31.

377 17 3
                                    

Zarina menuruni anak tangga rumah dengan perasaan yang tak karuan. Pikirannya masih terbelenggu akan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Tadi pagi sekali saat ia hendak melaksanakan sholat subuh, ia kembali muntah dan merasakan mual saat memasuki kamar madi.

Sampai di lantai dasar, langkah kakinya terhenti tepat dengan manik matanya yang menatap manik mata Abhimanyu yang tengah berdiri dengan jubah hitamnya serta jas hitam serta sorban batik di bahunya, peci hitam pun berada di kepala Abhimanyu.

"Sudah bangun?" tanya Abhimanyu sibuk memakai arloji di tangannya, "Sudah lebih enakan? Gak pusing lagi?" tanya Abhimanyu sibuk dengan arlojinya.

Zarina tak menjawab pertanyaan yang di lontarkan Abhimanyu membuat Abhimanyu kembali menatap Zarina.

"Mas mau kemana?" tanya Zarina tak memangil Abhimanyu seperti biasanya, membuat Abhimanyu mengernyitkan dahinya.

"Mau ke masjid, sholat jum'at," ucap Abhimanyu.

"Kenapa serapi itu?" tanya Zarina lagi yang membuat Abhimanyu tersenyum mendengarnya.

"Mas yang ngimamin," ujar Abhimanyu dengan teduh menatap Zarina.

"Mas berangkat dulu ya," Abhimanyu melangkah dekat ke arah Zarina, "Baik-baik di rumah nanti selesai Mas sholat kita ke rumah Bunda Aisyah, tadi Mama gak bangunin Adek karena Mas bilang Adek kurang sehat," ujar Abhimanyu.

"Mas pergi ya," ujar Abhimanyu mengusap lembut kepala Zarina yang tertutup jilbab instan, "Assalamualaikum," salam Abhimanyu.

"Waalaikumsalam," sahut Zarina.

Setelah memperlihatkan senyuman hangatnya pada Zarina, Abhimanyu pun mulai melangkah menuju pintu rumah.

"Kok ...," ucapan Zarina menggantung membuat Abhimanyu menghentikan langkah kakinya.

"Gak di cium," cicit Zarina yang perlahan menerbitkan kembali senyuman di wajah Abhimanyu, dengan segera ia pun berbalik menatap Zarina yang raut wajahnya terlihat cemberut.

"Mas sudah wudhu, nanti saja ya," ucap Abhimanyu memberi pengertian dengan senyuman, "Mas jalan dulu ya," lanjut Abhimanyu lalu mulai melangkah lagi menuju pintu rumah.

Raut wajah Zarina semakin menggerut kesal mendengar jawaban dari Abhimanyu.

"Nanti di masjid juga bisa wudhu lagi padahal!" dumelnya dengan wajah yang hampir menangis sedikit terisak.

Zarina menatap sekeliling rumah yang sepi, ia pun mencoba kembali menenangkan dirinya yang hendak menangis.

Krukh ...,

Zarina memegangi perutnya, ia pun berjalan menuju meja makan hendak melihat makanan yang dimasak oleh Mama mertuanya.

Tentu saja hidangan lezat terlihat di atas meja makan, namun Zarina sama sekali tidak berselera saat melihat rendang daging, udang sambal, dan ayam goreng serta beberapa jenis masakan sayuran.

Zarina menutup kembali saji prasmanan yang berada di atas meja. Ia pun beralih menuju dapur rumah dan mencoba mencari mie instan korea yang tiba-tiba saja ingin ia makan.

Namun lelah mencari di lemari dan di kulkas, mie korean instan yang ia inginkan sama sekali tidak ada dan hanya ada mie instan indonesia.

Ia pun keluar dari dapur, berniat membelinya ke mini market yang berada tak jauh dari rumah Adhitama.

Setelah berpamitan pada satpam rumah yang memaksanya untuk di antarkan Zarina pun akhirnya dapat pergi sendirian dengan berjalan kaki ke mini market.

Destiny Love With LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang