18. Pupus

129 16 0
                                    

⭐Vote juseyo ⭐

❤️🏘️Happy reading 🏘️❤️

.

.

.

Tidak terasa delapan bulan berlalu sejak sebelas remaja tanggung berlibur di villa, dan dua bulan terakhir ini Bian dirawat inap di rumah sakit. Kondisi Bian yang mulai stabil membuat tante Sarah tanpa pikir panjang menyetujui saran dokter agar Bian segera melakukan operasi. Meski demikian, Bian yang keras kepala selalu saja tersenyum sambil mengatakan kalau ia baik-baik saja.

"Mending uangnya ditabung buat biaya kuliah Gama nanti, Ma..."

"Astaga ini anak... mendang mending pala lo! Urusan nyawa masih mendang mending aja!"

Gama sampai bersuara. Ia yang kepalang kesal menepuk ringan kepala Bian, membuat dirinya mendapati tatapan tajam dari sang Mama.

"Kamu nggak perlu mikirin biaya, mama nggak habis pikir sama jalan pikiranmu itu. Rania sudah sejak lama menitipkan uang tabungannya untuk biaya operasi kamu, dan ini waktunya mama menjalankan amanah dari almarhum Rania"

"Tapi Bian masih sehat, Bian–"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, lagi-lagi dada Bian terasa amat sakit. Mama Sarah dan Gama dengan cekatan meminta pertolongan pada petugas medis.

"Nggak sadar dirinya kebangetan, dasar" ucap Gama lirih sambil keluar dari ruang inap. Meski begitu ia berusaha sekuat mungkin untuk menahan air mata yang siap meluncur. Gama tidak boleh selemah ini, harusnya ia tabah karena pemandangan Bian yang tampak sekarat tidak terjadi sekali dua kali, namun tetap saja rasanya dada Gama seperti ditusuk jarum-jarum kecil. Kemungkinan besar Gama tidak dapat berinteraksi dengan Bian sampai kondisinya mulai stabil, atau mungkin sampai operasi Bian terlaksana.

"Kamu nggak balik ke sekolah?"

"Nggak ma, lagian sepuluh menit lagi jam pulang sekolah"

Di sekolah tadi Gama meminta izin kepada wali kelas untuk izin menjenguk Bian di pertengahan jam pelajaran. Waktu yang Gama tunggu-tunggu akhirnya tiba, disaat Bian dikabarkan mulai membaik Gama langsung meluncur ke rumah sakit setelah mendapat izin dari guru.

"Loh? Yumi"

"Eh Gama"

"Jenguk siapa, Yum?"

"Eyang, kena demam tinggi"

"Ya ampun.. semoga eyang cepat sembuh ya, nitip salam buat eyang"

Yumi hanya tersenyum kecil, matanya berpendar sebelum membuka suara "Soal Bian, gimana kondisinya?"

Ditanya demikian Gama malah melamun, kedua netranya menatap sepatu sampai Yumi kembali bertanya untuk yang kedua kalinya.

"Ah- itu... Bian drop lagi. Kondisinya jauh dari kata stabil, padahal gue udah seneng banget tadi dapet kabar Bian membaik..."

Yumi menghela nafas panjang, ikut merasakan sesak ketika Gama berusaha tersenyum.

"Btw gue sekalian ikut jenguk eyang aja, sorry nggak bawa apa-apa"

"Boleh, nggak masalah Gam"

Langkah demi langkah mereka lalui dengan iringan cerita sampai mereka berdiri di salah satu bilik kamar. Gama sukses dibuat terdiam karena yang saat ini mereka kunjungi adalah pasien dengan kain menutupi sekujur tubuh.

"Yum.."

"Eyang meninggal sejak pagi, tapi masih belum dimakamin"

"Gue turut berduka.."

Young, dumb, & brokeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang