BAB XV Food Testing

1.2K 194 31
                                    

Sesuai dengan janji Nabila pada Paul beberapa hari yang lalu, kini tibalah hari dimana mereka telah sepakat untuk bertemu. Mereka telah sepakat untuk bertemu di hari Sabtu karena keduanya memang tak memiliki jadwal apapun di hari itu. Nabila awalnya mengusulkan akan menghampiri Paul di kafe agar tak merepotkan lelaki itu untuk menjemputnya terlebih dahulu. Namun usul Nabila itu ditolak oleh Paul, lelaki itu tak sangat tak mempermasalahkan jika harus menjemput Nabila di kediamannya.

Sebenarnya sehari setelah mereka merencanakan akan bertemu di hari Sabtu itu, Nabila baru tersadar akan izin dari bang Nuca. Nabila mengutuk dirinya sendiri, bisa-bisanya dirinya dengan gampangnya membuat janji dengan seorang lelaki tanpa meminta izin terlebih dahulu. Apalagi Paul adalah orang asing yang belum lama dikenalnya. Biasanya dirinya hanya diizinkan pergi dengan Rony ataupun Anggis. Sempat terpikir di dalam otak Nabila untuk membohongi bang Nuca dengan mengatakan bahwa dirinya di hari Sabtu nanti akan pergi bersama Anggis. Namun tak sampai sepuluh detik Nabila langsung menepis jauh pikiran buruk itu. Nabila tak ingin mengingkari janjinya untuk menceritakan apapun itu pada bang Nuca secara jujur.

Setelah memikirkan dan menyusun kata-kata yang pas untuk disampaikan pada bang Nuca, akhirnya Nabila semalam memberanikan diri untuk meminta izin. Malam itu saat mereka berada di meja makan, Nabila memulai perbincangan dengan menceritakan keseharian yang telah dilaluinya di hari Jumat. Begitupun bang Nuca, ia saat itu menceritakan bahwa siteplan rancangan tugas akhirnya telah di ACC dan saat ini sedang dalam proses pengerjaan layout dan denah. Nabila saat itu hanya mendengarkan cerita bang Nuca dengan seksama dan sesekali bertanya dibagian yang tak dimengertinya.

Setelah perbincangan mereka selesai di malam itu, Nabila perlahan mulai menceritakan semuanya pada bang Nuca. Nabila menceritakan secara detail pertemuan pertamanya dengan Paul hingga rencana mereka yang akan pergi bersama di hari Sabtu. Bang Nuca awalnya tak mengerti mengapa Nabila berinisiatif untuk mengajak Paul pergi bersama esok hari. Sebenarnya tak ada alasan yang spesifik, Nabila melakukan hal ini hanya untuk membalas kebaikan yang telah Paul lakukan selama pertemuan mereka. Nabila berusaha meminta pengertian pada bang Nuca dan berjanji akan pulang sebelum pukul enam sore nanti. Setelah beberapa kali memohon, bang Nuca akhirnya memberikan izin dengan syarat harus cepat merespon jika sewaktu-waktu abangnya ini menghubunginya.

Saat sedang memakai kerudung, Nabila dikejutkan dengan suara mesin mobil yang berada di depan rumahnya. Nabila bergegas mengintip melalui pintu balkon kamar, tepat di depan rumahnya terparkir Pajero Sport putih dan sudah pasti itu mobil milik Paul. Nabila melihat jam yang berada di nakas samping tempat tidurnya, masih sepuluh menit sebelum waktu yang telah mereka sepakati. Mengapa Paul sangat cepat tiba di rumahnya? Hal Ini membuat Nabila harus bergegas agar Paul tak menunggu lama.

Saat menuruni anak tangga, sayup-sayup terdengar suara dua orang lelaki sedang berbicara di ruang tamu. Nabila sedikit mengintip, dari arahnya hanya terlihat bang Nuca yang sedang memasang wajah yang sangat tak bersahabat. Nabila bergegas menuju ruang tamu untuk menghentikan apapun itu yang sedang mereka bicarakan. Saat tiba di ruang tamu, bang Nuca maupun Paul memasang wajah terkejut dan reflek menghentikan pembicaraan mereka. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Nabila bergegas berpamitan kepada bang Nuca dan menggeret Paul untuk segera meninggalkan tempat itu. Nabila memberanikan diri untuk membalas tatapan bang Nuca yang sedari tadi tak berhenti melihatnya. Dari tatapan tajamnya itu tersirat makna 'ingat janjimu semalam', Nabila hanya merespon tatapam itu dengan amggukan dan bergegas meninggalkan rumah bersama Paul.

*****

"Kau dan bang Nuca tadi membicarakan apa?" Nabila langsung merecoki Paul dengan pertanyaan padahal keduanya baru saja masuk dalam mobil.

Paul menatap tajam ke arah Nabila dan tak langsung menjawab pertanyaan dari gadis itu. Paul menarik seatbelt yang berada di samping kanan dan segera memasangnya sebelum menghidupkan mesin mobil. Melihat hal yang Paul lakukan, Nabila juga segera memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih nyaman dan segera memasang seatbeltnya juga.

Sebelum TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang