MELALUI telepon antar ruangan yang ada di meja front office, Sandhi bicara dengan majikan cantiknya yang ada di ruang kerjanya. Untuk menggunakan telepon itu, Sandhi harus minta izin dulu kepada Tiara, sebab gadis bermata bundar yang punya wajah manis dan hidung bangir itu adalah petugas front office. Dialah yang berhak mengizinkan tamu-tamu un tuk bertemu para pegawai di kantor tersebut.
"Aku cuma mau kasih unjuk Kumala tentang berita di koran ini," kata Sandhi.
"Pinjam teleponnya, ya. Sebentar aja kok."
"Nggak boleh!" Tiara berlaga ketus.
Tapi sebenarnya gadis itu hanya sengaja menggoda Sandhi, dan sikap itu sangat diketahui oleh sopir pribadinya Kumala yang sudah dianggap seperti saudara sendiri itu.
"Jangan pelit-pelit kamu, Ra. Ntar nggak gue beliin nasi Padang luh," kata Sandhi sambil nekat mengangkat gagang telpon.
"Ah, janjimu selalu gombal." Tiara cemberut.
"Tempo hari bilang mau mengantarku
jalan-jalan ke mall, tapi nyatanya, mana? Sampai malam nggak ada telepon darimu, lupa deh kalau udah ketemu cewek baru.""Waktu itu aku harus dampingi Kumala ke rumahnya Pak Pramuda. Mana bisa aku antarkan kamu jalan-jalan ke mall. Ntar sore deh. Kamu ntar sore ada acara nggak, Ra?" seraya Sandhi menunggu telepon disambut Kumala.
"Nggak tahu, ada acara atau nggak. Memangnya kalau aku nggak ada acara kamu mau anterin aku jalan-jalan ke mall?"
"Mau aja. Kebetulan entar sore aku juga mau cari T-shirt dan sandal kulit, ah. Buat jalan-jalan santai T-shirtku dihabisin sama si Buron. Baju kalau udah dipakai Buron, bau kambingnya nggak hilang-hilang, biarpun direndam pakai parfum seember."
"Idiiih, jahat kamu, San!" sambil Tiara tertawa geli memukul lergan Sandhi.
Tapi canda itu tak bisa dilayani Sandhi karena di telepon Kumala sudah menyapa lebih dulu."Hallo...."
"Lama amat nggak diangkat-angkat sih?" gerutu Sandhi.
"Gue lagi ke kamar mandi. Ada apaan?"
"Ada yang mau ku bicarakan denganmu, Mala. Bisa menghadap nggak, Boss?"
"Sekalian bawain buku bacaan gue yang tadi kutaruh di mobil."
"Yeeeeh.. pakai turun lagi ke bawah dong?"
"Udah buruan, jangan banyak ngeluh!"
Sandhi terpaksa turun kembali ke lantai dasar. Masuk ke BMW kuningnya Kumala, mengambil buku yang dimaksud, lalu naik lagi ke lantai empat dan masuk ke ruang kerjanya Kumala Dewi yang menjabat sebagai konsultan di perusahaan besar tersebut.
"Aku cuma mau kasih tahu kamu tentang berita di koran ini," Sandhi menyodorkan koran tersebut di meja depan Kurnala. Posisi koran sudah dilipat pada halaman kedua dan berita yang dimaksud tinggal dibaca oleh Kumala, tanpa menyentuh koran tersebut.
"PRIA TAMPAN TEWAS SECARA MISTERIUS Di MOTEL KN."
Berita tersebut menjelaskan tentang kasus kematian misterius di sebuah hotel di mana korbannya adalah seorang pria tampan bermana Paul. Korban ditemukan petugas dalam keadaan matang, seperti babi panggang, meringkuk kaku tanpa busana di atas ranjang.
Beberapa saksi mata mengatakan,
telah melihat korban check-in bersama wanita cantik bernama Nolly, seorang pelayan toko. Wanita
cantik itu berhasil diamankan oleh pihak kepolisian. Tapi ia mengaku tidak tahu apa-apa tentang kematian Paul. Bahkan merasa sangat terkejut dan kebingungan menyadari dirinya berada di motel tersebut."Kasus ini sama dengan kematiannya Jehans, temanmu itu, kan?" kata Sandhi setelah Kumala selesai membaca berita di koran itu.
Agaknya berita tersebut tidak begitu mengejutkan bagi Dewi Ular. Sama seperti saat ia mendengar kabar kematian Jehans, seminggu yang lalu, juga tidak terkejut sedikit pun.
Kumala hanya menarik napas, merasa prihatin atas kematian yang dialami Jehans, sebab ia tahu jepit rambut pemberiannya itu pasti telah dibuang oleh Jehans, sehingga permuda itu tewas di kamar hotel dalam keadaan terpanggang matang, seperti babi panggang siap disantap. Tapi keadaan Jehans waktu itu masih mengenakan pakaian, dan kain baju serta celananya tidak ikut terbakar.
"Sama halnya dengan gadis bernama Rista," tambah Sandhi. "Ia juga merasa tidak tahu-menahu tentang kematian Jehans. Padahal dari usia yang disebutkan dalam koran ini, jelas berbeda sekali antara Rista dengan Nolly."
"Berbeda jauh dengan Rinni," sambung Kumala seperti orang menggumam. Sandhi pun segera ingat tentang kasusnya Rinni, seorang waitress yang juga dicurigai sebagai pembunuh pria bernama Dannu di sebuah sisi pantai.
Dannu ditemukan mati terpanggang dalam keadaan separuh berbusana, di dalam mobilnya. Kematian Dannu diketahui massa setelah Rinni menjerit-jerit ketakutan dan memberitahukan hal itu kepada keamanan pantai. .
"Hampir tiga hari sekali terjadi pembunuhan misterius seperti ini. Apakah kau nggak tergerak untuk menanganinya, Mala?"
"Sedang kupelajari penyebabnya."
"Menurutku sih penyebab utamanya adalah kencan. Pria kencan dengan wanita yang baru dikenal, lalu mengalami nasib seperti itu. Coba perhatikan pengakuan para wanita yang dicurigai sebagai pelakunya. Mereka bertiga mengaku baru kenal korban, dan selalu mengaku tidak tahu-menahu tentang keadaan korban yang mati secara menyedihkan itu."
"Memang. Tapi aku yakin, pasti ada penyebab utamanya."
"Waktu kau menemui Rita, toh gadis itu nggak mau menjelaskan penyebab utamanya, kan?"
"Karena dia benar-benar jujur dan tak tahu. Getaran gaibku telah mendeteksi kejujurannya, dan kusimpulkan bahwa apa yang dikatakan Rista memang jujur. Dia memang nggak tahu penyebab utamanya."
Sebagai anak dewa tentunya Kumala Dewi bukan hanya bisa mendeteksi tingkat kejujuran seseorang, namun juga bisa mengetahui adanya gelombang getaran gaib pada diri seseorang. Ketika ia menemui Rista, ia tidak menemukan gelombang getaran gaib pada diri ABG tersebut. Gadis itu dalam keadaan polos, tanpa ada kekuatan gaib yang dapat membunuh Jehans sedemikian sadisnya.
Itulah sebabnya Kumala sangsi untuk mempermasalahkan Rista sebagai pelaku pembunuhan misterius terhadap diri Jehans. Demikian pula halnya pada Rinni, Kumala pun tidak menemukan getaran gaib pada diri waitress tersebut.
Ia juga memantau kejujuran pengakuan Rinni, dan sulit baginya untuk memperkuat dugaan bahwa Rinni memang pelaku pembunuhan atas diri Dannu, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang retail. Kini ia secara tak langsung dihadapkan pada kasus kematian yang sama. Dalam dugaannya, wanita yang bernama Nolly itu pasti akan seperti Rista maupun Rinni.
"Saya benar-benar nggak tahu, Mbak," kata Nolly yang usianya sebenarnya tampak lebih tua dari Kumala, namun ia merasa tidak lebih terhormat sehingga memanggil Kumala dengan sebutan Mbak.
"Jadi apa yang kau lakukan saat itu di dalam kamar bersama Paul?" tanya Kumala dengan kalem.
"Saya..saya menciumnya. Ketika.. ketika kami saling melumat mulut, tiba-tiba..tiba-tiba Paul meronta dari menjerit kelojotan. Saya takut, ikut menjerit dan lompat dari ranjang.
Lalu..lalu saya lihat tubuh Paul mengepulkan asap. Baunya seperti daging bakar, dan..dan seterusnya saya nggak ingat lagi karena saya buru-buru lari keluar dari kamar sambil menjerit-jerit minta tolong siapa pun yang ada di sana!"Nolly menuturkan dengan tangis dan ekspresi wajahnya penuh ungkapan rasa takut. Kumala Dewi yang siang itu didampingi sopir pribadinya menemui Nolly di kantor polisi, terpaksa menarik napas panjang-panjang. Ia menemukan jalan buntu sebagai konsultan kriminal tak resmi dari pihak kepolisian, Kumala memang punya hak untuk menanyai beberapa orang yang terlibat dalam kasus kriminal apa pun. Kali ini kumala merasa tak memperoleh apa-apa dari si nolly, hingga ia tampak kebingungan.
"Dia memang kosong. Nggak ada apa-apa. Nggak punya ilmu gaib apa pun pada dirinya. Dan apa yang dikatakannya itu memang benar," ujar Kumala di depan polwan cantik yang dikenal dengan panggilan, Mbak Mer itu.
"Kalau benar dia nggak punya kekuatan gaib apa pun, lalu apa yang membuat korban tewas seperti terpanggang begitu? Kira-kira menurut dugaanmu apa, Kumala?"
"Jelas suatu kekuatan gaib, tapi entah dari mana datangnya. Tes air liur si terdakwa sudah dilakukan?"
"Sudah. Tapi hasilnya normal-normal saja. Tidak mengandung zat pembakar apa pun."
"Inilah sulitnya," gumam Kumala Dewi sambil tertegun merenungi kemisteriusan yang sulit diungkapkan itu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
50. Ciuman Neraka✓
ParanormalSilahkan follow saya terlebih dulu. Serial Dewi Ular karya Tara Zagita 50 Jehans merupakan salah satu kasus pembunuhan yang sulit dilacak siapa pelakunya. Menurut pihak kepolisian, pelakunya adalah Rista. Karena gadis itulah yang kencan dengan Jehan...