(23)

2K 123 14
                                    

Pagi harinya, Nara bangun dengan kantung mata hitam. Ia tidak bisa tertidur semalam. Kepalanya terisi penuh dengan bibir Jihoon, dan segala kebahagiaan lainnya hari itu. Nara bangun sambil membopong perut besarnya yang ia rasa kini semakin bertambah besar dibanding kemarin.

Ia pergi ke kamar mandi hendak menggosok gigi dan cuci muka. Kemudian ketika Nara hendak pergi mengganti piyama dengan baju yang lebih pantas untuk ia kenakan keluar, tiba tiba saja sujong mengetuk pintu dari luar

Nara bergegas membuka kan. Namun sujong tidak sendiri. Ia bersama pak sutradara, kru, dan termasuk Jihoon yang sepertinya baru saja bangun tidur. Lelaki itu masih mengenakan piyama. Ia menguap sambil mengucek mata. Di mata Nara, Jihoon terlihat sangat menggemaskan. Nara panik ia segera bergegas mengganti pakaian. Tetapi, larangan sutradara membuatnya berhenti di tempat

"Ehh mau ngapain? Ganti baju? Gausah. Sini dulu, saya mau minta pemotretan spesial" ucap sutradara

Dengan ragu ragu, Nara pergi menghampiri sutradara. Sutradara menuntun Nara untuk duduk di pinggir ranjang

Tampilannya kini sungguh tidak layak untuk di potret. Ia mengenakan dress piyama putih, dengan sendal hotel tipis berwarna senada. Kemudian rambutnya yang masih belum di sisir ia Cepol keatas. Terlihat sangat berantakan

Namun, Jihoon pun sama berantakannya. Ia mengenakan stelan piyama merah maroon, Rambutnya masih acak acakan selayaknya orang baru bangun tidur. Bahkan ia masih sempat menutup mata saat sedang berjalan

Jihoon di tuntun untuk duduk di sebelah Nara "nah gini oke. Sekarang pemotretan terakhir, pose spesial, yaitu morning kiss. Tolong buka tirainya biar ada pencahayaan alami" perintah sutradara

Nara membelalak. Ia tak tahu apa yang di pikiran sutradara saat ini. Bisa bisa nya lelaki paruh baya itu memanfaatkan dirinya dan jihoon dengan embel embel pemotretan spesial

"Tapi pak ini kan ga ada di majalah pose, ga masuk ke dalam perjanjian dong" protes Nara

Dengan santai sutradara menjawab "memang engga. Ini permintaan khusus saya. Sebagai gantinya, saya tambah bayaran jasa kalian. Gimana?"

Dengan kesal Nara harus menerima permintaan sutradara karena saat ini ia memang sedang membutuhkan uang untuk biaya persalinan

"Oke ayo mulai pose morning kiss" desak sutradara

Nara menatap Jihoon yang kelihatan masih sangat mengantuk. Nara rasa Jihoon tidak akan mengambil langkah pertama kali ini. Dengan mengumpulkan keberanian, Nara menarik wajah Jihoon untuk mendekatinya. Dengan lembut Nara mengusap kedua mata Jihoon berharap kedua mata tersebut terbuka. Namun apalah daya Jihoon masih tetap terlelap. Kemudian Tanpa memperdulikan Jihoon, Nara menempelkan bibirnya ke atas bibir Jihoon. Jihoon hanya diam, ia tidak memberontak sama sekali. Lelaki itu hanya memejamkan matanya.

Nara bersusah payah melumat bibir jihoon, namun kali ini berbeda. Ia sama sekali tidak merasakan gairah. Beda dengan yang semalam. Ia segera menghentikan lumatan

"Kenapa berhenti. Lanjut sampe bergairah kayak semalem. Semalem bisa bagus banget" protes pak sutradara

Nara berdecak kesal "sekarang ga bisa. Kemaren kan Ji-pak Jihoon yang itu..... Apa.... pak Jihoon yang..... Mulai. Saya..... Ga bisa" Nara sedikit malu mengatakannya, namun memang itu faktanya mau bagaimana lagi

"Yaudah bangunin Jihoon nya" perintah sutradara

Segera Nara menggoyang goyangkan tubuh jihoon. Kemudian menepuk pelan pipi Jihoon. Baru lah lelaki itu sadar. Nara memerintahkan Jihoon untuk mencuci muka terlebih dahulu

"Cuci muka dulu gih. Kita masih ada pemotretan" perintah Nara pada Jihoon

"Iya ay" jawab Jihoon. Nara seketika mematung. Namun segera ia berpura pura tidak mengerti apa yang Jihoon bicarakan

Jihornie Not Jihoonie 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang