu biar mommy masakin aja" Dian berujar pelan, Nayla mengerjap.

"Ga perlu, mommy.." Nayla menggeleng cepat, ini terlalu berlebihan.

"No rejection, dear" Dian berucap tegas, Nayla jadi diam dan tak lagi bersuara.

"Boy, tunggu pizza-nya ya? Nenek mau masak buat miss cantik sebentar, okay?" Dian mengusap rambut Gavin.

"Huh? Kenapa miss cantik ga makan pizza juga?" Gavin bertanya heran, Nayla jadi bingung mau menjawab apa.

"Miss cantik ga boleh makan makanan cepat saji, itu ga bagus buat kesehatan adek-nya Gavin" Dian yang menjawab.

Gavin mengerjap lambat, sorot matanya terlihat bingung namun ada kilatan penasaran disana. Ia menghadapkan diri pada sang nenek, Dian tersenyum sembari mengelus bahu Gavin.

"Nenek bilang apa? Adek-nya Gavin? Dimana adek-nya Gavin, nenek?" Gavin bertanya beruntun.

"Disitu"

Dian menunjuk ke perut Nayla. Pandangan Gavin tertuju kemana Dian menunjuk, ia menyatukan alis dan menatap perut Nayla cukup lama. Nayla sendiri diam, bingung mau berkata apa.

"Adek Gavin ada di perut miss cantik, adek Gavin ga boleh makan yang pedes-pedes. Gavin jagain miss cantik-nya ya? Kalo miss cantik sehat, adek-nya Gavin juga pasti bakal sehat" Dian mengusap lembut surai si cucu.

CHOISE [On Going-Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang