2. Pelanggan Pertama

411 50 13
                                    

Pagi itu, dua orang wanita membuka pintu kamar mandi dan menolong Ji Eun. Mereka prihatin melihat kondisi gadis ini. Salah seorang dari mereka membawa selimut dan handuk. Dan yang lainnya membantu mengeluarkan Ji Eun dari Bath up berisi air itu.

"Kondisinya sama seperti aku saat pertama kali datang" Ujar wanita itu menatap Ji Eun iba

"Dia wanita yang cantik.. Sayang sekali...dia harus mendapat perlakuan seburuk ini" Ujar yang lainnya membantu mengeringkan rambut Ji Eun

"Andai aku bisa aku tidak ingin ada lagi wanita yang dipaksa seperti ini" Ujarnya menunduk sedih

"Kalian ingin mengobrol terus atau membantu menyiapkan anak ini" Kesal wanita yang kemarin mengurung Ji Eun di kamar mandi

"Tapi dia demam madame... Aku rasa dia tidak akan bisa melayani tamu hari ini" Jawab wanita yang tadi mengeringkan rambut Ji Eun

"Itu bukan urusanku malam ini dia harus mulai menghasilkan uang, kalau kalian iba beri dia obat, sakit atau tidak malam ini dia harus melayani pelanggan pertamanya" Ujar wanita itu keluar dari sana membanting pintu

Bantingan pintu itu membuat Ji Eun tersentak dari tidurnya. Ia menatap sayu, pada dua wanita yang sedang membantu mengeringkan rambutnya.

"Kalian siapa" Tanya Ji Eun

"Kami pekerja sama sepertimu... minumlah ini... kau demam" Ujar wanita itu memberikan air minum dan obat penurun panas untuk Ji Eun

"Lain kali jangan melakukan kesalahan lagi... Madame itu tidak segan segan memukuli kita... Jadi beradaptasi lah dengan lingkungan barumu. Aku tau ini berat tapi ini seperti takdir buruk yang gak bisa kita elakkan.." Ujar wanita itu beranjak dari ranjang itu

"Sekarang makanlah... Kau pasti kelaparan... Malam ini kau akan mulai bekerja... Ini kamarmu" Ujar wanita lainnya

"Kami tak bisa banyak membantu... Tapi kami mohon jangan melakukan hal buruk, kami keluar" Ujar salah satu wanita itu lalu keluar meninggalkan Ji Eun yang masih menggunakan bathrobe dan berselimutkan selimut tebal.

Ji Eun duduk memandang sendu bubur di hadapannya. Air matanya menetes begitu saja. Rasanya mati akan lebih mudah dari pada melakukan ini. Ia menyuap bubur itu sambil menangis. Dadanya sesak dan ia rasanya tak tau apa lagi yang bisa lebih buruk dari ini. Setelah makan Ji Eun membiarkan dirinya terlelap di kasur hangat itu. Ia tak bergerak dari tempat tidur itu hingga malam pun tiba.

"Kalian dandani anak baru itu... Aku akan carikan harga yang pas untuknya"
Ujar wanita itu memerintahkan dua wanita yang tadi mengurus Ji Eun.

"Dan tanyakan padanya apa dia masih perawan atau tidak" Saut wanita itu lagi

Malam itu club di penuhi para pesohor negeri. Para wanita penghibur itu sibuk mencari pelanggan dalam kerumunan lantai dansa. Sebagian lagi menari di meja bar. Dalam kerumunan yang begitu berisik itu, 4 orang pria muda berjalan memasuki ruang VIP. Mereka di temani 8   orang wanita yang yang berpakaian serba terbuka.

"Tuan... Kau ingin dipuaskan" Tanya salah satu wanita yang mencoba mendekatinya

"Menjauh Lah dariku, aku tidak sudi di sentuh oleh wanita sepertimu" Jawabnya dengan tatapan tajam

"Heii aku sudah bilang jangan ganggu dia" Teriak pria lainnya yang membuat wanita itu cemberut

Pria itu adalah Min Yoongi, pria bermulut tajam dengan tatapan dingin. Dan pistol di tangannya. Dia merupakan ketua pengusaha ilegal yang berbisnis di bawah tanah. Min Yoongi, pria dengan pendidikan tinggi dan terbiasa dengan lingkungan kelas atas. Ia berbeda jauh dengan ketiga kakak tirinya yang terbiasa dengan kehidupan para mafia.

"Kalian menjijikan... Kapan aku bisa pulang" Ujar Yoongi

"Yakkk kau yang bilang ingin ikut jangan mengganggu" Ujar kakak tertuanya yang masih sibuk menjilati payudara wanita yang ia sewa itu.

