Dengan baju model off sholder, Uri terlihat begitu menawan di pandangan orang sekitar sehingga menjadikannya pusat perhatian saat di mal. Tangannya terus mengait tangan Dina yang terlihat seperti anak hilang, mata perempuan itu menjelajah seisi mal yang sudah lama tidak dia lihat.
"Enaknya kita kemana dulu ya?" monolog Uri sembari memperhatikan sekitar, lalu pengawal yang ada di belakang menyamakan langkah kedua perempuan itu.
"Maaf Mbak, tapi tolong jangan terlalu lama di sini ya," ucap pengawal tersebut yang membuat Uri cemberut. Perempuan itu kemudian berhenti melangkah dan menatap pengawal yang ada di belakangnya.
"Aku boleh minjem hape kamu nggak?" tanya Uri dengan tangan terbuka dan membuat pengawal Eric kebingungan. "Aku mau telepon Mas Eric."
Mendengar nama bosnya disebut, pengawal itu langsung mengeluarkan ponselnya dan memberikannya kepada Uri. Dengan cekatan perempuan itu mencari nomor Eric dan meneleponnya.
"Mas, ini aku Uri," ucap Uri setelah panggilan itu menyambung.
"Iya, kenapa sayang?"
"Batas aku di mal berapa jam ya? Kata pengawal kamu, aku nggak boleh lama-lama."
Kekehan keluar dari mulut Eric setelah mendengar ucapan Uri, dia hanya tidak ingin Uri kelelahan jika terlalu lama berada di mal. "Terserah sayang, yang penting setelah belanja langsung pulang ya."
"Loh, jadi nggak ada batas waktunya nih?" tanya Uri lagi memastikan, dia tidak mau terjadi salah paham setelahnya dan memutuskan untuk kembali bertanya.
"Iya sayang, yang penting sebelum saya balik dari kantor kamu sudah di rumah."
"Emangnya kamu balik jam berapa?"
Eric terdiam sejenak, sepertinya pria itu tengah berpikir atau melihat sesuatu. "Kayanya jam tujuh nanti saya sudah pulang."
"Oh gitu, ya udah deh. Selamat bekerja."
"Iya, sayang."
Setelah memastikan waktu yang bisa dia gunakan di mal, Uri mengembalikan ponsel yang dia gunakan kepada pemiliknya. Sebelum itu, dia juga berterima kasih kepada pengawal Eric karena mau meminjamkan ponselnya sehingga bisa menghubungi Eric saat itu juga.
Sebenarnya, Uri memiliki ponsel. Namun setelah pulang dari rumah sakit, ponsel itu Eric simpan agar orang luar tidak mengganggunya dan Uri tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Yuk, kita belanja," ajak Uri dengan semangat sembari menarik tangan Dina yang kesusahan mengimbangi langkah perempuan itu yang jauh lebih tinggi darinya.
Sesampai di area perbelanjaan, Uri mengambil sebuah trolly dan langsung membawanya. Mata perempuan itu menjelajah mencari apa yang dia butuhkan terutama camilan.
"Kayanya kita ke sana aja deh." Uri menunjuk sebuah lorong khusus makanan ringan dan langsung berjalan ke sana.
Beberapa bungkus makanan Uri masukkan ke dalam trolly yang dia bawa dan setelahnya beralih ke lorong lain untuk membeli minuman. Setelah semua selesai, Uri langsung mengantri untuk membayar belanjaannya.
"Din," panggil Uri pada perempuan di sisinya.
"Iya, Mbak?"
"Itu semua bahan makanan di rumah belinya dimana?" tanya Uri dengan penuh penasaran. Pelayan di rumah itu tidak pernah pergi berbelanja termasuk Dina, tetapi mereka selalu memiliki stock bahan makanan.
"Oh masalah bahan makanan di rumah, kami tinggal ngambil di gudang, Mbak. Di sana sudah lengkap banget."
"Oh gitu toh, kirain kalian keluar gitu belanja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Gelap Keluarga Cameron (End)
Romance~Glorious Writing Contest 2023~ "Saat kamu sudah menjadi bagian keluarga Cameron, kamu tidak akan bisa keluar lagi." Gauri atau lebih sering disapa Uri, membutuhkan cukup banyak uang untuk membayar utang yang ditinggalkan ke dua orang tuanya sebelum...