Sebelas

1.4K 166 51
                                    

"Jadi lo tahu?" Nabila tidak bisa menahan rasa terkejutnya. "Lo tahu kalo Bink itu gue dan Lala itu Sheila?" Ulang Nabila.

Siang ini Dion dan Sheila sengaja ke rumah Nabila, perkuliahan libur karena mereka baru saja menyelesaikan ujian semester, dan mereka belum memiliki rencana liburan seperti semester-semester sebelumnya, itu karena Nabila tiba-tiba pergi waktu itu, ketika Dion berencana menjelaskan kondisi yang sedang terjadi di antara mereka.

Dion mengangguk sementara di seberangnya Sheila hanya diam dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah. Sesuatu tentang Nabila memenuhi kepalanya sejak  beberapa hari yang lalu. Sejak Dion mengaku bahwa ia tahu Sheila selalu menelepon ke Midnight stories untuk curhat tentang perasaannya pada Dion, saat itu pula dia tahu bahwa Bink adalah Nabila. Ia malu sekaligus merasa bersalah pada Nabila, karena beberapa kali ia pernah mengatakan bahwa ia tidak suka Nabila hanya karena dia sangat dekat dengan Dion.

"Kok lo gak bilang-bilang sih Yon?" Seru Nabila, ia kesal karena mendadak merasa seperti dibodohi Dion, dia menyembunyikan indentitas nya, tapi rupanya teman-temannya tahu dengan sendirinya bahwa dia adalah penyiar Midnight stories, ya Dion teman dekatnya, dan Rony alias si Golan itu, meski pun Nabila belum mengkonfirmasi langsung.

"Lo juga tahu Shei?" Sambung Nabila, ia menoleh pada Sheila.

"Setelah Dion ngasih tahu." Jawab Sheila lugas.

Nabila mengangguk, jelas Sheila pasti tidak tahu sejak awal, kalau dia tahu sebelumnya sudah pasti Sheila tidak akan mau curhat padanya walau sebagai Bink.

"Kok lo adem-adem aja sih Yon?" Tuntut Nabila. "Kenapa lo gak bilang kalo lo tahu Bink itu gue?" Desak Nabila.

"Ya karena gue kira kita gak akan ada di situasi kaya gini." Jawab Dion ringan sambil menaikkan bahunya. "Lo inget, waktu lo nanya ke gue gimana kalo ada temen deket gue yang suka ke gue?" Tanya Dion menggantung. "Itu sebenernya gue udah tahu, karena waktu itu gue udah denger Sheila nelepon ke radio." Aku Dion jujur. Nabila membelalakkan mata tidak menyangka karena ternyata Dion mengetahuinya sejak awal.

Nabila mencebik, masih merasa kesal dengan situasi ini. Kemudian ia melirik Sheila, gadis itu masih terlihat merasa bersalah. Nabila berusaha memahami posisi Sheila, ia menghembuskan napas panjang.

"Perasaan kebiasaan lo selalu tidur awal, kok bisa jadi dengerin siaran gue?" Heran Nabila.

"Waktu itu gue lagi sibuk-sibuknya ngerjain projek riset yang sama dosen itu, pas begadang iseng aja dengerin radio." Ungkap Dion.

Nabila menghembuskan napas kasar, tahu begitu dia tidak akan repot-repot berusaha menyembunyikan profesinya.

"Lo kenapa diem aja, Shei?" Tanya Nabila berusaha memancing, karena dari tadi Sheila lebih banyak diam, ia hanya bicara saat ditanya.

Sheila mengangkat kepalanya, tatapan mereka bertemu. Ekspresi Sheila keruh, sementara Nabila terlihat lebih santai.

"Bil, gue minta maaf ya." Ujar Sheila takut-takut. Dalam hati kecilnya ia juga tidak ingin kehilangan Nabila sebagai temannya.

Nabila menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Sebenernya gue emang kaget sih awalnya, dan sedikit marah juga." Aku Nabila.

Ya, ia bukan ibu peri baik hati yang tidak memiliki emosi marah. Apalagi saat sahabatnya sendiri diam-diam membencinya hanya karena salah paham pula. Awalnya ada perasaan tidak Terima dan ingin menjelaskan langsung sambil berteriak agar hatinya merasa puas, tapi tidak, ia tahu itu tidak akan menyelematkan pertemanannya.

Sheila mengangguk, ia tahu memang wajar jika Nabila marah, ia pernah mengaku membencinya hanya karena perasaannya pada Dion.

"Gue kesel tahu gak sih Shei, lo bisa aja cerita ke gue langsung, kenapa harus nelepon ke radio segala sih." Kesal Nabila.

Midnight Stories (Rony x Nabila) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang