"Nabila."
Cara lelaki itu menyebutkan namanya membuat Nabila mematung untuk beberapa saat.
"Aku merindukan gadis bernama Nabila."
Hufttt, Nabila menghela napasnya merasa lega, dia khawatir seseorang yang ia tidak tahu siapa itu benar-benar menyebut namanya.
Oke, sepertinya setelah ini dia harus protes pada ayah dan ibunya kenapa memberikan nama yang pasaran.
"Hahahah, sepertinya malam ini Bink banyak mendengar nama Nabila, tadi Lala bercerita tentang Nabila dan sekarang ada Golan yang juga curhat tentang Nabila."
Gadis itu memaksakan tawanya. Berbeda dengan teman-teman krunya yang sudah tidak kuat menahan tawa karena ekspresi Nabila.
"Oke Golan, jadi kemanakah gerangan gadis bernama Nabila itu pergi sampai kamu merindukannya?" Nabila terkekeh mendengar kalimatnya sendiri. Rasanya aneh mendengar ia menyebut orang lain dengan namanya sendiri.
"Ada, dia di dekatku." Jawab si penelfon itu.
"Lalu, kenapa kamu merindukannya?" Nabila tertawa renyah merasa lelaki bernama Golan itu lucu.
"Kan seperti katamu, rindu itu licik, dia bisa menyelinap walau jarak hanya sebatas hela napas."
Nabila agak tercengang, ini pertama kalinya ada orang yang mengutip kalimatnya sesempurna itu, di acara siaran langsung pula.
"Oh?! Waw, kamu mempbuatku tersanjung Golan." Kali ini tawa Nabila terdengar lebih natural meskipun sebenarnya tetap ia paksakan.
"Kamu tahu Bink, sekalipun aku selalu bertemu dengannya, aku terus saja rindu pada Nabilaku. Bertemu bukan membuat rinduku reda, tapi malah semakin menjadi."
"Golan, kau tau kalau aku boleh jujur, kamu sepertinya orang yang romantis, tapi sekaligus membuatku ketakutan, hahahah."
Serius, menurut Nabila kata-kata yang dilontarkan Golan itu terdengar serius sekaligus menyeramkan di waktu bersamaan, terdengar seperti obsesi.
"Hahaha." Terdengar tawa renyah dari balik sambungan telefon itu. "Benarkah?"
"Bercanda." Tukas Nabila, meskipun ia jujur dengan ucapannya, ia merasa sedikit tidak enak juga menyebut seseorang menyeramkan secara langsung.
"Jadi, untuk mengobati rindumu, apakah Golan ingin menyampaikan sesuatu untuk Nabila?" Tanya Nabila pada penelfon itu.
"Aku tidak yakin rinduku bisa reda hanya dengan mengatakan sesuatu lewat radio?" Gumam lelaki dengan suara berat itu, terdengar seperti berbicara pada diri sendiri.
Mendengar itu Nabila memutar bola matanya. "Mohon maaf Golan." Ujar Nabila berusaha membuatnya terdengar jenaka. "Jika menurutmu berbicara disini sia-sia, jadi untuk apa kamu menelfon Midnight stories?" Sambungnya pura-pura tertawa.
"Iya juga sih." Lagi-lagi Golan terdengar bergumam.
Nabila hanya bisa menekuk kedua alisnya sambil menatap heran pada rekannya yang ada di sana. Para kru yang menemani Nabila mengudara malam ini hanya mengendikkan bahu.
"Jadi bagaimana Golan?" Tanya Nabila menunggu Golan yang tiba-tiba hening.
"Nabila, aku kira melihatmu akan meredakan rindu, tapi sepertinya bertemu denganmu serupa mengkonsumsi analgetik, sesaat rindunya memang reda, tapi setelah efeknya hilang rinduku semakin menggila."
Tuuuuut
Nabila yang sempat membeku beberapa saat karena kalimat yang diucapkan Golan kembali meraih kesadaran setelah bunyi 'tuuuuut' yang mengakhiri percakapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Stories (Rony x Nabila)
ChickLitBlurb Midnight stories adalah salah satu segmen di Radio Idola fm yang dipandu oleh gadis cantik bernama Nabila (20) atau pendengarnya mengenal gadis itu dengan nama Bink. Nabila sangat menikmati perannya sebagai Bink, mendengarkan curhatan orang-or...