[Perumahan cluster, no 0692. Rumah paling pojok]
Heksa ingat betul alamat yang dituliskan Pak Biyyu pada kertas yang sudah disobek tempo hari. Sepertinya benar. Rumah paling pojok dengan desain Jawa modern yang berdiri kokoh di hadapannya ini adalah hunian yang disebut Pondok Pak Biyyu.
Bocah itu tersenyum. Rumah ini tampak lebih lawas daripada rumah yang dia tinggali bersama orang tuanya selama ini. Namun anehnya, Heksa bisa merasakan kehangatan yang dipancarkan.
Baiklah. Tanpa menunggu lama, Laksamana Heksa Madani langsung mengambil langkah untuk menekan bel yang berada di sebelah kanan pagar. Baru saja tangannya hendak menekan bel tersebut, namun tiba tiba gerbang dibuka dari arah dalam.
Kening Heksa mulai berkerut ketika melihat siapa yang berdiri di hadapannya saat ini. Seorang pemuda yang sepertinya seumuran dengan dia.
"Lo siapa?" Tanya Heksa tanpa sopan santun. Biarkan saja. Dia fikir pemuda yang berdiri di hadapannya kini berumur sama dengannya.
Yang ditanya pun menghela nafas,
"Masih ada lagi? Emang Pak Biyyu nemu bocah berapa sih? Dateng mulu perasaan dari tadi..." Dumelnya yang masih mampu Heksa dengar."Jadi, bukan cuma gue yang ditemuin sama Pak Biyyu?" Pikir Heksa.
"Gue Mada. Sekala Madya."
Uluran tangan dan suara milik Mada berhasil membuyarkan lamunannya.
"Gue Heksa."
Mada hanya mengangguk singkat.
"Masuk aja dulu."Ujarnya kemudian berlalu untuk memanggil abang abang bakso yang tanpa sengaja lewat.
"Oh... Oke."
Heksa perlahan mulai melangkahkan kakinya ke dalam. Luar biasa! Pondok Pak Biyyu ini benar benar sangat nyaman. Halamannya begitu luas. Tidak sih, tidak seluas halaman rumahnya dulu. Tapi sungguh, ini mah kalau buat main bola juga cukup cukup saja.
Kemudian di sebelah kanan, ada sekitar tiga buah gazebo. Masing masing atap dari gazebo itu dihiasi tanaman rambat yang luar biasa indah. Disini ada beberapa pohon. Haduh. Heksa ingin menjelaskan lebih detail, tapi dia bodoh sekali tentang tanaman. Maklum, waktu pelajaran biologi dia lebih sering tidur. Ya, pengecualian untuk bab reproduksi.
Heksa memang tidak tau pohon yang ada di rumah ini termasuk jenis pohon apa. Tapi jika dilihat secara seksama, Heksa rasa pohon ini hidup dan dirawat dengan begitu baik.
Karena desain rumah ini tampak seperti Jawa modern, sepertinya Heksa bisa mengerti kenapa kebanyakan material yang digunakan adalah kayu.
Well... Rumah ini besar. Sangat besar jika untuk ukuran individu yang hidup sendirian seperti Pak Biyyu. Tunggu, benar kan Pak Biyyu hidup sendirian?
Heksa yakin Pak Biyyu belum menikah. Heksa seratus persen yakin Pak Biyyu masih lajang. Dan jika begitu, bukankah akan sangat sepi jika dirinya hidup di rumah sebesar ini sendirian?
Ataukah karena itu Pak Biyyu sengaja mengumpulkan beberapa anak sebagai teman agar sepi tidak lagi menghampirinya?
"Pak Biyyu... Anda sebenarnya punya rencana apa?"
****
"Abiyyu, saya dengar kamu menolak semua treatment yang disarankan untuk memperlambat penyebaran penyakit ini. Kenapa? Saya memang tidak bisa menjamin bahwa kamu bisa sembuh seratus persen. Tapi setidaknya, treatment yang diberikan bisa membuat kamu merasa lebih baik."
Ingatan Biyyu ditarik pada saat dirinya datang untuk konsultasi dengan Dokter Bimanda tempo hari. Memang benar, Biyyu sengaja menolak segala macam treatment yang akan diberikan. Alasannya? Sederhana. Karena Biyyu benci minum obat. Perutnya akan terasa begah karena berkali kali minum air agar bisa menghilangkan rasa pahit yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pondok Pak Biyyu
Teen Fiction"Sebelum gue lupa sama semuanya, gue mau jadi seorang Bapak, gue mau punya anak. Tanpa harus menikah dan berkomitmen sama seorang wanita." Abiyyu Agnibrata, didiagnosis alzheimer saat usianya menginjak empat puluh dua tahun. Dokter bilang dia akan k...