BAB XXIV Beautiful Night

1.2K 146 38
                                    

"Kau tak perlu gelisah seperti itu!" Ucap Paul tiba-tiba menyadarkan Nabila yang saat ini tengah berkutat pada layar ponselnya.

Nabila melirik sekilas ke arah Paul yang kini tengah mencoba melihat ke arah ponselnya. Nabila memicingkan matanya tajam dan reflek menjauhkan ponselnya agar tak terlihat oleh lelaki itu.

"Aku sudah meminta izin pada abangmu sebelum mengajakmu kemari." Jelas Paul dengan tenang sambil menunjukkan ponselnya pada Nabila. Nabila yang masih bingung dengan ucapan Paul barusan langsung melihat layar ponsel yang kini berada di hadapannya. Layar ponsel itu menunjukkan history panggilan keluar yang dilakukan Paul hari ini. Di posisi pertama, tertera nama abangnya disana. Panggilan yang telah dilakukan 30 menit yang lalu dan berlangsung 04.23 menit itu sukses membuat Nabila mengerutkan keningnya. Kapan Paul melakukan panggilan itu? Bukankah mereka berdua sepanjang hari ini nyaris tak pernah berpisah?

"Kapan kau menghubungi bang Nuca?" Tanya Nabila masih diliputi rasa penasaran.

"Saat di parkiran masjid tadi, sebelum kau kembali ke dalam mobil." Ucap Paul membuat Nabila sedikit paham namun masih diliputi berbagai pertanyaan.

"Bang Nuca mengizinkanmu untuk pulang telat namun tak lebih dari pukul 10 malam." Jelas Paul kembali dan berhasil membuat Nabila bernapas lega.

Paul tersenyum tipis melihat Nabila yang kini tengah menghapus beberapa kalimat yang sempat gadis itu ketik di room chatnya bersama Nuca. Paul memang beberapa saat yang lalu merasakan kegelisahan yang dialami gadis itu saat dirinya mengajak Nabila untuk menyantap makan malam terlebih dahulu sebelum mengantarkannya pulang. Paul awalnya tak masalah jika Nabila menolak ajakannya dan langsung memintanya untuk mengantarkan gadis itu ke rumahnya. Namun sepertinya Nabila merasa sungkan menolak dan tetap menerima tawarannya, walaupun gadis itu sesekali menunjukkan kegelisahannya dengan melirik jam tangan sambil menyusun ketikan di layar ponselnya untuk meminta izin pada Nuca.

Merasa tak enak dengan hal itu, Paul berinisiatif untuk meminta izin pada Nuca secara langsung tanpa memberitahukan pada Nabila terlebih dahulu. Paul mencoba menelepon Nuca saat dirinya kembali masuk ke dalam mobil setelah melangsungkan ibadah shalat maghrib di masjid yang mereka temui saat dalam perjalanan tadi. Kebetulan sekali saat itu Nabila meminta izin untuk melipir ke toilet terlebih dahulu sehingga gadis itu tak ada saat dirinya menelepon Nuca. Tak banyak yang dirinya bicarakan pada Nuca saat itu, ia hanya meminta izin untuk mengajak Nabila menyantap makan malam terlebih dahulu karena perjalanan menuju rumah masih lumayan jauh. Nuca dengan penuh pertimbangan juga akhirnya memberikan izin namun dengan syarat harus memulangkan Nabila sebelum pukul 10 malam. Paul yang lega mendengar hal itu langsung menyanggupi permintaan Nuca untuk membawa Nabila pulang pada waktu yang telah Nuca tentukan tadi.

*****

Paul dan Nabila kini tengah berada di Cibis Park yang berada di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Entah apa yang membuat keduanya mampir ke tempat ini, yang jelas Paul lah yang berinisiatif mengajak Nabila kemari dengan tujuan untuk mencari tempat makan dengan suasana yang tenang. Saat ditanya, Paul hanya mengatakan bahwa dirinya butuh tempat untuk mengisi energinya setelah seharian ini bersosialisasi dengan banyak orang di Asrama Pelita Hati. Nabila hanya tersenyum geli dan menuruti permintaan Paul itu. Nabila paham betul, seseorang yang dominan introvert seperti Paul ini memang lebih suka dengan suasana yang tenang seperti tadi. Jika berada di keramaian seperti tadi, sudah dipastikan lelaki itu kini sangat membutuhkan ketenangan untuk mencharge energinya kembali.

Paul dan Nabila kini tengah menyusuri area taman sambil mencari spot tempat duduk yang cocok untuk mereka tempati. Sambil berjalan, mereka berdua menyisirkan pandangan ke sekeliling taman sambil menghirup udara malam yang sangat segar di taman itu. Suasana di taman itu memang tak terlalu sepi, namun setidaknya lebih tenang dibandingkan dengan rumah makan ataupun kafe yang lainnya. Wajar saja, hari Minggu malam memang menjadi pilihan semua orang untuk menikmati akhir liburan mereka sebelum berkutat dengan aktivitas Senin yang akan tiba di esok hari.

Sebelum TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang