BAB XVI Sahabat Jadi Cinta?

1.4K 172 33
                                    

Sudah tak terhitung berapa kali Nabila hari ini mengecek notifikasi di aplikasi WhatsAppnya. Hal ini membuat fokus Nabila terpecah padahal tadi pagi dirinya tengah mengikuti mata kuliah wajib yang lumayan berat di semester ini. Untungnya, dosen pengampu mata kuliah itu sedang berbaik hati tak memberikan kuis mendadak di akhir pertemuan seperti biasanya. Jika dosennya itu memberikan kuis mendadak seperti biasa, sudah dipastikan Nabila tak dapat menjawab kuis itu dengan maksimal.

Kini Nabila dan Anggis sedang berada di kantin untuk melepas lelah sesaat setelah mengikuti dua mata kuliah berturut-turut hari ini. Saat kelas usai beberapa saat yang lalu, Anggis lah yang menyeret Nabila untuk ikut bersamanya ke kantin ini. Selain ingin melepas lelah, Anggis ingin mendiskusikan tugas kelompok yang baru saja diberikan oleh dosen mereka. Mumpung tak ada kegiatan apapun setelah ini, Nabila pun tanpa pikir panjang langsung mengiyakan ajakan dari Anggis.

"Hari ini pulang denganku tidak?" Tanya Anggis yang baru saja menghampiri Nabila yang telah memilih tempat duduk di sisi kiri kantin.

Nabila melihat pesanan yang baru saja dibawa Anggis menggunakan nampan. Nampan yang berukuran lumayan besar itu terlihat penuh dengan beberapa camilan dan minuman untuk mereka berdua. Memang awalnya mereka berniat untuk memesan camilan saja karena waktu makan siang masih beberapa jam lagi. Tapi mengapa saat camilan ini datang jumlahnya jadi sebanyak itu? Pesanan mereka ini jika dihitung kalorinya ya sama saja seperti dua kali makan siang.

"Kok jadi sebanyak ini?" Tanya Nabila sambil membantu Anggis memindahkan beberapa piring camilan dari nampan ke meja mereka.

"Aku memesannya sesuai yang kita obrolkan saat menuju kesini," jawab Anggis mencoba menjelaskan. Anggis menggaruk kepalanya perlahan sambil melihat beberapa pesanan yang telah tersusun di meja mereka. Anggis baru menyadari ternyata ucapan Nabila benar juga, makanan sebanyak ini hitungannya memang bukan sekedar camilan saja. Tapi mengapa pada saat memesan camilan ini dirinya tak sadar ya? Rasanya pada saat memesan, jumlahnya normal-normal saja.

"Ya sudah tak apa, makanan ini juga pasti tetap habis kan?" Tanya Nabila sambil terkekeh melihat Anggis yang masih melihat ke arah makanan yang berada di meja itu dengan tatapan yang prihatin.

"Harus habis!" Seru Anggis kembali bersemangat. "Energi kita sudah terkuras banyak saat di kelas tadi. Wajar saja kita memesan makanan sebanyak ini." Kekeh Anggis yang mendapat acungan jempol dari Nabila.

Anggis dan Nabila mulai menyantap camilan yang telah dibelinya tadi. Jika Anggis memilih untuk menyantap siomay terlebih dahulu, Nabila lebih tertarik untuk menghabiskan batagor yang sedari tadi memang berada tepat di depannya. Mereka menyantap makanan masing-masing sambil membahas tugas kelompok yang diberikan oleh dosen mereka tadi pagi. Bukan perbincangan yang serius, obrolan mereka sesekali juga diselingi dengan candaan. Mereka hari ini memang hanya membahas mengenai teknis pengerjaan tugasnya, jadi pembahasan mereka tak terlalu berat dan serius.

"Oh iya, kau nanti pulang dengan siapa?" Tanya Anggis kembali setelah beberapa saat melupakan pertanyaan yang sudah diajukannya tadi namun tak sempat di jawab oleh Nabila.

Nabila baru teringat pesan yang telah dibukanya secara tak sengaja saat dirinya beberapa kali mengecek notifikasi aplikasi WhatsApp miliknya. Pesan yang belum sempat dibalasnya itu adalah milik Rony, tetangga sekaligus sahabat dari kecilnya. Rony meminta Nabila untuk menemaninya mencari sneakers siang ini. Nabila membuka kembali roomchat nya bersama Rony tadi dan menyanggupi permintaan lelaki itu.

"Aku siang ini dijemput Rony", jawab Nabila sambil meletakkan kembali ponsel miliknya. Nabila menyeruput es jeruk yang belum disentuhnya sedari tadi. Nabila kemudian menghentikan seruputan es jeruknya itu ketika telah menyadari bahwa telah menghabiskan setengah dari isinya.

Sebelum TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang