Malapetaka

30.4K 546 5
                                    

Echa tak akan menikah sebelum semua mimpi dirinya terwujud dalam dan untuk  dunia ini. Mimpi besar yang dapat merubah segala sesuatunya. "I'm the agent of change" motto hidup yang selalu dibawa kemanapun. Karir dan komitmen yang dibangun hancur sudah. Ayahnya Bambang Grandt terlilit utang yang dipinjamkan untuk perusahaan. Bambang sendiri tak mampu untuk melunasi utang sebanyak 2,5 Trilliun tersebut tak mampu berbuat apa-apa. Seluruh keluarga juga baru tahu setelah penagih utang mendatangi kediaman mereka di Grant Villa Weins. Bambang hanya diam menghadapi seluruh kolektor utang yang hadir di kediamannya. Nyonya Grandt menangis tepat diatas meja panjang klasik disudut ruangan. Caca anak bungsu dikeluarga Grandt menambah deretan pemandangan pilu dengan linangan air mata saat itu. Echa perempuan berusia 23 tahun itu seakan tegar dengan menyimpan air mata. Sudah sangat lama sang kolektor utang berbicara dengan Bambang Grandt, sepertinya membahas MOU yang harus disepakati antara peminjam dan pemberi pinjaman.

"Kalian harus mengosongkan rumah ini dalam tempo 2 x 12 jam. Apapun tidak diijinkan untuk kalian bawa. Hanya keluarkan semua pakaian. Lusa rumah ini akan disegel"

Ultimatum sudah final. Semua keluarga Grandt akan menjadi gembel dijalanan. Tangis nyonya Grandt dan Caca bertambah keras, tak sanggup membayangakan mereka menjadi gepeng. Lima menit kemudian, ruangan tengah itu hanya ada Grandt, kolektor telah pergi dan ia masih saja duduk dan membisu. Ketika azan magrib berkumandang, pintu rumah diketok dari luar. Satupun tak ada yang beranjak dari posisi semenjak ditinggal kolektor tadi siang. Echa menghampiri pintu. Betapa kagetnya ia, Mr. Stevanus winasa berkunjung . Kolega bisnis Bambang Grandt datang disaat yang tidak tepat.

" Hallo Echa, Papa kamu ada?"

Echa takut. Ketakutan muncul secara refleks. Ia sangat takut kalau Mr. Stevanus juga melakukan hal yang sama seperti koletor yang tadi siang. Itu hanya akan menambah beban dikeluarga ini. Sepertinya ia bimbang. Menjawab jujur atau tidak. Bayang-bayang integritas kembali merasuk ditengah badai kehidupan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh keluarga Grandt.

" Ada Om. Silahkan"

Ia menuntun Mr. Stevanus menuju ruang tamu. Kemudian bergerak cepat menyadarkan Bapaknya kalau ia sedang memiliki seorang tamu. Sungguh terlihat sangat canggung dan menegangkan.

"Ayah, Mr. Stevanus datang berkunjung"

Mr. Grandt beranjak kemudian membetulkan penampilan. Selang beberapa saat, tegur sapa terdengar dari ruang depan. Wanita separu baya dengan busana jawa kental membawakan minuman dan makanan kecil untuk nenemani Mr. Stevanus dan Grandt berbincang. Sepanjang rentang waktu lebih kurang satu jam,  komunikasi mereka terus berjalan. Sampai pada akhirnya Mr. Grandt memanggil Mrs. Grandt, Echa dan Caca ikut dalam obrolan mereka dari tadi.

" Bunda,, Mr. stevanus memberikan solusi untuk membantu kita"

Wajah Mrs. Grandt dan kedua anaknya langsung memberikan pertanyaan.

"Membantu masalah keuangan perusahaan bunda" ia menjawab setimpal raut wajah istrinya yang penasaran.

"Apa?? Mr. Stevanus serius?" katanya berbinar- binar mencari kepastian

Mr. Stevanus mengangukkan wajahnya dengan senyuman

Mrs. Grandt memeluk kedua putrinya. Mereka tidak perlu menjadi gembel . Masalah perusahaan selesai dengan seketika. Caca melompat kegirangan. Semua larut dalam kebahagiaan. Selamat tinggal gembel!!

CommitmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang