15. Mas Adek

326 21 2
                                    

Seluruh anggota keluarga shalat berjamaah dengan di Imami oleh Abhimanyu. Sempat terkejut, Zarina tak menyangka jika Abhimanyu mempunyai suara yang indah saat melafadzkan ayat suci Al-Qur'an.

Zarina menatap Abhimanyu yang tengah mencium tangan Abi nya yang terdapat raut bangga di wajahnya saat mendengar suara Abhimanyu melantunkan suara azan dan kalimah Allah dengan suara yang begitu merdu dan sejuk.

Abi mengusap pundak Abhimanyu dengan raut bahagia, kemudian Abhimanyu pun mulai mencium tangan Umi serta Bunda.

Abhimanyu mengalihkan wajahnya saat hendak bertatapan dengan Zarina membuat Zarina mengangkat kedua alisnya bingung.

Setelah melaksanakan sholat magrib, Umi dan Bunda Fauzah bergegas ke dapur untuk mempersiapkan makan malam, sementara Abhimanyu, Raffi, dan Abi mulai mengambil kitab suci Al-Quran dan mulai membacanya.

Zarina masuk ke dalam kamarnya mengganti memasukkan mukenanya ke dalam lemari lalu mengambil jilbab instannya dan kembali keluar kamar menuju dapur tepat di meja makan terdapat Umi dan Bunda yang sudah selesai menata makanan di atas meja.

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit berlalu, akhirnya Abi, Raffi, dan Abhimanyu pun datang ke meja makan. Setelah membaca doa, semuanya makan dengan keadaan yang tenang dan sunyi, hanya terdengar dentingan suara sendok dan garpu di atas piring.

Zarina melirik Abhimanyu di depannya yang tengah menyapu mulutnya menggunakan tisu, setelahnya Abhimanyu hendak menatap ke arah Zarina membuat Zarina langsung menundukkan pandangannya menatap piringnya yang terdapat sisa nasi sedikit.

"Sudah selesai Nak?" tanya Abi hangat dengan senyuman menatap Abhimanyu.

"Sudah Abi," jawab Abhimanyu menatap Abi.

"Baik, apa yang ingin Mas Abhi bicarakan dengan Abi dan juga Umi?" tanya Abi membuat Zarina beralih menatap Abinya. Seluruh anggota keluarga tampak bingung dengan ucapan Abi tak terkecuali.

Umi pun menatap Abhimanyu dan Abi bergantian, ikut bingung.

"Begini Abi Umi," ujar Abhimanyu mulai membuka suara dan menatap Abi Umi bergantian.

"Apa jika Mas mempercepat pernikahan, Abi atau Umi akan keberatan?" tanya Abhimanyu yang membuat raut wajah terkejut kentara di wajah Zarina.

Abi dan Umi saling tatap, lalu Abi kembali menatap Abhimanyu, "Mas mau mempercepat pernikahannya Nak?" tanya Abi memastikan.

"Inshaallah Abi, di saat Mas sudah siap, Mas akan mengatakannya pada Abi, maksud Mas menanyakan demikian karena ...," Abhimanyu menjeda ucapannya sejenak.

"Takut Abi belum siap melepas Zarina di saat Mas sudah siap menjabat tangan Abi, begitu Abi," lanjut Abhimanyu.

Abi terdiam sesaat tak langsung menyahuti ucapan Abhimanyu, dan melirik ke arah istrinya.

"Sejujurnya, tidak akan ada orang tua yang akan siap untuk melepas anaknya apalagi seorang putri Nak," ujar Abi membuat Abhimanyu menatap Abi serius.

"Namun bukankah sudah kewajiban orang tua untuk menikahkan dan melepaskan anaknya untuk membangun rumah tangga bersama seorang imam yang baik iman nya?" ucap Abi membuat Abhimanyu sedikit menunduk.

"Abi akan siap kapan pun Mas Abhi siap menjabat tangan Abi," ujar Abi membuat alis Zarina saling bertautan tak suka mendengarnya.

"Di saat Mas siap nanti, Mas akan menemui Abi dan Umi," ujar Abhimanyu menatap kedua orang tua Zarina dengan senyuman dan tatapan yang hangat.

Krek ...,

Zarina mendorong kursi yang ia duduki dan bangun dari kursinya membuat semua perhatian teralihkan ke arahnya. Ia pun pergi meninggalkan meja makan dengan perasaan campur aduk, karena tak bisa melawan kehendak Abinya.

Destiny Love With LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang