Happy Reading
Tandai typo!!
•
Kepala yang tertunduk dimeja dengan tangan kanan sebagai bantalan, mata yang terpejam, meski masih terdengar suara orang bicara lembut namun itu tidak mengusik ketenangan Lea yang tengah tertidur dijam pelajaran.
Penjelas Bu Darwati guru Matematika itu seolah menjadi nada-nada penghantar tidur bagi Lea. Sungguh saat ini ia sedang dilanda kantuk. Mengurus Orion semalam membuatnya terjaga sampai dini hari.
"AZALEAA!!" Teriak dari Bu Darwati.
Teriakan itu berhasil membuat Lea menenggak kan punggungnya dan membuka matanya untuk bangun.
"Ini kelas buat belajar bukan buat tidur!!" Bentak Bu Darwati.
Lea malah menguap tidak sopan, bahkan ia sebenarnya tidak menghendaki menguap seperti ini apalagi semua orang menatapnya, namun rasa kantuknya ini tidak bisa diajak kompromi.
"Cuci muka!! Setelah itu lari 10 kali di lapangan Azalea!!" Perintah Bu Darwati.
Pasrah memang sedari tadi Lea hanya pasrah tanpa membantah. Karena Lea tahu bahwa dirinya memang salah. Walaupun Lea suka pembuat onar dan selalu melanggar peraturan sekolah, namun jika dikelas Lea selalu juaranya matematika maupun ekonomi akuntansi.
Lea segera bangkit serta bergegas keluar kelas. Sebelumnya ia juga mengucapkan permisi kepada Gurunya, Bu Darwati.
"Anak-anak jangan dicontoh ya! Modal pintar doang tapi tidak sopan itu salah!!" Nasihat Bu Darwati.
•
Lea yang merasa perintah Bu Darwati memang harus ia laksanakan untuk menghilangkan rasa kantuknya.
Setelah selesai mencuci muka di toilet Lea langsung bergegas menuju lapangan guna melaksanakan perintah Bu Darwati.
Kenapa baru 7 kali putaran Lea sudah sangat capek sekali hari ini. Biasanya Lea kuat sampai 10 kali putaran dengan istirahat ditengah-tengah putaran.
Hari ini memang sangat panas lebih panas dari biasanya menurut Lea. Matahari sedang terik-teriknya ditambah Lea tadi hanya minum susu, sama sekali belum sarapan. Tadi dia hanya membuat bubur untuk Orion, karena Lea sedang buru-buru dan hanya bisa membuat seporsi saja.
Lea sesekali mengusap peluh yang mengucur dari pelipisnya. Napasnya terengah-engah, ada sedikit keinginan untuk beristirahat sejenak.
Dari lantai dua terdapat pasang mata yang terus mengawasi Lea dari kejauhan. Senyumnya mengembang saat mengamati gerak gerik Lea.
"Tumben banget" monolognya, sambil terus mengamati Lea.
Oke kali ini Lea nyerah diputaran ke 9 kaki sudah tidak bisa ia langkahkan lagi. Akhirnya Lea mengistirahatkan dirinya dibagian lapangan yang redup. Rasanya nikmat sekali saat Lea berhasil menyelonjorkan kakinya yang sudah seperti mati rasa.
Tiba-tiba saja ada yang menempel dingin dipipi bagian kanannya. Dingin hal itu membuat Lea kaget, lalu menoleh kearah tersebut.
Senyumannya yang membuat Lea muak selama ini, hal itu yang pertama kali Lea lihat. Lea yang kesal langsung memalingkan wajahnya kearah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEIRA
Teen Fiction"Pir Lo tau ga? Lo itu pantesnya jadi selingkuhan gue" ucapnya penuh dengan senyum kebanggaan. "Kenandrajing, kasian gue sama Lea" "Kasian? Tapi Lo mau kan?" Tanyanya "Gila Lo" - "Selingkuh aja, selingkuhan Lo gak akan bisa secantik gue Ke, meskipun...