18. Renggang

261 13 1
                                    

Setelah memastikan kedua perempuan tersebut ada lagi di luar bilik, Zarina pun perlahan keluar dari dalam bilik.

Zarina memegang dadanya yang bergemuruh lalu mengipas wajahnya sesaat. Ia sedikit merasa sesak.

"Huft ...," Zarina menghela napasnya dengan wajah yang menengadah ke atas.

"Apa sih, kok sakit," ujar Zarina mengusap dadanya lembut.

"Gatau ah," ucap Zarina mengusap sudut matanya lalu kembali mengipas wajahnya dan keluar dari toilet, namun manik matanya menatap punggung tubuh Abhimanyu yang tengah berjalan menuju pintu keluar hotel membuat Zarina mengernyitkan dahinya dan ikut melangkah mengikuti Abhimanyu.

Sampai di depan pintu hotel, Zarina melihat Abhimanyu yang tengah berbicara dengan seorang perempuan yang tak lain ialah Citra.

Rasa nyeri pun kembali di rasakan Zarina di dalam dadanya. Zarina mengatupkan mulutnya mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja menyergab hatinya.

Di tambah dengan Abhimanyu yang tiba-tiba saja memegang kedua lengan Citra kemudian perempuan tersebut malah langsung memeluk Abhimanyu.

Tangan Abhimanyu mengusap punggung tubuh perempuan tersebut dan membalas pelukannya. Hal tersebut lantas membuat Zarina semakin memegang erat dadanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca dan meneteskan air mata.

"Zarina ...," panggilan tersebut lantas membuat Zarina mengalihkan pandangannya menatap Mama yang menatap Zarina terkejut karena sudah bersimbah air mata.

Manik mata Zarina menatap ke arah Abhimanyu dan Citra yang masih saling memeluk seperti saling mendamba dan merindukan.

Mama yang melihat hal tersebut lantas memelakkan matanya dengan emosi yang siap meledak.

"Abhimanyu!" ucap Mama membuat Abhimanyu dan Citra cukup terkejut dan langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap ke arah Mama.

Begitu terkejutnya Abhimanyu saat mendapati Zarina yang sudah berlinang air mata dan menatapnya nanar.

"Abhimanyu!" ucap Mama lagi.

"Citra sudah, Citra," ucap Dinda yang baru datang dan menarik Citra untuk menjauh dari Abhimanyu.

"Abhimanyu Devanka Adhitama!" tegas Mama lagi.

"Cit ayo ...," ujar Dinda menarik Citra pergi dari hotel tersebut.

Mama turun dari tangga menuju pintu masuk tersebut dan menghampiri Abhimanyu.

Plak

Satu tamparan keras didapat Abhimanyu membuat Zarina berkedip sekali.

Abhimanyu tertunduk dalam menatap kaki Mamanya, "Berani-beraninya kamu!" tekan Mama menatap Abhimanyu memelak.

"Siapa yang memberi kamu hak untuk mempermainkan hati Zarina?" tanya Mama dengan nada sarkas.

Abhimanyu hanya diam tak menjawab pertanyaan dari sang Mama dan memilih untuk tetap menunduk.

Mama menggelengkan kepalanya menatap Abhimanyu yang terus menatap tanah yang ia pijaki dengan dahi yang berkerut merasa bersalah.

Zarina mengusap air mata yang mengalir di pipinya lalu hendak melangkah menuruni anak tangga namun tangganya lebih dulu di jegat membuat Zarina mengalihkan pandangannya menata Adhyaksa yang menatap Zarina dengan senyuman.

"Mbak Zarin mau kemana?" tanya Adhyaksa begitu lembut.

Zarina tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Adhyaksa dan memilih menunduk menahan air matanya yang sudah penuh di pelupuk mata.

Destiny Love With LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang