1. Yang lebih buruk dari Kematian

707 54 14
                                    

Seorang pria kini duduk bersimpuh memohon sambil mengharapkan iba dari seorang pria berbadan tegap di hadapannya.

"Aku mohon tuan Kim beri aku kesempatan lagi kali ini... Aku berjanji akan melunasi semuanya" Tangisnya memohon melihat rumahnya di obrak abrik dan barang barangnya di angkat dari sana

"Kau pikir aku ini dinas sosial!!! tidak ada waktu lagi!!! Kalau kau tak menyelesaikan pembayarannya, aku akan menjual mu ke pasar gelap"
Ujar pria tegap itu menghantam tubuh lawan bicaranya.

"Angkat semuanya ..." Teriak pria itu memerintahkan anak buahnya

Tak berselang lama seorang wanita cantik memasuki rumah itu. Ia menghalangi orang orang itu membawa perabotan rumahnya.

"Siapa kalian!! berani sekali kalian mengobrak abrik rumah ku! keluar dari rumahku" Kesalnya mendorong pria pria berbadan besar itu

"Itu boleh saja nona..." Saut Tn. Kim menatap dengan senyuman licik pada Ji Eun. Tatapannya begitu kotor seolah menelisik tubuh gadis cantik itu

"siapa kau!!! Apa yang kau lakukan di rumahku dan appa... Apa lagi ini" kesalnya menatap penuh amarah pada ayahnya yang duduk bersimpuh di hadapan pria itu

"Maafkan aku" ujar Tuan Lee tak berani menatap putrinya itu

"Ayahmu kabur dari kami dengan hutang besar, rencananya aku ingin menjualnya kepasar gelap, aku rasa organnya masih bisa di jual di sana" Ujar pria itu tersenyum

"Kau sudah gila!! Keluar dari rumahku atau aku telpon polisi" Kesal Ji Eun

"Telpon saja... Sebelum itu ayahmu ini akan aku jual di pasar gelap" Saut pria itu tampak tak takut sedikitpun dengan ancaman gadis cantik bermarga Lee itu

"Baiklah katakan berapa hutang yang ayahku buat?" Tanya Ji Eun

"Cukup banyak 10 juta dolar belum termasuk bunganya" ujar pria itu memperlihatkan surat perjanjian piutangnya

"Mwoo!!!" Kaget Ji Eun terduduk lemas menatai ayahnya dengan mata berkaca kaca

"Aku akan melepaskan ayahmu ini jika kau bekerja di club ku sebagai wanita penghibur... Bukankah tawaranku menarik?" Ujar pria itu

"kau sudah gila... Aku tidak mau... Berikan aku waktu satu bulan aku akan mecoba melunasinya" Jawab Ji Eun

"Bawa pria ini ke mobil sekarang" perintah pria ini dan diikuti oleh anak buahnya

"Jie.. Tolong appa... Aku tega membiarkan mereka membunuhku dan menjual organku di pasar gelap? Aku yang membesarkan sendirian tanpa ibumu kau tega membiarkan mereka membawaku" Ujar Ayahnya

"Lalu appa tega menjualku pada pria hidung belang... Aku putrimu!!!" Kesal Ji Eun

Ji Eun menatap ayahnya yang terus memberontak dan memohon para orang orang itu. Air matanya menitik menyaksikan Ayahnya di perlakukan seperti binatang. Bagaimanapun pria itu tetap ayahnya. Ayah yang sudah membesarkannya seorang diri sejak kecil.

"Tunggu!!! Aku mohon beri aku waktu aku akan cari caranya aku akan melunasi hutang itu secepatnya... Jadi jangan bawa appaku" Ujar Ji Eun bersimpuh di hadapan pria yang tak punya hati itu

Pria itu tersenyum mengejek menatap Ji Eun yang bersimpuh di hadapannya

"Tak ada cara lain mendapatkan 15 juta dolar dalam waktu satu bulan... Kau hanya akan kabur dariku dan membawa ayahmu ini... Sekarang pilihannya hanya dua... Kau atau ayahmu ini" ujar pria itu menghantam tubuh ayahnya ke lantai

"Aku mohon..." Isak Ji Eun memohon mengharap pengampunan dari pria itu.

"Kau tidak punya pilihan lain, bawa pria itu ke mobil" Ujarnya memerintahkan anak buahnya

"Baiklah baik!!! Aku akan bekerja denganmu.." Teriak Ji Eun menangis putus asa

"Pilihan bagus" Jawab pria itu mengisyaratkan pada anak buahnya untuk berhenti

"Bawa wanita ini ke asrama" Ujar pria itu
Tersenyum penuh kemenangan

Ji Eun menatap ayahnya dengan air mata yang berurai. Ia tak bisa melihat masa depannya lagi malam itu. Tak ada lagi impian yang ingin ia capai di kepalanya. Ji Eun adalah anak yang baik ia sedang mengumpulkan uang untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Namun malam itu, ia harus merelakan seluruh hidupnya, untuk menyelamatkan nyawa ayahnya.

Tiga mobil itu keluar beriringan dari jalanan sempit itu. Dengan Ji Eun yang matanya masih menangis, menatap keluar jendela dengan rasa putus asa.

"Apa pilihanku ini tepat... "Batinnya

Perlahan tiga mobil itu memasuki area elit. Bisa di bilang kawasan apartemen mewah. Dengan penjagaan ketat Ji Eun di bawa ke lift menuju lantai paling atas gedung itu. Saat pintu terbuka, Ji Eun mencium bau alkohol yang kuat dari club itu. Tempat yang bising dengan suara musik yang keras berisikan orang orang kaya yang tengah mabuk sambil menari di lantai dansa. Mereka melewati kerumunana itu menuju lantai atas club itu. Ji Eun di bawa sebuah ruangan besar di lorong terkahir disana. Seorang wanita cantik dengan pakaian nyaris telanjang duduk sambil mengisap rokok menyambut mereka.

"Barang baru... Aku membawanya ke sini karna wajahnya cantik... Kita akan dapat uang banyak dari wanita ini" Ujar pria tegap yang membawa Ji Eun tadi

"Kau masih perawan?" Tanya wanita itu memainkan rambut Ji Eun. Namun Ji Eun menatapnya dengan tatapan angkuh yang memancing wanita itu menamparnya.

"Beraninya kau menatapku seperti itu...
Kau fikir kau tuan putri? Jawab saja pertanyaanku" Kesal wanita itu

"Heiii sabarlah... Dia masih baru" Ujar pria itu menahan wanita itu

"Keluar kalian" Teriak wanita itu. Dan semua orang di ruangan itu keluar meninggalkan Ji Eun dan wanita itu begitu saja

"Kau ingin tau hargamu aghhh" Ujar wanita itu menjambak rambut Ji Eun dan membawanya ke kamar mandi ruangan itu

"Lepaskan aku" Teriak Ji Eun

"Diam kau!!!" Bentak wanita itu mendorong Ji Eun ke bath up dan merobek semua pakaian Ji Eu dengan gunting lalu menghidupkan shower

"Kau sudah gila lepaskan aku" Teriak Ji Eun mencoba melawan namun tenaganya kalah telak dari wanita itu

Dengan pakaian yang nyaris tak menutupi apapun lagi. Wanita itu kembali menjambak Ji Eun.

"Dengarkan aku... Jangan pernah menatap siapapun lagi dengan tatapan seperti itu disini.... Kau sama dengan wanita rendahan lain disini... Jangankan menatap seperti itu kalian bahkan sudah tidak ada harganya... Malam ini tidur disini besok pagi aku akan carikan pria tua dan besar untukmu agar kau tau kau tidak lebih dari seorang jalang" Ujar wanita itu mematikan lampu dan mengunci pintu kamar mandi itu

Dengan tubuh basah kuyup dan pakaian yang sudah hampir tak menutupi apapun. Ji Eun menangis di dalam kegelapan itu. Tubuhnya kedinginan dan kepalanya pusing. Ia seperti akan mati karna semakin malam semakin dingin ruangan itu. Sambil memeluk lututnya Ji Eun mulai memutar kenangan manisnya saat kecil. Bagaimana dulu ayahnya memperlakukannya dengan baik. Kenangan itu terulang berulang kali hingga ia menutup matanya mengobati rasa kantuk di matanya.






 ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang