BAB IX Matcha, Bukan Cokelat!

1.2K 163 23
                                    

"Driver taksi online antar kota antar provinsi!" Seruan seseorang dari balik kursi mengejutkan Paul yang baru saja membuka pintu ruang kerjanya.

Paul sudah menduga pemilik suara itu adalah Nayl. Paul menutup kembali pintu ruangannya dan perlahan berjalan menuju kursi yang ada di depan meja kerjanya. Ia kemudian meletakkan ransel hitam yang disematkan sedari tadi di bahunya ke atas meja itu. Paul menggeser kursi yang berada di dekatnya dan mengambil posisi duduk tepat di seberang Nayl.

Paul melirik Nayl dengan ekor matanya yang sedang mengibas-ngibaskan dirinya menggunakan beberapa kertas HVS yang disatukan. Paul yang tak sengaja melihat itu segera merampas kertas HVS yang digunakan Nayl tadi dengan cepat dan segera melihat isinya. Tak lama, ia pun mengembalikannya kembali pada Nayl karena kertas itu memang ternyata tak digunakannya lagi.

"Lelah ya seharian menjadi seorang driver," ucap Nayl terlihat seperti mencari perhatian dari seorang Paul. Rupanya sindiran Nayl barusan tak membuat Paul terusik. Paul malah memilih untuk menata mejanya dari berbagai berkas yang berserakan, ini menandakan bahwa dirinya sedang dalam mode serius dan tak ingin diganggu. Setelah merapikan meja kerjanya, Paul mengeluarkan iPad miliknya yang tersimpan di dalam tas hitam tadi. Paul juga segera membuka Apple macbook Pro silvernya dan membuka file yang dikirimkan seseorang untuknya via email.

"Aku merasa siang ini lebih panas dari hari kemarin ya?" Sambung Nayl kembali seolah-olah bertanya dan meminta pendapat dari Paul. Paul rupanya mulai jengah dengan gangguan yang Nayl ciptakan saat ini. Nayl akhirnya berhasil membuat Paul mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Paul meraih remote AC yang berada di samping kirinya dan menurunkan suhu AC di ruangan itu.

Nayl yang tersenyum jahil kembali mencoba mengusik Paul dari mode sok seriusnya itu. "Tiba-tiba tenggorokanku sangat kering setelah mengantarkan penumpang." Lanjut Nayl tak menyerah sambil memegang tenggorokannya yang sebenarnya tak dalam keadaan kering.

Paul menghela napas panjang, ia kembali menghentikan aktivitasnya dan bangkit dari tempat duduknya. Paul berjalan menuju sudut ruangan dan membuka lemari pendingin yang ada di ruangan itu. Ia memilih satu kaleng kopi dan membawanya menuju meja kerjanya tadi. Ia meletakkan kopi itu dengan kasar tepat dihadapan Nayl dan kembali mengambil posisi duduk di tempatnya tadi.

"Aduh, aku tak bisa meminum ini. Penyakit lambungku kembali berulah karena waktu makan siangku digunakan untuk mengantarkan penumpang." Ujar Nayl dramatis sambil menatap kopi yang berada di depannya dengan tatapan sedih yang dibuat-buat.

Paul yang akhirnya menyerah dan tak sanggup lagi mendengarkan ocehan Nayl yang sedari tadi tak berhenti pun angkat bicara. "Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Tanya Paul sambil menatap Nayl yang berada tepat dihadapannya itu.

"Itu pacarmu? Sejak kapan?" Tanya Nayl sambil terkekeh. "Aku sangat lega akhirnya selain kuliah dan kafe ini, kau memiliki kehidupan yang lain." Lanjut Nayl mulai mengorek informasi dari lawan bicaranya itu.

"Dia bukan pacarku." Jawab Paul singkat.

"Lalu?" Tanya Nayl tak yakin dengan jawaban yang Paul sampaikan tadi.

"Apakah itu penting sekarang Nayl?" Balas Paul yang masih ingin membalas keisengan Nayl. "Kau tak ingin bertanya mengenai hasil rapatku tadi siang bersama desain interior kafe ini?" Tanya Paul kembali membaca beberapa file yang telah dibukanya tadi.

"Aku pasti akan selalu setuju dengan keputusanmu." Jawab Nayl sambil menyenderkan dirinya pada kursi yang didudukinya. "Aku yakin kau pasti telah mempertimbangkan semua dengan matang." Ucap Nayl sangat yakin.

"Padahal rooftop ini idemu."

"Ya aku yakin dengan kemampuanmu." Jawab Nayl dengan santai sambil mengangkatkan kaki dan menyilangkannya di kaki yang lainnya. "Sepertinya aku pernah melihat gadis itu, tapi dimana ya?" Lanjut Nayl kembali sambil mengingat-ngingat pernahkah ia bertemu dengan gadis yang diantarnya tadi.

Sebelum TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang