Ciuman Neraka 16

54 13 0
                                    

Dalam sekejap saja Dewi Ular sudah tiba di supermarket tersebut. Tapi sebenarnya Buron sudah lebih dulu mengacak-acak ruang bawah tanah dengan kekuatan magic-nya yang tanpa suara itu.

Pada saat itu, di ruang bawah tanah sedang berlangsung rapat anggota yang dihadiri oleh anggota-anggota istimewa, para pengikut berloyalitas tinggi, termasuk para anggota yang ditunjuk sebagai pengurus yayasan bayangan. Mereka sedang membicarakan tentang cara mengatasi dendam Niken yang dapat membinasakan semua anggota atau pengikut aliran tersebut.

Tiba-tiba saja suara tawa Buron menggelegar memenuhi ruangan tersebut. Mereka yang duduk bersila di atas lantai berkarpet merah itu segera bangkit dan menjadi tegang.

Mata mereka menatap ke arah pemuda berambut kucai yang memiliki suara besar menggema dan menggetarkan dinding serta pilar-pilar penyangga lainnya. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa pemuda berbadan agak kurus dan berpakaian sederhana itu sebenarnya adalah jelmaan dari Jin Layon.

"Kalian ini berunding apa? Kalian takut mati seperti Handri dan yang lain, ya? Haaah, haaa, haaa, haaa.... Katanya pengikut si keparat Mammon. Kok takut mati? Mestinya kalian nggak perlu takut mati, bahkan satu persatu dari kalian wajibnya masuk ke tungku pembakar perawan."

"Hei, Bocah Bangsat! Keluar kau dan sini!" bentak salah seorang dari mereka dengan suara lantang.

Orang itu adalah pelayan setia nya Gandha Songka. Suaranya mengandung getaran gaib yang dapat melumpuhkan jantung lawan bicaranya. Tapi getaran gaib itu hanya ditertawakan oleh Buron. Saat itu Buron segera mengangkat kedua tangannya dan angin besar pun berhembus kuat dari arahnya.

Wuuuusss...!

"Aoooww...Juutih. Aaaaabkk!! tolooong!!!"

Mereka terhempas bagaikan diterjang badai besar. Ada yang membentur dinding seperti disabetkan kuat-kuat, ada yang menabrak pilar beton, bahkan ada yang menerjang salah satu dinding kaca hingga hancur.

Benda benda mati meja kasti altar kayu dan sebagainya, saling beterbangan, akibat hempasan angin badainya Buron. tentu saja hal itu membuat kepala mereka ada yang retak dan berdarah. Bahkan hidung mereka bagaikan patah tulangnya karena merasa ditampar dengan benda keras dan padat akibat hembusan angin tadi.

Namun beberapa di antara mereka ada yang masih kuat. Bangkit sambil sempoyongan dan ingin melawan Buron. Hanya saja, tangan jelmaan Jin Layon itu mengibas ke samping dan tubuh mereka terbang ke atas lalu jatuh terbanting dengan posisi macam-macam.

Ada yang jatuhnya kepala duluan, ada yang tulang punggungnya sempat patah. Sementara itu Buron hanya tertawa tawa melihat ruangan tersebut menjadi porak poranda.
Tapi tanpa diduga-duga dari arah kirinya, Buron merasa diserang oleh ribuan jarum tajam yang sekaligus menancap pada tubuhnya. Jarum tajam kecil-kecil itu berwarna hitam dan mengandung hawa panas yang tidak mudah ditundukkan.

Zrraaaabbs...!

"Aahhkk..!!" Buron mengejang dalam posisi jatuh terguling-guling lebih dulu. Sekujur tubuhnya berubah biru.

Jarum beracun ganas itu dikeluarkan dari tongkat berkepala tengkorak yang digenggam oleh seorang lelaki berkepala gundul dan bertubuh gemuk dengan perut membuncit besar. Orang itu tak lain adalah si manusia setengah iblis, yaitu Gandha Songka.

Matanya yang tertutup alis lebat warna putih mulai tampak terbuka lebar memancarkan cahaya merah membara. Cahaya itu melesat menghantam tubuh Buron yang sedang berusaha untuk bangkit kembali sambil menyeringai kesakitan.

Claaaap...! Blaaaarrrr...!

Sinar merah itu pecah di pertengahan jarak karena terhantam cahaya hijau bundar dari dalam dinding yang retak . Gandha Songka terkejut melihat sinar merahnya ada yang menghambat. Ketika ia memandang keretakan dinding itu, temyata di sana telah berdiri seorang gadis cantik jelita bermata tajam dan ujung-ujung jarinya dipenuhi oleh lompatan energi listrik warna hijau.

Gadis cantik itu semakin mengejutkan Gandha Songka karena ia kenal betul bahwa gadis itu tak lain adalah si Dewi Ular alias Kumala Dewi, yaitu lawan yang pernah berkali-kali menjungkirbalikkan sektenya di berbagai kota seluruh dunia.

"Keparaaattt...! Lagi-lagi kau mengacukan urusanku, Dewi Ular!" geram Gandha Songka.

Gadis yang dipandangnya dengan murka itu hanya tersenyum sinis.
Gandha Songka segera melemparkan tongkatnya ke lantai.

Zuuub...!

Tongkat itu berubah menjadi seekor buaya hitam yang segera menyerang Kumala dengan ganas. Sebuah lompatan dilakukan oleh Kumala untuk menghindari mulut buaya tersebut. Sambil melompat tangannya mengibas, lalu berpuluh-puluh sinar hijau keluar dari kibasan tangannya itu. Sinar-sinar tersebut berubah menjadi puluhan ekor ular hijau yang masing-masing sebesar betis perawan, panjangnya rata-rata sekitar lima meter. Ular-ular hijau itu segera
menyerang buaya hitam dengan suara desis dan geram yang membuat suasana menjadi semakin gaduh.

Para pengikut sekte yang masih sadar dan melihat peristiwa ajaib itu saling berusaha melarikan diri ketakutan. Mereka tidak dihiraukan lagi oleh Kumala dan Gandha Songka, karena keduanya segera terlibat pertarungan gaib, sama-sama berubah menjadi sinar sebesar telur. Gandha Songka menjadi sinar merah dan Dewi Ular menjadi sinar hijau. Kedua sinar itu saling bertabrakan di udara. Menimbulkan suara ledakan yang cukup menggelegar.

Blaaaaang...! Gleeeerrrr...!

Bangunan itu menjadi gemetar. Setiap tiang mengalami keretakan. Langit-langitnya seperti mau runtuh. Getaran hebat itu terasa sampai ke lantai atasnya. Buah dan makanan kaleng yang dipajang pada rak khusus itu saling berjatuhan. Para pengunjung supermarket saling lari tunggang dalam kepanikan. Mereka takut menjadi korban bangunan yang akan runtuh itu.

Tapi pada saat itu sebenarnya sinar merah jelmaan dari Gandha Songka itu telah pecah menjadi lima bagian. Terdengar pula suara orang meraung kesakitan, dan suara itu dikenal Buron sebagai suaranya si Gandha Songka.

"Kau benar-benar keparat, Gadis Busuk! Tunggu saatnya aku datang dan menuntut balas padamuuuu...!" Gandha Songka mengeluarkan ancaman tanpa rupa dengan suara menggema, makin lama semakin hilang bersama padamnya sinar merah tersebut.

Buaya yang sedang dikeroyok puluhan ekor sinar hijau itu pun berubah menjadi tongkat kayu hitam lagi. Kumala Dewi segera menampakkan diri dan menarik ular-ularnya dalam bentuk sekumpulan sinar hijau.

Zuuuuurbb...!

Kedua tangan gadis itu merentang ke samping, kepalanya tertunduk sebentar, lalu getaran pada bangunan bertingkat itu pun terhenti seketika.

Orang-orang menyangka saat itu gempa telah berlalu. Mereka tak tahu di ruang bawah tanah terjadi pertarungan yang cukup hebat, yang membuat Buron tak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya menjadi bengkak, melepuh dan berasap seperti mau matang.

Beruntung sekali Kumala segera melepaskan cahaya penyembuhnya dari telapak tangan, sehingga racun dari jarum-jarum hitam itu berhasil berlompatan sendiri keluar dari tubuh Buron. Dalam waktu relatif singkat, Buron pun menjadi normal kembali.

Mbak Mer muncul bersama beberapa anak buahnya. Mereka segera menangkap orang orang yang terluka parah sebagai pengikut aliran sesat yang nyaris mati di tangan Buron.

****

50. Ciuman Neraka✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang