10 : Divorce
Akan ada pertemuan dengan calon investor malam ini. Sesungguhnya Abyasa tak suka jika pertemuan dilakukan di luar gedung perkantoran. Tapi sadar pria itu yang berada di posisi butuh, jadi dia hanya bisa manut ke mana Jemima mengatur ruang pertemuan.
Wanita itu juga sudah mencari tahu dulu tentang calon investor sebelum menyiapkan tempat pertemuan. Seperti asal, sifat, dan kesukaan. Karenanya malam ini Jemima mengatur tempat pertemuan di lounge eksekutif, Lavender Beach, sebuah klub malam yang berada di sekitaran Anyer karena selain menyukai pantai, calon investor yang sebenarnya dari usia lebih cocok habiskan waktu di tempat ibadah ini menyukai wanita dan minuman.
Tapi jika itu Abyasa, tidak ada transaksi menggunakan wanita. Pria itu berbeda dengan Bara yang akan lakukan apapun bahkan meski harus membeli gadis perawan sekalipun untuk dapatkan hati calon investor atau perwakilan sebuah perusahaan yang akan membuat proyek besar.
Sudah Jemima katakan, bukan? Abyasa adalah orang yang bersih walau mulutnya seperti kebun cabe. Pedas! Jadi meski menjamu tamu dengan minuman beralkohol sekalipun, Abyasa tak akan sentuh cairan memabukkan itu. Apalagi wanita.
Jadi untuk malam ini, karena Jemima terpaksa menyiapkan tempat sesuai dengan kriteria si calon investor, wanita itu tak bisa pergi berdua saja dengan Abyasa. Karena dia juga tak minum dan tak lucu jika ditawari, keduanya menolak. Maka tugas Jemima selain menyiapkan segala tetek bengek persiapan untuk bertemu calon Investor, ia juga harus mencari orang ketiga yang terbiasa minum dan pandai bicara juga.
Biasanya orang-orang seperti itu bisa ia temui dengan mudah di divisi pemasaran. Sudah ada orangnya, tapi ia harus menunggu sampai pria itu mendapatkan izin dari orang rumah.
"Mba Mima!" Menanti di ruang kerja manajer yang masih bekerja di pukul lima sore, Jemima menoleh ke arah pria yang baru masuk.
Namanya Edzhar, pria berusia dua puluh delapan tahun yang merupakan asisten manajer pemasaran yang sering ikut dalam pertemuan dengan calon investor. Sebenarnya Edzhar ini merupakan cadangan. Tapi karena yang biasa ikut sedang cuti kerja, jadi Jemima lebih memilih Edzhar dibandingkan cadangan lainnya yang jika menemani malah tak bisa mengkontrol halusinasi.
Maksudnya adalah mabuk duluan sebelum calon investor menandatangani surat perjanjian investasi.
"Bisa, mba. Tapi sampai jam sepuluh malam aja. Gimana, mba?"
"Duh." Mima langsung memberengut. "Dua jam doang?"
"Istriku agak sewotan selama hamil ini, mba."
"Kalau bapak aja gimana?" Manajer yang sejak tadi menyimak lalu memberi usulan.
Menoleh pada pria berperut buncit itu, Mima lalu meringis. "Bapak seteguk aja udah sampai nirwana!"
Lalu pria usia empat puluh tahun itu tergelak. "Coba Pitrus tanyain, Ed. Kuat dia kalau minum."
"Ngga." Mima menggeleng tegas. "Udah pernah diajak tapi tuh anak malah ngang-ngong ngang-ngong aja."
"Kalem dia, bos," jawab Edzhar yang kemudian kedikkan bahu pelan. "Gini aja deh. Boleh telat tapi nanti aku dianterin pulang ya, mba? Biar ngga dikira bohong aku. Kalau yang lalu aku pulangnya naik taksi. Perang sama istri aku, mba. Dibilangnya bohong."
"Ya udah nanti aku anter," jawab Jemima pada pria yang berprofesi sama sepertinya, yaitu asisten namun yang membedakan mereka adalah Edzhar asisten manajer sementara Jemima adalah asisten pribadi Abyasa. Bukan asisten direktur, tapi asissten pribadi Abyasa. "Nant--"
"Ya jangan mba Mima! Itu sih namanya mau merusak rumah tanggaku, mba! Sama pak Yasa juga."
Jemima langsung melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Assistant : WIFE!
RandomDi penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang menyita dua belas jam waktunya--kadang lebih--dalam sehari. Akhirnya perjodohan yang diatur oleh kelua...