Bab 5

316 10 0
                                    

Beberapa hidangan mulai tertata di atas meja milik Uri dan Ratna, keduanya masih terdiam tanpa mau memulai pembicaraannya, apalagi Uri yang kini terlihat linglung dan membuat Ratna penasaran.

"Kamu nggak pa-pa kan?"

Pertanyaan itu membuat Uri terlonjak kaget. "Hah, nggak pa-pa kok," elak Uri dengan raut wajah kebingungan.

"Kalau ada masalah, ngomong aja," balas Ratna yang langsung membuat Uri mengangkat wajahnya. Matanya bertemu dengan mata Ratna sesaat sebelum Uri mengalihkan pandangannya."Aku tau, kamu pasti lagi ada masalah. Jadinya kamu ngajak aku ketemu."

Uri masih belum mau mengangkat suaranya dan sedikit membuat Ratna gusar. Biasanya perempuan itu akan terus terang padanya. Namun, berbeda dengan hari ini.

"Masalah utang ya?" tebak Ratna yang langsung membuat bola mata Uri membulat sempurna.

"Nggak kok, bukan masalah utang."

"Terus?"

Sebelum menjawab, Uri menarik napas panjang sehingga mengisi penuh paru-parunya. Hal itu membuatnya sedikit lebih tenang. "Sekarang aku udah nggak kerja sebagai SPG."

Penjelasan Uri memang sedikit keluar dari jalurnya. Namun tetap membuat Ratna terkejut. Dia baru menyadari bahwa sahabatnya itu mengajaknya keluar pada siang hari. Padahal biasanya, Uri akan bekerja saat jam seperti itu.

"Eh iya deng, kamu kerja apa sekarang?"

"Aku kerja di pub gitu," jawab Uri sedikit pelan. Namun, tetap Ratna dapat dengar. Perempuan itu tau, bahwa Uri sedikit malu dengan pekerjaannya.

"Wih, berarti gajinya besar dong?" tanya Ratna yang membuat Uri terdiam sesaat.

"Kamu nggak malu punya temen kerja di pub?"

Ratna menggeleng pelan. "Ngapain malu, aku tau kamu pasti sudah mikirin semuanya dengan mateng. Termasuk pekerjaan itu."

Uri tersenyum kecil menanggapi ucapan Ratna. Sekarang, kepercayaan dirinya kembali lagi setelah mendengar ucapan sahabatnya itu. "Makasih ya, Rat."

"Iya, sama-sama. Terus, apa yang kamu kamu ceritain lagi selain pekerjaan barumu?"

Kecanggungan mulai terasa setelah Ratna kembali mempertanyakan tentang apa yang mengganjal di dalam hati sahabatnya itu. "Jadi gini, aku kemarin dapet tawaran buat kencan."

"Kencan?" tanya Ratna yang langsung membuat Uri mengangguk pelan. "Sama pelanggan di sana?"

"Iya dan kalau aku mau kencan sama dia, dia bakal bayar aku 25juta."

Mata Ratna membulat sempurna saat mendengar ucapan Uri. Dengan uang sebanyak itu, Ratna yakin, Uri akan dengan mudah menyelesaikan utang peninggalan orang tuanya.

"Ya udah, ambil aja. Kesempatan nggak bakal datang dua kali!" Ratna begitu bersemangat menanggapi ucapan Uri.

Di sisi lain, Uri malah terdiam dengan wajah tertunduk. Ratna yang melihat hal itu, langsung mengusap bahu sahabatnya dengan pelan. "Sorry, kalau ucapan aku bikin kamu sedih. Tapi, uang sebanyak itu bisa bantu kamu menyelesaikan utang peninggalan orang tua kamu."

"Iya, aku tau. Tapi, jujur. Aku takut."

"Takut tentang?"

"Kamu sendiri tau kan, sekarang lagi banyak berita tentang pemerkosaan dan pembunuhan. Aku nggak mau jadi korban selanjutnya. Agak nggak masuk akal, orang lain mau bayar 25 juta cuman buat kencan sama aku. Memangnya aku siapa? Artis?"

Kini, giliran Ratna yang terdiam. Benar kata Uri, semuanya begitu tak masuk akal dan pasti ada sesuatu di balik semua itu. "Gimana kalau kamu cari tau dulu tentang orang yang bakal kencan sama kamu?"

Sisi Gelap Keluarga Cameron (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang