8 : Mad!

71.5K 6.4K 245
                                    

Tampil menggemaskan dengan rambut dikuncir kuda yang bergoyang tiap langkah riangnya tercipta. Jemima yang cerahnya mengalahkan mentari pagi ini menyapa hampir semua karyawan Century Giant yang ia lewati. Biasanya ia selalu datang dengan wajah yang tak kalah buruknya dengan mendung yang tutupi indahnya biru di langit sana, namun hari ini tampak begitu berbeda.

Seolah beban yang terus menambah timbangan berat badannya terangkat semua, Jemima terus tersenyum bahkan tiap langkah yang ia buat, wanita itu memberi lompatan-lompatan kecil.

Dia bahagia sekali.

Setelah hampir dua minggu melakukan pendekatan dengan Darya, tutur kata dan sikap dewasa pria itu meluluhkannya.

Padahal Jemima cukup selektif dalam memilih pasangan--dulu sih saat pacaran--tapi Darya berhasil membuat ia yakin untuk memilih pria itu menjadi imamnya hingga ajal menjemput.

Ya ampun, romantis sekali!

Pria itu mengaku bukan dari kalangan berada memang. Tapi hebatnya, Darya bisa membangun usahanya sendiri dan berjanji untuk jadikan Jemima istri yang tak perlu ikut bekerja.

Cukup menantinya di rumah, bahkan belum apa-apa, Darya sudah diskusikan soal pembagian pekerjaan rumah di mana pria itu akan ikut andil juga.

Karena katanya rumah tangga itu dibangun berdua, jadi lakukan apapun juga berdua.

Manis, kan?

Manis sekali seperti senyuman pria itu.

Uuuh ... Jemima tak bisa lagi mengatasi perasaan yang membuncah di balik dada. Ia terlalu bahagia dengan perjodohan yang dibuat kedua orangtuanya ini

Nikah!

Jemima jadi makin tak sabar untuk bertemu Darya dan keluar dari pekerjaannya saat ini.

Keluar!

Batinnya tertawa keras.

Dia akan keluar dari penindasan Abyasa yang bisa-bisanya mengatai ia tak mampu bangun rumah sendiri.

Dasar pria itu bodoh!

Mengatai orang saja pandai. Tapi otaknya sendiri tak dipakai.

Mana ada orang membangun rumah sendirian! Kalau iya, apa gunanya perusahaan ini!

Benar, kan? Abyasa itu sebenarnya bodoh!

Ya ampun, ya ampun Mima. Udah ngga usah mikirin dia, deh!

Rusak kan waktu berharganya ini hanya karena pria itu saja. Kenapa juga harus ia pikirkan, apalagi sebentar lagi ia harus menahan muntah karena akan bertemu si setan selama seharian.

"Mba Mima!"

Baru akan masuk ke ruangannha yang juga merupakan ruang kerja si tiran, Jemima berbalik dan menemukan Yusuf yang hampiri ia dengan senyum semringah. "Seneng banget kayaknya, mba."

Jemima menepis helai ujung rambutnya hang mampir di bahu. "Iya dong." jawabnya genit, lalu mengerutkan hidungnya gemas.

Duh, bagaimana ini? Jemima tak bisa sembunyikan rasa bahagianya. "Kenapa Suf? Ada perlu?"

Pria yang ikut tersenyum karena bisa nikmati wajah ceria Jemima dari dekat, lalu sodorkan bungkusan plastik putih yang ia bawa. "Mau kasih ini aja sih, mba."

Melihat bungkusan tersebut, Jemima makin berbinar saja.

"Susu rasa pisang kesukaan mba Mima."

Jemima menerima pemberian Yusuf dengan senang hati. "Ya ampuuun." Ia intip apa saja yang pria itu beri. "Manis banget sih kamu. Tahu banget lagi kalau aku belum sarapan," imbuhnya kemudian.

Personal Assistant : WIFE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang