Roh itu pun tenang, diam, meresapi kesejukan yang amat menyenangkan, kemudian lenyap setelah terlebih dulu berbentuk bintik-bintik menyerupai holograrn.
Zuuuuurrrbbbs...!
Bau daging bakar pun hilang tak berbekas lagi. Kini Sandhi beradu pandang dengan Kumala, demikian juga Niko menatap Kumala tanpa berkedip, seakan ingin mendengar kesimpulan gadis itu tentang suatu tempat beraltar di bawah kaki pengunjung.
****
WALAU kadang kelihatan bego, tapi kali ini agaknya Buron-lah yang dapat menterjemahkan jawaban roh Handri tentang tempat beraltar di bawah kaki pengunjung. Menurutnya, pengunjung yang dimaksud adalah pengunjung supermarket MALLTA yang terletak di pusat perbelanjaan kota.
"Altar yang dimaksud pasti altar yang pernah kulihat berada di ruang bawah tanah, tempat pertemuan para pemuja Mammon itu," tambah Buron.
Pendapat itu dibenarkan oleh Dewi Ular. "Hari ini otakmu telah menjadi cerdas, Buron. Nggak sia-sia aku mengangkatmu menjadi asistenku tanpa gaji dan tanpa SK resmi," sanjung Kumala dengan senyum gembira.
Buron hanya mencibir setiap mendapat sanjungan dari boss cantiknya itu. Dewi Ular sangat yakin dengan pendapat Buron, sebab Buron memang pernah tersesat masuk ke ruang pertemuan para pengikut sekte aliran sesat itu. Buron juga punya kesimpulan lain, bahwa Handri ternyata adalah pengikut aliran sesat pemuja Mammon.
Yayasan sosial yang menginapkan jenazah Handri itu sudah tentu adalah perkumpulan para pengikut Mammon, yang diduga Kumala bermaksud ingin menghidupkan kembali jenazah Handri, sebab Handri termasuk orang penting dalam sekte tersebut.
"Mammon adalah iblis yang dianggap dewa penyebar kekayaan oleh sebagian orang yang terpikat tipu dayanya Gandha Songka," kata Kumala, menjelaskan kembali kepada Niko, sebab Niko belum tahu siapa yang dimaksud Mammon itu.
Buron mengajukan usul setengah sombong. "Kita terjang saja mereka pagi ini juga, Kumala!"
"Jangan. Kita tunggu saja hasilnya, apakah mereka bisa menghidupkan kembali jenazah Handri atau tidak sama sekali. Supaya orang orang yang menjadi pengikut sekte itu tahu seberapa kuasanya dewa sesembahan mereka itu. Kegagalan si Gandha Songka dalam menghidupkan jenazah Handri akan mengurangi rasa percaya para anggotanya sekaligus akan menjadi bahan pertimbangan buat para pengikut aliran sesat itu untuk tetap melanjutkan misinya atau mundur dari keanggotaan."
"Bagaimana kalau ternyata Mammon berhasil menghidupkan jenazah Handri?" tanya Niko.
"Nggak mungkin. Roh Handri sudah berada di alam keabadian, ku kirim bersama hawa penyejuk sukma tadi malam."
Sandhi yang dari tadi sibuk menghabiskan sarapannya kali ini ikut ambil bagian dalam percakapan tersebut. "Lalu, menurutmu siapa gadis yang dianggap roh Handri menyebarkan ciuman panas pada saat ia berciuman dengan Fenna itu?"
"Gadis yang dijadikan korban persembahan kepada Mammon," jawab Buron mewakili Kumala.
Jawaban itu pun dibenarkan dengan anggukan Kumala kepada buron. Niko menyimpulkan sendiri, "Jadi, maksudmu roh Handri mengakui bahwa ia merasa berciuman dengan gadis yang menjadi korban persembahan dalam sekte itu?"
Kumala berkata dengan tenang. "Setahuku, kelompok sesat yang sering dipandu oleh Gandha Songka selalu memberikan korban persembahan kepada sang Mammon berupa perawan suci. Perawan suci itu dimasukkan ke dalam tungku pembakar yang tertutup rapat dalam keadaan hidup-hidup...."
"Gila! Jadi gadis yang masih perawan itu dibakar hidup-hidup?" sahut Niko sambil terbelalak tegang.
Kumala menganggukkan kepala. "Setiap anggota sekte harus bercumbu dulu dengan gadis perawan itu. Menitipkan darah kemesraannya ke dalam tubuh si perawan. Semakin banyak darah kemesraan yang dititipkan dalam tubuh si perawan semakin banyak pula kekayaan yang akan diperolehnya. Setelah semua pengikut sekte menitipkan darah kemesraannya, barulah gadis yang sudah tidak perawan lagi itu dibakar dalam tungku besi yang biasa untuk membakar jenazah dalam sebuah krematorium."
"Sadis sekali!" geram Sandhi, tak jadi menghabiskan sarapannya.
"Memang begitulah ajaran dan kepercayaan yang mereka yakini. Aku mengetahui hal itu sejak berhasil menghancurkan aliran sesat tersebut dan membuat para pengikut Mammon sadar dari mimpi sesatnya. Waktu itu, seorang kenalanku yang punya jabatan penting di New York yang memintaku turun dan menghancurkan sekte tersebut, karna hampir sebagian besar gadis-gadis perawan di New York habis dijadikan korban persembahan pada Mammon."
"Oo, jadi enam bulan lalu kamu ke New York itu untuk menghancurkan sekte aliran sesat seperti itu?" tanya Sandhi.
"Ya. Tapi pada waktu itu Gandha Songka berhasil lolos dari tanganku.
Dan sama sekali nggak kusangka-sangka kalau akhirnya dia justru buka cabang di Jakarta.""Kenapa waktu itu kamu nggak bilang kalau mau urusan sama para pengikutnya Mammon?"
"Nggak perlu dibilang-bilangin, nggak perlu dicerita-ceritain, ntar kalian pada memujiku. Bisa GR aku oleh pujian kalian," jawab, Kumala dengan nada canda. Sandhi dan Buron mencibir sambil melengos.
Kini yang menjadi pertanyaan mereka adalah, 'apakah para korban lainnya juga anggota pengikut sekte sesat itu?'
Kecurigaan mereka disadari bahwa para korban seperti Jehans, Kahar dan yang lainnya adalah para eksekutif muda yang berdarah bangsawan. Kemungkinan besar seluruh anggota sekte aliran sesat itu adalah orang-orang yang punya darah bangsawan.
Pertengahan siang, Kumala mendapat telepon dari Peltu Merina Swastika yang memberitahu bahwa jenazah Handri akan dimakamkan pukul dua siang. Mbak Mer mendapat kabar dari pihak keluarga Handri yang membe
ritahu bahwa jenazah tersebut sudah kembali dan siap dimakamkan.Kumala tersenyum tipis, merasa lega bahwa usaha pendeta Gandha Songka yang ingin menghidupkan jenazah Handri ternyata gagal. Kumala berharap hal itu akan mengurangi nilai kepercayaan para pengikut dan pemuja Mammon lainnya.
Dewi Ular datang ke pemakaman tersebut hanya berdua bersama Sandhi. Mereka berangkat dari kantor. Pramuda sudah jalan lebih dulu, bersama seorang kenalannya yang kabarnya masih punya hubungan darah dengan
keluarga Handri.Pramuda yang menjadi boss
besar di perusahaan itu juga merasa penasaran dan ingin tahu misteri di balik kematian Handri itu. Di pemakaman, Kumala bertemu dengan Pramuda, juga Niko yang berangkat dari tempat kerjanya sendiri. Pertemuan yang agak mengejutkan adalah munculnya Hastomo di pemakaman tersebut. Ternyata Hastomo juga kenal dengan Handri. Menurutnya, Handri adalah teman dekatnya almarhum Jehans."Handri pula yang membujuk adikku sampai akhirnya menjadi pengikut sekte sesat itu," kata Hastomo kepada Dewi Ular.
"Mulanya Jehans juga membujukku dan berkali kali menyarankan agar aku bergabung dengan kelompoknya.
Sebab selama ia bergabung dengan kelompoknya yang mengatasnamakan yayasan sosial, usahanya maju, bisnisnya lancar, bahkan dalam usia muda itu ia sudah dipromosikan untuk menjadi kepala cabang yang akan ditempatkan di Riau. Tapi aku masih bimbang dengan bujukannya itu, dan belum sempat menjadi anggota kelompok sekte tersebut.""Mengapa sebelumnya kamu nggak cerita soal ini?"
"Kupikir nggak ada hubungannya. Selain itu juga menjadi rahasia bagi pribadinya Jehans sendiri. Bahkan aku yakin keluarga Handri sebenarnya mengetahui bahwa Handri menjadi pengikut sekte itu. Tapi mereka merahasiakan demi nama baik Handri agar tidak dikecam oleh masyarakat."
"Sejauh mana keterlibatanmu dalam kelompok tersebut?"
"Aku memang pernah dipertemukan dengan pendeta mereka, tapi aku punya keputusan sendiri dalam pertimbanganku. Memang hampir saja aku terpikat karena mereka menggunakan semacam ilmu hipnotis untuk menjerat mangsa, untuk memikat anggota baru."
"Tapi kau belum pernah ikut 'pesta cinta' bukan?"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
50. Ciuman Neraka✓
ParanormalSilahkan follow saya terlebih dulu. Serial Dewi Ular karya Tara Zagita 50 Jehans merupakan salah satu kasus pembunuhan yang sulit dilacak siapa pelakunya. Menurut pihak kepolisian, pelakunya adalah Rista. Karena gadis itulah yang kencan dengan Jehan...