Ada urusan keluarga mendadak yang membuat Abyasa harus segera pulang. Jemima yang merasakan kemerdekaan datang meski hanya sebentar, langsung membuat acara makan bersama dengan rekan kerja.
Khusus tim Pejuang Kebebasan.
Di rumah makan AYCE, mereka terlihat begitu menikmati waktu tenang tanpa Abyasa. Karena pulang cepatnya pria itu bukan kemerdekaan untuk Jemima saja tapi semua karyawan juga.
"Tapi sama lo, Difa masih nyuekin?"
"Gue rasa nih, bu. Difa kek iri sama Mima."
Mendengar obrolan antara Fatma dan Tia, Jemima mencebik sambil mengunyah.
"Dapat gaji buta, Mima yang ngerjain semuanya juga. Masih bisa ketusin Mima? Emang tuh bayi ngga sadar diri!"
Mendengar Ikhsan membelanya, Jemima dengan bibir penuh, berdiri memberikan telapak tangan terbuka ke arah Ikhsan yang duduk di seberangnya.
Plak!
Mereka melakukan high five.
"Dhia fhikhir henak hadi hue!" ucap Jemima yang kemudian mendapatkan pukulan di pantat dari Hesti yang duduk di sampingnya.
"Telen dulu napa!"
"Muncrat, Mima!" timpal Ikhsan yang malah mengambil dengan sumpit satu potong daging dari atas panggangan lalu ia yang masih berdiri seperti Jemima menyuapkannya ke mulut Jemima yang makin penuh saja.
Gelak tawa mereka lantas mengiringi. Kembali duduk, mereka lanjutkan makan dan obrolan ringan.
"Saya datang para suhu!"
Semua wajah menoleh ke arah sumber suara yang menyapa. Segera berseru sambil bertepuk tangan riang, lima orang yang terdiri dari empat wanita dan satu pria itu menyambut kedatangan Yusuf yang Ikhsan kabari menyusul karena tak enak jika harus mengajak pria ini di saat masih bersama rekan lainnya.
"Anggota baru akhirnya datang!" Ikhsan menarik kursi dari meja lain dan memposisikan di sampingnya.
Yusuf membungkuk layaknya orang baru yang memperkenalkan diri. "Mohon bantuannya."
"Duduk-duduk. Jangan sungkan-sungkan. Di sini kita bebas." Hesti mempersilakan Yusuf. "Peraturannya Mima?"
Jemima yang hanya tertawa saja sejak tadi karena kedatangan satu orang lagi yang akan menjadi bagian dari grup Pejuang Kebebasan yang dapat dipercaya atau bukan mata-mata yang akan menjadi penjilat Abyasa. Berdiri setelah menelan semua potongan daging yang terus ia sumpalkan ke mulut. "Kita bebas di sini. Bebas ngatain pak Aby. Hahahaha!" Bahagia sekali ia katai si atasan yang sudah membuat ia berjaya dalam segi keuangan.
Meski tak menikmati sepenuhnya, tapi berkat Abyasa, keluarga Jemima jadi tak menderita seperti dulu lagi
Sekarang sudah ada rumah, tanah, bahkan adiknya bisa kuliah. Jemima di sini juga bisa membeli mobil.
Tapi masih kredit.
Alasan kuat yang membuat ia tak bisa lepas dari Abyasa.
"Jadi apa keluhannya wahai anak muda!" Tia bertanya sambil menyodorkan segelas es teh pada Yusuf.
Akhir-akhir ini entah mengapa Yusuf sering sekali diamuk oleh Abyasa. Sedikit saja melihat salahnya, Abyasa akan membuat pria itu bekerja bagai kuda. Lalu jika tak ada salahnya, maka akan dicari-cari sampai Yusuf terlihat salah.
Karena anak baru, mendapatkan teman pun tak bisa asal menjadi tempat bercerita karena banyak penjilat yang sibuk mencari perhatian Abyasa. Akhirnya Yusuf hanya mampu menceritakan keluh kesahnya pada Ikhsan dan orang-orang yang kini duduk di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Assistant : WIFE!
RandomDi penghujung usia tiga puluh, Jemima akan melepas masa lajangnya. Ketika ia pikir tak memiliki alasan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang menyita dua belas jam waktunya--kadang lebih--dalam sehari. Akhirnya perjodohan yang diatur oleh kelua...