"Aku datang untuk bertransaksi bukan melihat kalian melakukan ini" Kesal Yoongi

"Min Yoongi kau berisik sekali, cobalah satu kau terlalu banyak omong" Jawab kakak keduanya

"Aku muak" Kesal Yoongi hendak berdiri

"Aku akan laporkan kau ke appa jika pergi sebelum menyelesaikan tugas" Ancam kakak ke tiganya.

Seorang wanita nampak menatap Yoongi dengan tatapan licik, entah keberanian apa yang ia miliki. Ia menawarkan minuman pada pria itu.

Sementara di tempat lain, Ji Eun dengan tatapan kosong melihat pantulan dirinya di cermin. Ia dengan pakaian terbuka yang, mengekspose dada dan pahanya, nyaris hanya seperti pakaian dalam yang menutupi perutnya. Air mata itu kembali menetes membasahi riasan tebal yang menutupi wajah lugunya. Helaan nafasnya terdengar jelas seolah beban ini begitu berat baginya.

Disisi lain sebuah keributan berasal dari ruang VIP yang diisi para mafia muda yang tengah bersenang senang itu. Suara tembakan terdengar dari ruangan itu yang membuat seisi club ketakutan.

"Min Yoongi!!"tariak hyung tertuanya melihat adiknya itu baru saja menembak kepala wanita yang tadi memberinya minuman itu

Pemilik club itu bersimpuh di hadapannya memohon ampun atas kelancangan anak buahnya.

"Tenanglah... Kau bisa menggunakan wanita yang kau suka untuk mengatasi pengaruhnya" Ujar kakak ketiganya menenangkan kemarahan Yoongi

"Tidak perlu aku tidak sudi berikan akan kamar saja" Ujarnya dengan keringat dingin menetes di dahinya

Keributan itu mereda saat mereka membawa Yoongi ke kamar terpisah. Entah apa yang ia lakukan di dalam sana namun ia terlihat begitu tersiksa.

"Sudahlah... Mereka semua sudah aman.. Kau pakai saja... Tak ada yang membawa penyakit" Bujuk kakak ke duanya.

"Keluarlah" Ujarnya mengurung diri di kamar itu

Kakak tertuanya mengarahkan pistol pada madame.

"Kau lihat akibat kelalaianmu... Sekarang bawakan wanita yang belum di sentuh pria mana pun di club ini, obat itu sangat berbahaya adikku bisa melukai dirinya sendiri jika di biarkan" Kesalnya

Semua orang kalang kabut karna gadis perawan mana yang bekerja disana secara suka rela.

"Madame... Maaf aku mengganggumu.. Kau lupa gadis yang kemarin tuan Kim bawa.. Mungkin dia masih belun di sentuh" Ujar wanita itu.

"Bawa gadis itu kemari, dan kirim wanita lain untuk Tuan park" Ujarnya merasa lega mengingat hal itu.

Ji Eun yang tadi sudah sampai di depan kamar tuan Park. Tiba tiba saja di tarik kembali ke ruangan Madam Oh.

"Jawab aku Lee... Kau sudah pernah melakukan ini sebelumya atau tidak?" Tanya wanita itu

Ji Eun menatapnya dengan pandangan datar.

"Belum" Singakatnya

"Bagus kirim dia ke ruangan Tn. Min muda" Ujar wanita itu dan Ji Eun di antar  ke kamar itu di dampingi para penjaga dan seorang wanita lagi.

"Masuklah... Dan jangan membuatnya kesal Tn. muda Min itu sangat pemarah" Ujar wanita yang mengantar Ji Eun

Dengan wajah datarnya Ji Eun memasuki kamar itu. Jujur saja tubuhnya bergerindik ngeri. Dadanya berdetak kencang seolah ia baru saja memasuki kandang singa yang sedang lapar. Ji Eun cukup bingung kenapa kamar itu kosong
Ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Hingga rintihan seorang pria yang seolah seperti sedang menahan sakit masuk ke rungunya.

"Apa yang harus aku lakukan" Batin Ji Eun

Sementara di dalam sana Yoongi menahan sesuatu yang membuatnya merasa hampir gila. Ia membenamkan wajahnya ke dalam bath up. Hingga dering ponsel terdengar di dari dalam air. Yoongi menarik kepalanya keluar dari sana dan mengambil ponsel.

"Aku mengirim wanita ke kamarmu... Dia aman, dia belum pernah disentuh siapapun. Kau tidak perlu takut ... Kau pelanggan pertamanya. Menahannya tak akan membuat efek obatnya hilang, jadi lakukanlah dengannya" Ujar Min Hyun Ho kakak tertuanya

 ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang