15. Terimakasih

135 22 0
                                    


⭐ Vote juseyo ⭐

🏘️ Happy reading 🏘️

.

.

.

Sore hari menjelang malam, sebelas manusia yang saat ini menempati villa sudah bersiap, duduk di depan tenda sambil menopang dagu menanti waktu senja. Ada dua tenda yang cukup besar, satu tenda laki-laki dan satu tenda perempuan, ternyata alasan mereka lebih memilih tenda pramuka ketimbang tenda camping karena tenda yang saat ini mereka bangun jauh lebih besar dibanding tenda camping yang mereka miliki.

Kiana menghembuskan nafas panjang lantaran bosan, ia dan yang lain sudah menunggu setengah jam, menyiapkan kamera juga ponsel yang siap memotret indahnya senja dari atas bukit. Tidak begitu tinggi, namun pemandangan yang bukit ini suguhkan cukup memanjakan mata. Pandangan Kiana dan Bian bertemu, kali ini Kiana yang tertangkap basah telah curi-curi pandang pada pria itu.

Jangan nyamperin jangan nyamperin jangan nyamperin jangan-

"Ke sana yuk, biar lebih jelas" ajak Bian sembari mengusap lengannya yang digigit nyamuk-nyamuk nakal.

Kiana berpura-pura tak mendengar ajakan Bian, gadis itu sibuk mengalihkan pandangan hingga lengannya ditarik paksa oleh pria yang di cueki.

"Gue perlu ngomong, Jun"

Kegiatan Arjuna yang sedang bermain uno dengan Gama, Cavin, dan Matt terhenti, kini pria itu mengangguk lalu mengikuti langkah Rara yang membawa mereka ke tempat yang jauh dari teman-teman lainnya.

"Ngomong apa? Soal jalan ke pantai? Bisa, kebetulan gue nggak ada bimbel minggu depan"

"Bukan Jun, ini soal gue sama lo"

Bahkan Rara enggan menyebut kata 'kita' yang memang dirasa tidak pantas digunakan untuk mencakup mereka berdua. Hening untuk beberapa saat, hingga langit senja perlahan memamerkan keindahannya, membuat mereka terlena dari topik awal dan memusatkan perhatian pada sunset si pencuri atensi.

"The sunset is beautiful, isn't?"

Kalimat yang terlontar dari bibir Rara sukses merenggut atensi Arjuna, mengabaikan indahnya langit senja yang masih melambai.

"Yes, is it"

Kini Rara yang menatap Arjuna, pria itu memandang langit senja, ukiran wajahnya berpadu sinar senja membuatnya tertegun. Harus diakui pemandangan langit senja dengan Arjuna itu keindahan tiada tara, sangat indah. Rara menyukai keduanya. Gadis itu masih terus bisa memandang indahnya senja tanpa harus memilikinya, sama seperti Arjuna.

"Makasih, Jun"

Pandangan mereka bertemu, mungkin ini benar-benar kali pertama karena setelah dipikir-pikir pandangan mereka jarang bertemu, mereka sibuk dengan diri sendiri, sibuk memikirkan urusan masing-masing, tanpa memedulikan satu sama lain.

Arjuna mengangguk pelan, dirasa satu tekanan di hatinya melebur membuat pria itu sedikit lega. Begitu pula Rara, gadis itu bahkan tak mengira semuanya akan berakhir semudah ini, setenang ini, dan Rara mengakui dirinya merasakan perubahan, ini jauh lebih baik.

"Mau foto? Langitnya cantik"

Itu Gama, ia merangkul Rara, membawa gadisnya menuju spot foto yang sudah ia siapkan.

"Gam, gue sama Ajun udah selesai"

"Memang harusnya gitu kan? Rara cuma punya Gama"

Rara memukul lengan kekasihnya, tertawa geli sebelum matanya melotot ketika Gama memotretnya tanpa aba-aba.

Young, dumb, & brokeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang