Delapan

1.3K 192 55
                                    

"Ya ampun Bink, aku menunggumu setiap malam, aku kangen sekali." Seru Lala di balik telepon, setelah beberapa hari tidak bergabung, akhirnya dia comeback.

Selama Nabila tidak siaran, Lala juga tidak menelepon ke Midnight Stories, tampaknya dia sudah kelewat nyaman ngobrol dengan Nabila sebagai Bink, ya bagaimana tidak, pada kenyataannya Bink adalah teman yang dia temui hampir setiap hari di kampus.

"Aku sudah kembali siaran dari dua hari yang lalu, dan kau tidak menelepon sama sekali." Sahut Nabila. "Aku sepertinya ragu dengan pernyataanmu." Goda Nabila sambil terkekeh.

"Eiyyy, aku kira kamu belum kembali, jadi aku tidur lebih awal."

"Baiklah baiklah, jadi ada cerita apa hari ini?" Nabila memilih untuk profesional sebagai Bink, meski dia dituntut ramah pada pendengarnya, tapi dia juga harus menetapkan batas, apalagi kalau dia ingin terus menyembunyikan identitas aslinya.

"Aku punya banyak cerita, Bink." Lala terdengar antusias sekali. "Kamu tahu Bink? Waktu itu aku pergi nonton dengan Dion, meskipun sebenarnya aku prefer nonton yang lain ketimbang Oppenheimer, tapi aku senang karena bersama Dion." Lala berseru, dia terdengar sangat bahagia, sampai Nabila bisa mendengar jelas rasa bahagia dari suara gadis itu.

Nabila agak mengerutkan kening, ia kemudian mencibir, dia tidak tahu kalau mereka serius pergi nonton. Sebuah senyuman terbit di sudut bibirnya.

"Oh ya, it's good then. Aku senang mendengarnya." Sahut Nabila meningkahi rasa bahagia Lala yang tampaknya meluap.

"Aku merasa bersalah pada Nabila sebenarnya." Ujar Lala lemas.

Nabila memiringkan kepalanya, tidak mengerti maksud gadis itu. Apa yang membuat Sheila merasa bersalah padanya?

"Lho kenapa memangnya??" Tanya Nabila kali ini ia merasa penasaran.

"Kemarin dia sakit, dan aku sedikit emmm senang karena dia tidak masuk." Lala terdengar sedikit menyesal.

Nabila tersenyum kecut, dia sudah bisa menebak, Sheila pasti senang dia tidak masuk kuliah, dia tidak akan merasa terganggu untuk dekat-dekat dengan Dion.

"Oooh, kurasa itu wajar, asal kamu tidak mendoakannya untuk terus sakit." Gurau Nabila.

Sheila terkekeh. Seperti dugaan Nabila, ia tahu Sheila pasti tidak benar-benar membencinya, mungkin dia hanya merasa, emm sedikit kesal karena Dion lebih dekat dengan Nabila.

"Karena Nabila tidak kuliah satu pekan kemarin aku lebih banyak ngobrol dengan Dion, ya meskipun kadang dia lebih banyak membicarakan Nabila juga sih." Lagi-lagi Sheila terdengar kesal. Nabila menggigit bibir bawahnya. Padahal kupingnya tidak panas kemarin, kurang kerjaan sekali Dion membicarakannya saat sedang bersama Sheila.

"Kamu tahu Bink? Aku kaget sekali kemarin Dion bertanya soal acaramu."

Nabila ingat waktu itu, saat tib-tiba Dion bertanya pada Sheila juga dirinya, apakah mereka tahu acara Midnight story, dia bisa melihat waktu itu Sheila tampak sangat terkejut, mungkin juga sedikit takut.

"Oh ya? Jadi apakah dia juga tahu?" Nabila berbicara seolah dia benar-benar tidak ada bersama mereka saat itu.

"Kurasa tidak, dia hanya penasaran karena tagar di twitter." Jawab Sheila yang terdengar ragu.

"Yaaah sayang sekali kalau begitu." Nabila oura-pura kecewa.

"Bink, sepertinya aku akan mengatakannya pada Dion." Ujar Sheila pelan.

Nabila menutup mulutnya, menahan diri untuk tidak berteriak, dalam hati ia sedikit menyesal, coba kalau Sheila bercerita seperti ini padanya, maksudnya pada Nabila, pagi akan seru sekali, pikir Nabila.

Midnight Stories (Rony x Nabila) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang