Lima

1.1K 171 82
                                    

Tepat seperti dugaannya, Sheila dan Golan sama-sama tidak bergabung dengan line telepon Midnight stories malam tadi. Tidak, Nabila tidak mendengarkan siaran semalam karena Danil mengambil ponselnya sebelum dia tidur. Tapi Trisha mengajarinya di grup chat pagi tadi.

Trisha bukan hanya mengabarkan berita itu, yang di highlight oleh Trisha adalah cuitan dari akun baru bernama Golan "Cepat sembuh, Bink. Aku tidak ingin bercerita pada orang sakit" Tulis akun itu. Yang membuat Trisha misuh-misuh mengirim tangkapan layar itu ke grup pagi-pagi adalah fakta bahwa penyiar pengganti semalam sama sekali tidak menyebutkan kalau Bink sakit. Akun itu juga menulis cuitan lain. "Bagaimana kalau aku menjengukmu, Bink?"

Beberapa saat setelah membacanya Nabila sempat menantikan kira-kira apakah Golan serius akan menampakkan diri untuk menjenguknya atau hanya bualan. Tapi sekarang Nabila merasa bodoh karena menantikan hal itu dan melupakan fakta bahwa dengan itu Golan berarti tahu siapa dirinya? Dan sekarang itu membuat kepalanya semakin sakit, sekaligus berkeringat dingin.

"Nabila."

Suara bundanya mengembalikan kesadaran Nabila dari lamunannya dari laki-laki bernama Golan itu.

"Kenapa? Sakit banget kepalanya? Bunda panggil dokter aja ya." Pekik bundanya terlihat panik.

Berbeda dengan bunda, Nabila malah santai melihat wajah panik wanita itu. "Engga bun, aku gakpapa." Nabila menahan bundanya yang nyaris memanggil dokter.

"Lah tadi kamu mukul-mukul kepala, bikin takut aja." Sentak bunda kesal.

Gadis itu kelabakan, akhirnya hanya bisa menggaruk keningnya karena tidak menemukan jawaban.

"Makan ini buahnya." Bunda mengangsurkan sepiring buah naga yang sudah dipotong dadu.
Nabila meringis, ia tidak suka buah naga karena baunya. Tapi kali ini ia tidak berani protes dan hanya bisa patuh memakan buah itu meski enggan. Jika ada yang bilang orang sakit akan dimanja oleh orang tuanya, makan tidak berlaku bagi Nabila, bundanya tetap akan cerewet meskipun saat dia sedang sakit, bahkan jauh lebih kejam.

"Itu simpen HPnya, maen HP terus dari tadi." Tegur bunda.

Nabila mendengus, padahal Nabila belum lama memegang ponselnya, tapi bundanya sudah seperti melihat Nabila main handphone seharian. Nabila paham, bunda ingin Nabila istirahat, tapi semalam dia benar-benar sudah tidur cukup. Tapi lagi-lagi Nabila hanya bisa manut pada bunda, atau wanita itu akan berubah menjadi momster.

"Nabila cuma ngecek chat doang, Bun." Ujarnya sambil meletakan ponsel di sisi kananya, dia sengaja tidak menyimpan di atas nakas, karena jika disimpan di sana pasti akan diamankan  bunda.

-oOo-

"Projek lagi?" Desah Nabila frustrasi, ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut tebal milik rumah sakit. Kedua temannya tertawa melihat ekspresi Nabila.

Lima detik, Nabila membenamkan diri di balik selimut, lalu kembali duduk bersila menghadapi kedua temannya yang baru datang lima belas menit yang lalu. Bilangnya sih mereka menjenguk Nabila, tapi kedatangan mereka malah membuat Nabila semakin sakit kepala, apalagi Dion yang memberi kabar soal tugas projek merakit robot. Ia masih ingat akhir semester lalu ia membuat robot line follower dalam bentuk mobil-mobilan, dan mobil-mobilannya bergerak sangat lambat dengan sensornya yang tidak berjalan baik sehingga lajunya tidak mengikuti lintasan. Hadeeeh Nabila merasa  jurusan kuliahnya adalah separuh dari ujian hidup.

"Sumpah ya, kenapa harus projek begitu lagi sih." Rengek Nabila. Sheila mengendikkan bahu sambil mengunyah snack tok yang tadi dibawa Dion.

"Lah kan udah dijelasin dari awal semester, Bil." Sahut Dion. "Gue udah kepikiran sih mau bikin apa." Sambungnya jumawa.

Midnight Stories (Rony x Nabila) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang