Ciuman Neraka 17 (END)

88 16 0
                                    

Mereka yang melarikan diri keluar dari ruangan tersebut kepergok pihak keamanan dan langsung ditangkap. Sementara itu, Mbak Mer segera memeriksa ruangan panjang yang mempunyai tungku pembakar tubuh korban.

Tungku itu mempunyai cerobong asap yang dijadikan satu dengan cerobong dari beberapa rumah makan di lantai pertama. Dengan demikian maka asap pembakar tubuh korban dapat disamarkan sebagai asap masakan dari beberapa restoran, seperti Fried Chicken dan sejenisnya.

"Untung kau segera datang, Kumala."

"Lain kali kalau pergi ke mana-mana, bawalah otakmu. Jangan ditinggal di rumah." Sindir Kumala dengan bersungut-sungut jengkel.

Buron hanya cengar-cengir, merasa disalahkan karena bertindak gegabah, yaitu melakukan penyerangan kepada pihak Gandha Songka tanpa memberitahu Kumala lebih dulu.

"Tadinya kusangka kamu sudah ada di sini, melakukan penghancuran, ternyata...."

"Sudah, jangan banyak bicara. Hastomo ada di Hotel Gardilla bersama Venti. Kita cegah pembunuhan bermotif dendam dari roh Niken yang bersemayam di raganya Venti itu."

"Gawat! Diam-diam rakus juga si Hastomo itu," gerutu Buron pelan sambil mengubah wujud menjadi sinar kuning.

Sinar itu melesat mengikuti sinar hijau perubahan dari Dewi Ular.

Zaaaallb...!

Mereka tidak tahu bahwa Hastomo dan Venti sudah melangkah jauh memasuki lembah asmara. Hastomo sendiri sempat merasa heran karena ia sangat tertarik dan sangat bergairah kepada Venti. Ia kenal Venti beberapa hari yang lalu, ketika datang ke King's Pub untuk menemui Handri.

Tapi waktu itu Hastomo tidak mempunyai gairah sebesar malam ini. Venti pun menampakkan sikapnya yang tergiur sekali oleh kegagahan Hastomo. Bahkan begitu mereka masuk ke sebuah kamar yang dibooking mereka, Venti buru-buru memeluk Hastomo dari belakang dan menciumi tengkuk Hastomo.

Tentu saja rangsangan itu membuat Hastomo semakin ditantang gairahnya. Tanpa banyak bicara lagi ia pun berbalik dan menciumi pipi serta telinga Venti. Gadis itu cekikikan di sela erangan kemesraannya. Hastomo semakin merapat dan meremas pinggul Venti ketika perahu cinta mulai berlayar menyusuri samudera asmara.

Tapi gairah yang semakin melambungkan jiwa itu memaksa Hastomo untuk menciumi wajah Venti dan akhirnya melumat bibir gadis bertubuh seksi dan berdada montok itu. Ketika mereka saling melumat bibir, tiba-tiba Venti memekik dalam satu sentakan mengejutkan.

Ia terlempar mundur dengan sendirinya dan jatuh terhempas di ranjang dalam keadaan tubuhnya berasap.

"Aaaaaaaoooowwww...!!"

"Veeeen...! Veeeeennnttiiii...!" Hastomo sendiri memekik karena kaget dan menjadi panik.

Gadis itu segera dihampirinya, tapi justru berguling menjauhi Hastomo hingga akhirnya jatuh dari ranjang. Menggelepar-gelepar di sana beberapa saat sambil meraung raung mengerikan. Ketika Hastomo bergegas untuk mencari bantuan di luar kamar, Venti sudah terpuruk diam.

Asap yang tadi keluar dari pori-pori tubuhnya menggumpal menjadi satu, membentuk bayangan wajah cantik yang segera lenyap, bagaikan menembus langit-langit kamar.

Ketika Kumala dan rombongannya tiba di kamar itu setelah mendapat informasi dari petugas resepsionis, keadaan Venti masih pingsan dan tubuh gadis itu tidak mengalami luka sedikitpun luka memar pun tak ada.

Beberapa kejap kemudian barulah Venti siuman dan dapat menceritakan peristiwa tadi, sama seperti yang diceritakan Hastomo. Hanya saja Venti tidak tahu bahwa Hastomo sempat melihat bayangan wajah cantik, yang dipastikan oleh Kumala sebagai bayangan wajah Niken.

"Tapi kenapa aku nggak sampai mati seperti adikku tempo hari?"

Kumala tersenyum menatap saku baju Hastomo. "Kau masih menyelipkan jepit rambutku, bukan?"

"Astaga...! Benar juga! Jepit ini memang selalu kubawa seperti pesanmu tempo hari, Kumala."

"Jepit itulah yang menolak gaib pembantai darah. Tanpa jepit rambutku itu, kau akan mati seperti Jehans, karena roh Niken menaruh dendam pada pria mana pun yang berdarah biru."

Hastomo menghembuskan napas lega. Namun hatinya kembali dirundung duka mengenang kematian adiknya.
Seandainya Jehans waktu itu tidak membuang jepit rambut pemberian Dewi Ular, mungkin sampai sekarang Hastomo masih bisa bertemu adik bungsunya itu.

Kini semuanya sudah berlalu. Pihak yang paling memperoleh keuntungan adalah Niko, sebab rekaman kamera handycam-nya sangat berharga bagi acara yang ditanganinya, yaitu Lorong Gaib.

"Sayang, masih ada satu hal yang lupa belum kurekam dalam tayangan seri 'Ciuman Neraka' ini," ujarnya kepada Kumala.

"Tentang apa itu?"

"Aku lupa merekam wajahmu dalam keadaan sedang memberikan penjelasan tentang 'Ciuman Neraka' dan tentang.. siapa kekasihmu sebenarnya."

Kumala tersenyum sambil melengos menyembunyikan debar-debar hatinya. Namun suaranya tetap terdengar antara canda dan serius.

"Rekam saja wajahmu sendiri dan katakan sendiri siapa kekasihku menurut anggapanmu."

"Tapi semua itu..."

"Semua itu sudah ada di dalam hatimu," sahut Kumala sambil menempelkan tangan di dada Niko.

Senyum pemuda itu pun mekar berseri, tapi hati yang berdebar tetap bertanya, benarkah dirinya sendiri adalah calon jodohnya si Dewi Ular?






SELESAI

50. Ciuman Neraka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang