Ciuman Neraka 6

70 11 0
                                    

Orang tersebut membatalkan pertemuannya karena suatu hal yang amat mendesak. Akhirnya, Hastomo justru bertemu dengan Kahar yang juga batal menemui seseorang di cafe itu.

Sebelum itu, Hastomo sempat dikejutkan oleh kemunculan seorang wanita cantik berusia sebaya dengannya. Wanita itu dikenalnya bernama Lianni, teman sekampusnya dulu. Hal yang membuat Hastomo terkejut adalah pengakuan Lianni yang merasa gerah menjadi janda selama dua tahun.

"Kawinnya aja aku nggak di tua, kenapa sekarang tahu-tahu kamu udah jadi janda sih, Li?"

"Itulah kehidupan, Tom. Perkawinanku itu memang sangat singkat. Cuma satu tahun."

"Ya, ampun. Singkat amat."

Lianni yang berambut panjang sepunggung itu hanya angkat bahu.

"Itu yang namanya nasib. Kalau kutahu suamiku sudah punya istri di Australia, mungkin aku akan menolak mentah-mentah niatnya untuk mengawiniku. Aku sama sekali nggak tahu kalau dia sudah punya istri dan dua anak di Sydney. Akhirnya, yaaah... lebih baik kulepaskan dia dengan resiko hidup menjanda dan tersiksa oleh hari-hari sepi."

"Gila luh. Nekat bener. Memangnya kamu udah siap untuk menderita hari-hari sepi?"

Sakit lho sebagai perempuan harus menahan rasa kesepian sabanharinya, kedinginan tiap malamnya dan...
Makanya aku banyak nongkrong di tempat-tempat seperti ini, siapa tahu ada lelaki yang mau mengisi kesepianku, misalnya... seperti dirimu," sambil Lianni menatap nakal dengan mata sedikit sayu.

Hastomo tertawa kecil. Ia tak berani membalas tatapan itu. "Sayang aku sendiri sudah beristri," kata Hastomo pelan.

"Toh istrimu di rumah. Apa salahnya kalau sekali tempo kita bernostalgia. Kamu masih ingat saat mencium aku di belakang kantin kampus kita?"

Hastomo semakin kikuk. Tersipu malu sendiri mengenang kenakalannya semasa kuliah dulu. Tapi untunglah saat itu segera datang seorang lelaki berambut ikal yang dikenalnya sebagai marketing manager perusahaan minuman suplemen itu. Hastomo segera mengenalkan Lianni kepada Kahar.

Percakapan mereka semakin seru, penuh tawa dan canda yang semakin lama semakin berbau ranjang. Kahar mempunyai banyak joke berbau ranjang, dan agaknya Lianni sangat menyukainya. Semakin larut malah semakin akrab komunikasi antara Kahar dengan Lianni.

Hastomo dapat menyimpulkan bahwa Kahar tertarik akan kecantikan Lianni yang mempunyai bibir sensual dan dada sebesar itu. Bahkan ketika Lianni pergi ke toilet, Kahar terang-terangan berkata kepada Hastomo bahwa dia tergiur oleh keindahan bentuk dada lainni.

"Bisa dibawa nggak dia itu, tom?"

"Ngomong aja sendiri. Yaitu jelas dia memang udah janda."

"Hah! Janda? Ah, yang benar, Tom?!" Kahar tampak berseri-seri. Ekspresi wajahnya menampakkan kegirangan dalam hatinya.

"Dia sedang cari pasangan yang bisa mengisi hari-hari sepinya."

"Bilangin deh, aku bersedia jadi pasangannya, gitu."

"Bilang aja sendiri. Memangnya aku germo, apa?" Kahar tertawa lepas, terbahak-bahak. Namun tawa itu segera reda karena Lianni sudah kembali dari toilet.

Hastomo memberi kesempatan kepada mereka berdua. Ia menghampiri seorang kenalan lainnya yang tampak asyik bergabung dengan rekan-rekan di meja lain. Rupanya peluang yang diberikan Hastomo itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Kahar untuk melakukan pendekatan pribadi kepada Lianni.

"Alangkah sayangnya kecantikan seperti yang kau miliki itu dibiarkan susut karena penderitaan batin. Kalau aku jadi dirimu, nggak mau disiksa oleh rasa sepi yang amat menderitakan batin sendiri. Aku akan berontak kalau sampai mengalami masa seperti itu."

50. Ciuman Neraka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang