Ciuman Neraka 9

55 13 0
                                    

"Kau menyimpan rekaman film pemakaman para korban?" tanya Kumala kepada Niko. Mereka sudah berada di rumah si anak bidadari itu.

"Ada. Cuma rekaman peristiwanya si Dannu Suhendra yang nggak punya. Soalnya waktu itu aku kan sedang berada di Riau."

"Bisa diputar ulang semua rekaman itu?"

"Bisa. Sebentar, kuambil filmnya di mobilku." Sambil menikmati cocktail buatan Mak Bariah, mereka menyaksikan hasil rekaman gambar pemakaman para korban pembunuhan sadis itu.

Niko bukan hanya merekam pemakamannya saja, namun juga merekam wawancaranya dengan pihak keluarga korban yang menceritakan tanda-tanda aneh atau firasat firasat ganjil yang mereka alami sebelum akhirnya mendengar kabar kematian korban.

Niko juga merekam wawancaranya Kumala dengan beberapa gadis yang diduga menjadi pelaku pembunuhan tersebut di kantor polisi, termasuk merekam pengakuan Lianni saat bicara dengan polwan cantik. Peltu Merima Swastika.

"Tunggu, coba ulang lagi pembicaraanku dengan  wanita-wanita tadi. Ada yang mencurigakan hatiku dalam pengakuan mereka."

Niko menuruti keinginan gadis yang dicintainya secara diam-diam dan belum pernah dinyatakan secara serius itu. Rekaman tersebut membuat Sandhi yang mengikutinya menjadi tahu apa maksud kecurigaan Kumala terhadap pembicaraan tersebut.

"Ya, aku juga menemukan sesuatu yang perlu dipertanyakan."

"Tentang apa maksudmu?" tanya Niko.

"Wanita-wanita yang berpasangan sebagai teman kencan korban selalu mengaku sebelumnya pernah melihat peristiwa mengerikan Kecuali yang bernama Rista." Kata Sandhi.

"Benar," sahut Kumala. "Herlis mengaku pernah melihat kematian Kahar, bahkan sempat menolong Lianni yang mau jatuh terpelanting di depan kamarnya. Lianni mengaku pernah melihat kematian Paul, bahkan sempat tertabrak Nolly waktu malam itu lari ketakutan, dan... begitu seterusnya."

"Rinni bahkan mengaku menolong Rista yang pingsan di depannya. Tapi kemudian Rinni sendiri justru terlibat kasus serupa dengan terbunuhnya Dannu," timpal Sandhi.

Sekalipun Niko manggut-manggut, tapi ia masih saja bertanya, sambil memandang Sandhi dan Kumala secara bergantian. "Lalu, apa artinya dari kesimpulan itu?"

Sandhi merarik napas, tak bisa menjawab. Dewi Ular diam saja, seakan sedang mencari makna kesimpulan yang diperolehnya itu. Setelah mereka tenggelam dalam kebisuan sesaat, Sandhi memberanikan diri untuk bersuara kembali.

"Siapa pun yang pernah melihat kematian seperti itu, ia akan melihatnya kembali di lain tempat dan di lain waktu. Mungkin itulah makna dari kesimpulan yang kita dapatkan tadi."

"Bukan," sangkal Kumala Dewi sambil meletakkan gelas cocktailnya. Ia berkata sambil menatap Sandhi dan Niko bergantian. "Ada semacam kekuatan kutuk yang menular pada orang lain."

Niko mengeluarkan bantahan, "Tapi kenapa hal itu tidak terjadi pada diri Yunni, kakak kandungnya Rinni yang memeluk adiknya saat sang adik berada di kantor polisi?"

"Yunni tidak berada di lokasi pada saat peristiwa itu terjadi. Yang kumaksud penularan kutuk tadi adalah lompatan energi gaib dari orang pertama ke orang kedua. Maksudnya, dari Rista ke Rinni. Sebab Rinni adalah orang pertama yang menyentuh Rista. Begitu seterusnya sampai pada Linani. Dia orang pertama, maksudku perempuan pertama yang menyentuh Rista, maka gaib kutukan menular pada Lianni. Jadilah ia perantara kutukan yang akhirnya menewaskan Kahar. Tapi setelah itu Lianni sendiri menyentuh Herlis, maka gaib kutukan pindah ke diri Herlis. Jadilah Herlis sebagai perantara kutukan yang menewaskan Yaksa."

"Lalu, Herlis menyentuh siapa setelah kematian Yaksa?" tanya Niko dengan sedikit tegang, karena ia hampir meyakini kesimpulan tersebut. Tapi pertanyaannya itu justru membuat Kumala diam termenung, Sandhi juga diam berpikir, mengingat-ingat peristiwa di King's Pub.

Tiba-tiba dari arah belakang mereka muncul Buron. Rupanya sejak tadi Buron sibuk menyisir sambil menyimak pembicaraan itu dari dalam kamarnya. Maka ia pun langsung menimpali percakapan tersebut, menjawab pertanyaan Niko tadi.

"Herlis menabrak seorang waitress yang bernama Fenna."

"O, iya!" sahut Sandhi bersemangat kembali.

"Fenna." guman Niko.

"Ya, benar," Kumala memperjelas.

"Herlis didorong Yaksa dan menabrak Fenna, lalu mereka sama-sama jatuh dan saling tindih."

"Saat itulah Herlis pingsan," sahut Buron.

"Dan saat pingsan itulah gaib kutukan pindah ke diri Fenna," timpal Sandhi semakin mempertajam kesimpulannya.

"Kalau begitu kita cari waitress yang bernama Fenna," tegas Niko, penasaran sekali ingin membuktikan kesimpulan yang mereka peroleh di awal petang itu.

Kumala memandang Buron, "Dampingi Niko ke King's Pub sekarang juga!"

Buron mengangguk, tak bisa menolak kalimat perintah itu. Tapi Niko bisa menolak dengan menyatakan tidak ingin pergi saat itu juga. Ia menepuk-nepuk perutnya sendiri.

"Aku lapar nih," ujarnya sambil menyeringai.

Dewi Ular tidak menjawab, tapi menudingkan jari manisnya seperti melemparkan pisau ke perut Niko. Jari manis itu mengeluarkan seberkas cahaya hijau berbentuk pipih, seperti sepotong logam tipis yang menembus ke perut Niko.

Sluuubs...!

"Aahhk...!" Niko mendelik sebentar karena kaget. "Apa yang kau lakukan, Dew?"

"Apakah perutmu masih terasa lapar?" sambil Kumala tersenyum dan bergegas meminggalkan tempat duduknya untuk mendekati kulkas.

Niko belum menjawab sudah bersendawa, alias berdahak.

"Heeiigggr...!"

"Buset." Sandhi tertawa geli bersama Buron. Niko cengar-cengir malu sambil mengusap-usap perutnya.

"Gila. Kenyang sekali aku jadinya. Kayak habis makan sate bumbu kacang nih. Hmm, padahal aku sudah satu minggu nggak makan sate lho, kok, kok sekarang berdahakku seperti habis makan sate sih?"

"Masih mau makan dulu?" sindir Buron.

Niko menggeleng polos. "Nggak, ah. Kenyang banget. Tapi, tapi, aduh, aku numpang ke belakang, ah." Sambil bergegas lari ke WC.

"Yeeeee, sekarang malah jebol belakang nya. Gimana sih?" seru Sandhi, membuat Buron tertawa keras dan Kumala Dewi cekikikan sambil mencemplungkan beberapa butir es batu ke tempat cocktail yang diletakkan di tengah meja makan itu.

Sekitar pukul tujuh lewat, hampir pukul delapan malam, Niko pergi ke King's Pub dengan menggunakan mobilnya sendiri, didampingi oleh Buron. Sementara itu, Kumala Dewi sengaja berada di rumah, karena ia ingin melacak sendiri ke mana perginya gaib pembantai itu. Benarkah berada pada diri Fenna, atau pindah ke diri perempuan lain?

****

MANAGER King Pub kenal dengan Niko. Sebelum peristiwa maut itu terjadi di pub itu, Handri sudah kenal Niko. Mereka dulu sama-sama berkecimpung di dunia mode. Handri juga bekas peragawan, satu lifting dengan Niko Madawi. Namun keduanya berhenti dari aktivitas mode tidak secara bersamaan. Niko lebih dulu menekuni karirnya di bidang pertelevisian.

"Fenna memang pegawaiku. Tapi hari ini dia nggak masuk. Dia tadi sudah kemari, cuma izin aja."

"Izin sakit atau izin mau pergi ke suatu tempat?"

"Wah, nggak tahu deh soal itu ," kata Handri. "Coba aja kamu samperin ke tempat kostnya."

"Di mana tuh?"

"Jalan Kemakmuran, belakang Gedung Axon. Tanyakan saja pada tukang ojek yang pada mangkal di ujung gang, di mana tempat kost Wisma Angel itu. Semua tukang ojek tahu."

"Okey deh kalau begitu."

"Eh, tapi ngomong-ngomong ngapain kamu cari si Fenna? Mau cari hiburan, ya? Kalau mau cari hiburan jangan sama si Fenna. Banyak relasiku yang bilang, si Fenna itu orangnya dingin. Kurang energik. Kalau kamu mau sama si Lea aja, tuh anaknya ada di meja bar."

"Itu jatah saya, Boss," sahut Buron seenaknya sambil cengar-cengir.
Kepalanya dijulekin Niko sambil menggerutu.

Buron dan Handri hanya tertawa geli.

"Ada urusan penting dengan Fenna. Bukan mau enjoy kok. Itu tuh, soal kematian Yaksa kemarin."

****

50. Ciuman Neraka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang