BAB XVII Batu Pertama

1.3K 180 23
                                    

"Maaf membuatmu menunggu, aku baru saja keluar kelas." Ucap Nabila yang baru saja masuk ke dalam mobil milik Paul. Paul sedikit tersentak melihat Nabila yang masuk dengan tiba-tiba dan langsung mengambil tempat duduk tepat di sebelahnya. Nabila yang terlihat sedang mengatur napasnya langsung meletakkan tas yang dibawanya ke samping tempat duduk dan segera memasang seatbelt agar Paul tak menunggunya terlalu lama lagi.

"Take your time, aku juga baru sampai." Balas Paul merasa tak enak membuat gadis disampingnya ini tergesa-gesa akibat tak ingin membuatnya menunggu.

"Sebenarnya kita akan kemana?" Tanya Nabila setelah Paul mulai melajukan mobilnya meninggalkan tempat parkir yang berada di belakang gedung Psikologi.

Semalam, Nabila dikejutkan dengan panggilan telepon yang dilakukan oleh Paul secara tiba-tiba. Sebenarnya, sejak beberapa hari yang lalu Nabila sangat menantikan kabar dari lelaki ini. Lebih tepatnya bukan kabar dari lelaki itu, melainkan mengenai beberapa makanan yang telah mereka cicipi saat berada di Stasiun Tebet kemarin. Terahir kali, Paul hanya mengatakan bahwa dirinya akan berdiskusi dengan chef yang berada di kafenya. Namun setelah beberapa hari dari pertemuan mereka itu, tak ada kabar apapun yang diberikan oleh Paul. Nabila awalnya berpikir bahwa urusan mereka telah selesai. Namun setelah ditelaah kembali, Nabila merasa bahwa dirinya berhak untuk diberi kabar. Menurutnya, dirinya cukup memiliki peranan penting karena telah menunjukkan beberapa menu yang akan dipilih Paul untuk tambahan di kafenya.

Nabila yang lebih mengutamakan harga diri dan gengsi lebih memilih untuk menunggu dan tak menanyakan apapun pada Paul. Sempat terbesit dalam pikirannya ingin menyerah dan memilih untuk menghubungi lelaki itu terlebih dahulu. Namun di hari itu dirinya disibukkan dengan jadwal kuliah dan sempat menemani Rony untuk membeli sepatu. Hal itu membuatnya sedikit melupakan niatan yang telah dipikirnya matang-matang itu.

Tak disangka sepulangnya ke rumah, Nabila mendapati pesan masuk dari Paul. Saat sedang mengetikkan balasan untuk Paul, Nabila malah mendapatkan panggilan telepon dari lelaki itu. Tak banyak yang mereka bicarakan pada malam itu. Paul hanya menanyakan jadwal kosong Nabila di hari ini. Paul hanya mengatakan jika memang Nabila memiliki jadwal kosong, lelaki itu akan mengajaknya keluar sebentar. Tanpa pikir panjang, Nabila malam itu mengiyakan ajakan Paul karena memang kebetulan waktu kuliahnya hari ini hanya pagi dan sore hari saja.

"Setelah ini kau benar tak ada jadwal apapun kan?" Tanya Paul memastikan kembali perihal informasi yang diberikan Nabila semalam.

"Ya seperti yang kukatakan semalam, aku hanya ada jadwal kuliah pagi dan jam setengah empat sore nanti." Jawab Nabila yang sebenarnya masih dipenuhi tanda tanya dalam pikirannya.

Paul mengangguk kecil, "Oke, itu waktu yang sangat cukup," lanjutnya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Nabila.

Nabila semakin dibuat kesal oleh Paul yang tak kunjung memberitahukan sebenarnya mereka akan menuju kemana. Semalam Nabila juga sempat menanyakan hal ini, namun tak dijawab oleh Paul. Apakah Paul memang sengaja mengerjainya? Ataukah memang lelaki ini ingin membalas dendam karena Nabila sempat merahasiakan rencananya sewaktu mereka mengunjungi street food yang berada di Stasiun Tebet itu? Nabila tak menyangka bahwa Paul merupakan lelaki yang sedikit pendendam.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, kita sebenarnya akan kemana?" Tanya Nabila dengan nada yang sedikit menggebu-gebu, sangat terlihat bahwa dirinya tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Tadi pagi kau sempat sarapan?" Tanya Paul dengan santai masih tak menanggapi pertanyaan dari Nabila.

Nabila menggeleng heran menanggapi pertanyaan Paul yang tak nyambung dengan pembahasan mereka barusan. Ya memang dirinya tadi pagi tak sempat sarapan karena terburu-buru mengejar waktu agar tak terlambat masuk kelas. Bang Nuca juga tadi pagi terlihat tergesa-gesa, hal itulah yang membuat kedua kakak beradik ini memilih untuk tak sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat.

Sebelum TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang