Hari-hari selalu berlalu sama menurut Jemima. Ia habiskan hari di kantor, lalu pulang hanya untuk sekadar istirahat. Jika ditanya apa cerita spesial Jemima hari ini? Maka jawabnya tak ada.
Dia hanya duduk di kursi kerja, mengerjakan pekerjaan Difa yang masih merajuk padahal sudah satu minggu berlalu dari insiden dimarah Abyasa--tanpa Jemima tahu masalahnya--lalu mengatur jadwal Abyasa, termasuk mengurus soal makanan pria itu, ikut ke mana pun Abyasa pergi termasuk--jika ada--pertemuan dengan wanita siapapun itu, lalu mendampingi Abyasa ketika rapat, duduk di samping pria itu seolah ia juga memiliki jabatan yang sama dengan Abyasa padahal orang memandang ia sebelah mata, setelah itu andai memang tak cukup dengan membuat Jemima bekerja dari pukul delapan pagi sampai lima sore, maka pekerjaan tambahan akan hadir setidaknya maksimal bisa sampai pukul sebelas malam.
Tak ada yang menarik dalam hidup Jemima. Jadi ia tak memiliki dongeng tentang kisahnya. Bahkan dalam urusan cinta sekalipun.
Terakhir ia berpacaran dengan seseorang tiga tahun lalu. Itu juga seperti hubungan yang sudah-sudah, ia diputuskan karena merasa cemburu dengan pekerjaannya. Untuk pergi kencan saja Jemima harus curi-curi waktu. Akhirnya setelah itu ia memutuskan untuk tak jalin hubungan dengan siapapun jika bukan untuk hal yang lebih serius.
Menikahi dirinya, siap membayarkan penalti untuknya karena ia harus mengundurkan diri dari pekerjaan ini--andai masa kontrak belum habis. Lalu biarkan ia menjadi ibu rumah tangga saja.
Jadi, hidup Jemima bahkan masih kalah jika harus dibandingkan dengan air yang mengalir. Meski terlihat begitu-begitu saja, air punya banyak cerita.
Tapi bukan berarti Jemima tak bahagia. Sesungguhnya dia hanya tertekan dengan Abyasa saja. Pria itu begitu memanfaatkan seluruh tenaga dan waktu yang ia punya. Tapi soal gaji, Abyasa memberinya lebih, bahkan gaji Manajer pun berada di bawahnya. Tapi itu bukan gaji dari perusahaan, sih. Maksudnya, Abyasa menggunakan uang pribadi pria itu untuk membayar setengah gaji Jemima, setengahnya ia dapat dari perusahaan. Katanya untuk menghindari kecemburuan dan Jemima harus tutup mulut soal ini.
Bahkan staff payroll pun tak tahu jika ia mendapatkan bayaran khusus dari Abyasa.
Ngomong-ngomong kok dia seperti simpanan pria itu, ya? Astaga!
Tapi dia layak dapatkan itu, kan? Dia bekerja lebih banyak dari yang lainnya.
Lalu selain itu, meski tak ada cerita menarik dalam hidup Jemima, tapi setidaknya ia punya teman seperjuangan yang bisa diajak berbagi duka. Duka saja. Kalau senang biasanya lupa.
Bahkan meski alur hidupnya begitu-begitu saja, Jemima senang tiap kali mendengar cerita para teman yang memiliki kisah begitu berwarna. Itu adalah hiburan untuknya yang selalu merasa suntuk.
Jadi belum ada yang tau kenapa Difa dimarah pak Yasa?
Jemima memandang pesan dari Tia di grup Pejuang Kebebasan yang anggotanya hanya lima orang saja termasuk dirinya. Ini adalah grup khusus untuk membicarakan Abyasa atau tempat mereka mengeluarkan unek-unek tentang pria itu--dan juga Difa, sih.
Tak membalas pesan tersebut karena Jemima juga belum tahu dan enggan bertanya pada Abyasa, wanita itu lalu membalik ponselnya ketika terlihat si Tirani berjalan mendekat.
"Coba kamu periksa ini."
Jemima memandang proposal yang baru saja diajukan manajer proyek kepasa Abyasa.
"Kenapa?" Jeda, Jemima memeriksa lagi apa yang ia lihat. "Ada yang salah?"
"Estimasi biayanya lebih besar dari proyek Pesona Senja."
Segera mengambil lembar proposal tersebut, Jemima membuka softcopy dari laporan kerja dan pendanaan di Proyek Pesona Senja yang masih berjalan. Perlahan ia mulai membandingkan sementara Abyasa menarik kursi di depan meja Jemima, lalu menempatkannya di samping sang asisten yang malah menjadi pusat perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Assistant : WIFE!
RandomDi penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang menyita dua belas jam waktunya--kadang lebih--dalam sehari. Akhirnya perjodohan yang diatur oleh kelua...