(26)

1.7K 113 18
                                    

Jihoon kembali ke dorm untuk mengemasi barang barangnya. Setelah siap semuanya, tanpa ragu Jihoon keluar dari dorm. Ia hendak kembali ke rumah orang tuanya

2 koper besar sudah ia taruh di bagasi mobil manajer kang. Untuk terakhir kali, manajer kang akan mengantar Jihoon ke tempat yang ia tuju

Tak butuh waktu lama, Jihoon tiba di pekarangan rumah orang tuanya. Dengan perasaan sedikit kesal, ia menarik keluar koper dari bagasi. Ia berjalan menuju teras rumah setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada manajer kang

Lelaki itu membuka pintu agak keras hingga penghuni rumah keluar kebingungan

"Kamu kenapa nak? Kok buka pintu keras keras gitu?" Tanya mama Jihoon

Jihoon lewat begitu saja mengabaikan mama nya

"Agensi lagi?" Giliran ayah Jihoon yang bertanya

Jihoon menghentikan langkah nya. Ia melepas genggaman dari koper, kemudian terdiam sebentar. Jihoon berusaha mengatur nafas, namun nyatanya tidak bisa. Lelaki itu berbalik badan memeluk mamanya. Dalam sekejap, tangis Jihoon pecah

Baik mama mau pun papa Jihoon panik. Ia takut putra satu satunya kenapa kenapa. Tangan mama Jihoon bergerak mengelus rambut putranya "kenapa nak? Kamu ada masalah? Tenang in diri dulu baru kita bicara ya. Kita diskusi in baik baik"

Setelah bicara seperti itu, Jihoon berusaha untuk menenangkan hatinya meskipun ia masih ingin menangis. Terlalu banyak hal yang terjadi dalam waktu dekat membuat Jihoon bimbang dengan perasaannya sendiri

Saat tangisannya mulai reda, Jihoon melepas pelukan dari mamanya, kemudian berjalan menuju sofa ruang tamu. Lelaki itu menangkup wajahnya. Ia terlihat sangat stress

Dengan lembut, mama Jihoon duduk di sebelahnya, kemudian mengusap punggung Jihoon "cerita aja nak. Mama papa sanggup dengerin kok"

Jihoon mengacak rambutnya, lalu membuang nafas berat "ma, pa, maaf. Aku...... Terlilit hutang"

"APA?!!" Teriak papa Jihoon shock. Pria paruh baya itu hendak memarahi Jihoon jika istrinya tidak menghentikannya

"Tenang dulu sayang. Dengerin penjelasan anak kita dulu" ujar mama Jihoon menenangkan suaminya

Jihoon memeluk pinggang mamanya "maaf, jihoon ga mikir panjang dulu ma, pa"

Papa Jihoon terlihat berusaha menenangkan diri "kamu hutang sama siapa? Berapa jumlahnya?  Alasan kamu hutang apa?" Tanya papa Jihoon banyak sekali hingga Jihoon kebingungan ingin menjawab yang mana terlebih dahulu

Jihoon menatap papa nya takut takut "aku hutang sama agensi 800 juta pa"

"800 JUTA?!!" sekarang gantian mama Jihoon yang berteriak terkejut

Air mata Jihoon kembali jatuh "ma, pa, Jihoon terpaksa. Jihoon mau cepet lepas dari agensi, makanya Jihoon tanda tangan perjanjian bayar denda pembatalan kontrak"

Papa Jihoon berkacak pinggang. Sorot matanya tajam siap untuk memukul putra sematawayangnya "kontrak kamu sisa 1 tahun. Kenapa buru buru putus kontrak?"

Jihoon melepas pelukan dari pinggang mamanya. Ia menunduk sambil memainkan kuku jari tangan nya "sebenernya, Jihoon udah ketemu Nara"

"Nara mantan kamu yang kamu buat hamil itu?" Tanya mama Jihoon. Jihoon hanya mengangguk

"Selama ini Nara merawat kandungannya dengan baik. Nara rawat anak aku di dalam perutnya" lanjut Jihoon

Papa Jihoon bergerak duduk di sebelah Jihoon. Kini posisi nya Jihoon di apit oleh kedua orang tuanya "karna kamu udah ketemu Nara makanya kamu buru buru putus kontrak?"

"Iya, tapi bukan karna Nara aja pa. Karena Jina juga" ucap Jihoon

Mama dan papa Jihoon kebingungan. Mereka tidak tahu siapa Jina "Jina? Siapa lagi dia?" Tanya papa Jihoon menyudutkan putranya

Jihoon mengusap tengkuknya "Jina anak aku sama Nara. Tadi siang Nara udah lahiran ma, pa. Anak aku udah lahir dengan selamat"

"HAHH?!!!" Teriak mama dan papa Jihoon

Sorot mata papa Jihoon mulai berubah setelah mendengar penjelasan Jihoon barusan

"Kamu serius?" Tanya mama Jihoon. Matanya berbinar berharap apa yang di katakan Jihoon benar adanya

Jihoon mengangguk "bener ma, beberapa hari yang lalu aku dapet proyek iklan dari perusahaan. Terus ternyata partner model aku Nara. Baru tadi pagi Nara kontraksi, aku langsung telfon ambulans trus bawa Nara ke rumah sakit.  Nara masuk UGD untuk persalinan. Dan syukurlah cucu mama papa lahir selamat, walaupun prematur 8 bulan 1 Minggu" jihoon tersenyum kikuk

Mama Jihoon menghela nafas lega. Ia senang mendengar cucunya telah lahir dengan aman

Namun papa Jihoon masih khawatir soal hutang Jihoon dengan agensi "trus kamu hutang sama agensi supaya bisa bebas bareng sama Nara Jina?"

Jihoon menggeleng "supaya aku bisa tanggung jawab sama Nara pah. Walaupun aku tahu kontrak aku sisa 1 tahun lagi, tapi ga ada yang bisa jamin kalo agensi bakal lepas aku. Makanya aku ambil resiko bayar denda pembatalan kontrak. Aku main tanda tangan aja padahal tadi uang tabungan aku udah kepake untuk bayar persalinan Nara hehe. Sekarang aku pusing cari uang dimana" jihoon menggaruk kepalanya

Papa Jihoon memukul pelan kepala anaknya "bodoh! Kamu pikir kamu hidup sendiri? Tabungan kamu sisa berapa? Biar sisanya papa yang bayar tapi dengan syarat, selama kamu nganggur, kamu kerja sama papa di kantor"

Jihoon menatap papa nya dengan mata berbinar "SERIUS PAH?? YESS! MAKASIH PAPA" jihoon menghamburkan pelukan kepada papa nya

Papa Jihoon menjauhkan tubuh jihoon dari dirinya "jangan yes yes dulu. Jawab dulu tabungan kamu sisa berapa?"

"Sebenernya jumlah total tabungan aku masih cukup untuk bayar hutang. Lebih dari cukup malah. Aku masih ada tabungan sekitar 1 miliyar. Tapi, 900 juta nya ada di tabungan lain, tabungan khusus rencana berkeluarga aku pa. Jadi sekarang tabungan real yang aku punya cuma 100 juta" ucap Jihoon dengan santai

Wajah Papa Jihoon terlihat shock "kamu gila? Hutang kamu 800 juta, tapi uang kamu sisa 100 juta? Papa harus nombok 700 juta gitu?" Jihoon hanya bisa senyum Pepsodent

Papa Jihoon membuang nafas berat "oke fine. 700 juta papa kasih, gantinya kamu kerja di kantor papa selama satu tahun, tanpa terima gaji kecuali uang bonus. Gimana?"

Sekarang gantian jihoon yang shock "hah?! Satu tahun?  Ke tunda lagi dong pah rencana berkeluarga aku sama Nara"

Papa Jihoon bersedekap dada "ya resiko"

Jihoon memutar bola matanya malas. Setelah memikirkan segala pertimbangan akhirnya Jihoon menyetujui permintaan papa nya "oke setuju"

Setelah perbincangan mengenai uang clear, mama Jihoon bertanya pada anaknya "Ji, mama boleh gak lihat cucu mama?"

Jihoon menatap wajah mama nya yang berseri seri berharap Jihoon memperbolehkan mamanya bertemu Jina "boleh sih ma, tapi aku rasa Nara ga bakal mau ketemu aku lagi"

Wajah mama Jihoon berubah kecewa. Sebagai anak berbakti, jihoon segera memberikan penawaran pada mamanya "tapi kalo liat dari ruang bayi boleh, karena Nara ga akan lihat aku. Gimana?"

Dengan semangat mama Jihoon mengangguk "MAU!!"

Setelahnya, Jihoon di bombardir dengan pertanyaan soal Nara dan Jina. Mama Jihoon sangat penasaran tentang Nara dan cucu nya

Dengan semangat, jihoon menceritakan segala proses pertemuan Jihoon dengan Nara saat pemotretan, lalu saat Nara pendarahan, saat jihoon menunggu 5 jam di UGD, saat jihoon melihat bayi Jina dari luar kamar bayi, hingga proses transaksi pembayaran persalinan Nara. Jihoon bercerita panjang lebar tanpa lelah. Lelaki itu bahkan menunjukkan foto Nara yang sedang mengandung, yang sempat ia ambil saat di bandara 1 hari yang lalu. Mama Jihoon respon dengan sangat baik, menurut nya Nara akan menjadi ibu yang baik untuk cucu nya.  Seketika ia merasa tidak sabar untuk dapat bertemu dengan calon menantu dan cucu nya

Jihornie Not Jihoonie 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang