(44)

1.5K 97 3
                                    

Setelah makan tadi, Jihoon membawa Nara kembali ke rumah orang tua nya untuk mengambil pakaian milik mereka berdua. Mereka dengan cepat berpamitan karena Jihoon ingin membawa Nara ke suatu tempat yang tidak di ketahui oleh Nara

Di perjalanan Nara bertanya terus menerus kepada Jihoon, kemana tujuan mereka. Seakan menyembunyikan rahasia, jihoon hanya diam atau tersenyum. Ia tidak menggubris pertanyaan wanitanya

"Jihoon serius deh. Ini kita mau kemana??" Tanya Nara kesekian kalinya

Lagi lagi jihoon diam.  Ia tidak berniat untuk memberi tahu Nara

"Park jihoon!" Panggil Nara sedikit membentak

Jihoon terkejut. Ia langsung menoleh menatap Nara yang duduk memangku Jina di kursi penumpang "bukan tempat aneh aneh kok, tenang aja. Nanti juga kamu tau"

Nara mendengus kesal. Memalingkan wajahnya menatap jalan. Tak sengaja ia melihat papan pemberitahuan, bahwa saat ini mereka telah memasuki daerah Busan

Nar terkejut. Tiba tiba ia merasa tidak enak. Ada sesuatu hal yang mengganjal di hati Nara jika membahas Busan kampung halamannya. Nara menelan Saliva susah payah. Ia tidak ingin firasatnya menjadi kenyataan

"Semoga ga kayak apa yang aku pikirin. Jihoon ga mungkin tau juga" batin Nara

Terlalu dalam rasa gugup, lama kelamaan Nara merasa lelah. Ia pun terlelap bersama Jina di pangkuannya

****

Tak lama, Nara merasa ada yang mengguncang guncangkan tubuhnya. Ia pun mengerjap terbangun dari tidur. Nara mengucek matanya agar mendapat penglihatan yang jernih. Ia menatap sekitar, ia masih berada di dalam mobil. Namun lingkungan di luar mobil lah yang tak terasa asing bagi Nara. Berulang kali Nara mengedip ngedip kan mata nya berharap apa yang ia lihat kini hanyalah ilusi semata. Semakin jelas penghilangan Nara,  semakin jelas pula gambaran lingkungan sekitar

Dengan rasa takut yang memenuhi hatinya,  Nara menoleh ke arah jihoon. Tatapan mata Nara mengintimidasi. Wanita itu terlihat marah "Kenapa kamu bawa aku kesini?!" Ucap Nara sedikit berteriak

Jihoon terkejut dengan reaksi Nara. Ia pikir Nara sudah melupakan kejadian yang berusaha Nara sembunyikan, jadi seharusnya Nara senang karena jihoon membawanya kembali ke rumah orang tua nya. Bertahun tahun sudah Nara merantau tanpa pernah meluangkan waktu untuk pulang menengok kondisi orang tua nya

Jihoon menyentuh kedua bahu Nara. Tak di sangka, wanita itu menepis tangan jihoon begitu saja. Matanya memerah hingga mengeluarkan buliran air mata. Dadanya kembang kempis menandakan emosi yang tak terbendung

Dengan sigap Nara membuka pintu mobil lalu pergi berlari membawa Jina menjauh dari halaman rumah orang tua nya. Jihoon tak ragu untuk mengejar. Ia langsung meraih tangan Nara begitu tangan Nara sudah dapat di gapai

"Nara denger dulu sayang" ucap jihoon lembut

Nara berusaha melepaskan diri dari jihoon "lepas ji!!! Hiks aku ga mau" rengek Nara

"Sayang aku tau, kamu tenang dulu, biar aku jelasin semuanya" ujar jihoon

Setelah Nara tenang, Jihoon membawa Nara kedalam dekapannya. Ia mengelus lembut Surai halus milik Nara "tenang ya, ada aku"

Nara masih terus terisak, walau sudah tidak se heboh awal. Perlahan jihoon melepas dekapannya. Ia menghapus jejak air mata yang lancang melewati pipi wanitanya

Jihoon merebut Jina dari dekapan Nara. Ia menggenggam tangan Nara, berusaha membawa Nara masuk kedalam rumah penuh kenangan buruk di hidup Nara

Nara tak bergeming meski jihoon menarik tangannya. Ia menatap Jihoon dengan tatapan kecewa "meski kamu tau, kamu tetep mau bawa aku ke dalam rumah itu ji?" Tanya Nara dengan sedih

Jihoon balik menatap Nara. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Nara "iya nar"

Nara mengepalkan kedua tangannya. Ia mundur beberapa langkah bersiap ingin kabur "aku kecewa ji" ucap Nara lalu ia pergi meninggalkan jihoon dan Jina

"NARA!!" panggil jihoon di tempatnya

Jihoon bingung harus mengejar Nara atau tidak. Ia mau mengejar Nara tetapi ia masih membawa Jina. Akhirnya Jihoon berjalan masuk ke dalam rumah orang tua Nara kemudian dengan tergesa gesa memencet bel

Ting Tong!

Jgrek

Terdengar suara pintu gerbang terbuka. Tanpa menyapa jihoon langsung menyerahkan Jina kepada mama Nara yang datang membuka kan pintu

"Eh jihoon ad—"

"Mah jihoon mau kejar Nara, titip Jina sebentar" ucap jihoon tergesa gesa

Setelah Jina aman berada di dalam dekapan mama Nara, jihoon segera berlari sekuat tenaga berharap Nara masih dapat terkejar olehnya

Ia menyusuri jalan didaerah sekitar namun tak kunjung menemui Nara "nara!! Nar!! Kamu dimana?!"

Jihoon di hadapi pilihan karena tiba tiba jalan terbagi menjadi dua arah. Jalan kanan menuju kota. Jika Nara ingin pulang pasti Nara akan memilih jalan kanan. Jalan kiri menuju pantai. Jika Nara ingin menenangkan diri pasti Nara akan memilih jalan ke pantai. Kali ini jihoon di haruskan berpikir. Jika ia menjadi Nara, jalan apa yang akan ia pilih

Satu menit berpikir, akhirnya Jihoon bergerak menyusuri jalan kiri. Dengan sifat Nara, Nara pasti tidak akan pergi meninggalkan Jina walaupun Jina aman bersama jihoon

"Nara!!! Kamu dimana nar!!" Teriak jihoon

5 menit berjalan jihoon masih tak kunjung menemukan Nara. Walaupun ia sudah hampir mencapai ujung jalan yang ada di pinggir pantai, Nara masih tidak di temukan. Di ujung jalan, jihoon melihat sebuah kedai makanan ringan. Ia segera berlari untuk menanyakan keberadaan Nara

Dengan nafas yang tersengal-sengal jihoon mengeluarkan ponsel miliknya. Membuka foto wanita tercintanya "permisi, ibu lihat wanita ini lewat sini gak?"

Ibu penjual menatap lekat wajah Nara di foto "oh neng ini. Dia tadi sempet ke kedai saya beli teokpokki, kayak ya dia lagi makan di pinggir pantai di sana, dekat batu besar itu" ibu penjual menunjuk ke salah satu arah. Jihoon mengikuti arah tunjuknya. Dan benar saja, ia melihat wanita bergaun kuning sedang duduk sendirian di pantai sambil menikmati teokpokki

"Terimakasih Bu" jihoon segera berlari menghampiri Nara. Diam diam ia duduk di sebelah Nara

Nara menoleh menatap Jihoon tanpa bicara sepatah kata pun. Mulutnya masih saja fokus mengunyah teokpokki, sedangkan pandangannya kini sudah beralih menatap laut

"Maaf nar. Aku cuma mau kamu memperbaiki hubungan kamu sama keluarga kamu. Aku kenal keluarga kamu ga lama setelah Jina lahir. Mama kamu cerita semuanya ke aku. Dia bilang dia nyesel, dia merasa bersalah sama kamu. Di—"

"Jihoon cukup! Kamu diam. Aku lagi makan. Jangan ganggu" perintah Nara dengan suara dingin

Lelaki itu menurut. Ia diam mengikuti perintah Nara. Setelah Nara menghabiskan semua teokpokki nya, jihoon kembali bersuara

"Nar kit—"

"Aku haus ji" ucap Nara singkat. Dengan kepekaan tinggi, jihoon mengurungkan niat untuk bicara. Ia terlebih dahulu bangkit kemudian berlari kembali ke kedai makanan ringan untuk membeli air minum. Namun ketika ia kembali lagi ke bibir pantai, Nara sudah tidak ada di tempat. Segera ia berlari menyusuri pantai berharap Nara dapat ditemukan

Jihornie Not Jihoonie 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang