Bagian yang Tak Terkatakan

7.9K 321 30
                                    

——COMMITMENT——

Seandainya waktu bisa diulang, mungkinkah aku dan Jay tidak memiliki hubungan apa-apa? Entahlah , aku bukan malaikat yang bisa menerawang harapan masa lalu.

Siang itu dihari yang sama kami mengambil cincin pernikahan, sesudahnya,  ia membawaku mengunjungi perusahaan. Bukan mengunjungi, tepatnya mempermalukan saya!

            "Hallo sir"

            "Ehemm... apakah laporan keuangan sudah selesai?"

            "Sudah saya selesaikan"

            "Bagus, Chika tolong beri air kepada perempuan ini"

Katanya sambil menunjuk ke arah ku . Sepertinya harga diriku sudah tidak ada. Bagi Jay, tidak bagiku.

            "Maaf tidak usah repot-repot. Saya tidak butuh air apapun, karena saya akan segera pergi"

            Aku beranjak dan melangkahkan kaki meninggalkan kantor yang sudah membuat aku terbakar.

            "Pergilah, jika kau pergi maka kau adalah perempuan bodoh dan murahan. Heh, katanya gadis yang berkomitmen dan manis, apanya?? Secuilnya pun tidak!! Dasar perempuan jalang. Murahan! Katakan berapa banyak Winasa memberimu uang, karena menurutku kamu tak ada apa-apanya!"

Tubuhku bergetar. Ingin rasanya menumpahkan air mata atas penghinaan yang kejam itu. Menangis? Seandainya bisa!! Hanya saja itu melawan prinsipku. Sekretarisnya, entah siapa namanya itu diam ditempat. Ia tak berkutik. Betapa malunya diriku. Menerima semua perbuatan Jay yang sudah seperti binatang. Dia bukan manusia. Aku yakin itu.

Sambil membenahi ekspresi tubuh, aku berjalan dengan tegas, mendekati Jay yang meatapaku dengan nanar. Berdiri sekitar 10 detik memandang dirinya.

"Persetan denganmu!"

The right hand menampar pipi Jay. Aku menamparnya sangat kuat. Ku kerahkan semua energi yang tersisa dari dalam diriku sendiri.

"Sekali lagi kau berkata yang tidak sopan padaku akan ku patahkan lidahmu itu" aku melayangkan pandangan itu. Biarkan saja. Kemudian melangkahkan kaki berbalik menjauhinya. Hanya saja ,..

Pipiku terasa panas. Jay balik menamparku. Betapa terkejutnya diri ini. Pedih ku rasakan. Seakan jiwa ini ikut melayang terlepas dari jasmani.

"Kamu pikir siapa kamu?? Kamu hanyalah kotoran yang menempel di keluarga Winasa. Jaga sifatmu ketika berhadapan denganku. Aku bukan lelakimu. Aku Jay Gabine Winasa!! Tak usah menangis karena ucapanku, karena itu semua benar, wanita penjilat"

Kedua mataku sudah terasa perih, ingin rasanya menumpahkan kesakitanku saat itu. Hanya saja aku, diriku, sudah terlalu kebal untuk menuruti keinginan hati ini.

"Chika, tolong usir perempuan ini dari kantorku! Kalau perlu buang saja dia karena dia hanya sampah yang membuat kantor ini berbau"

Jay berbalik. Membelakangiku. Ia menatap panorama kota dari kantornya yang seluruh bagiannya terbuat dari kaca.

"Miss... ayo keluar"

Sesak. Benar-benar sesak. Aku ingin berlari, tapi kemana ? Aku saja tidak tahu. Langkahku terkunci.

            "Miss..."

            "Seret saja dia. Kalau ia tidak tahu caranya untuk keluar"

Jiwa ini sudah dipenuhi dengan setan, iblis!! Aku melangkahkan kaki mendekati Jay. Kutarik tangannya sehingga tubuhnya berputar 1800.

            "Betapa kejamnya kau! Aku bukan manusia jalang seperti yang kau pikirkan. Aku memang bukan sekaya dirimu tapi aku masih punya harga diri yang lebih mahal dari harta yang kamu punya! Hentikan permainan ini sebelum terlambat. Kamu dan aku tidak akan mungkin bersatu. Hentikan!! Persetan dengan mu, kau tak lebih dari seorang pecundang!"

Ku dorong tubuhnya dengan kasar kemudian melangkah meninggalkan ruangan yang sudah membuat aku mati. Aku tidak sanggup Tuhan. Ujian apa yang sedang hambamu hadapi ini?? Pernikahan itu tinggal beberapa hari lagi. Semua sudah siap. Aku tidak siap! Bagaimana ini Tuhan?? Komitmen itu bukan untuk diperjual belikan. Aku takut Tuhan. Sangat takut. Bagaimana ini??

            AKu sudah sampai dilantai dasar. Kemudian bergerak cepat memberhentikan taksi. Dan menangis sepuasnya didalam taksi. Kekuatanku sudah runtuh, tak sanggup lagi menahan sakit itu. Sakit yang belum saja dimulai sudah memberi luka dan bekas. Seandainya saja bisa, aku ingin terlahir sebagai pribadi yang lain. Ahh seandainya bisa.

CommitmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang