BAB XXVI Test Drive

830 127 19
                                    

Pagi hari ini, Nabila dikejutkan oleh seorang lelaki yang telah berada di depan rumahnya. Lelaki yang bernama Paul itu terlihat telah rapi dengan T-shirt putih oversize yang dipadukan dengan jeans berwarna hitam. Penampilan casual lelaki ini juga dilengkapi dengan sneakers putih yang bertengger di kedua telapak kakinya, ya menurut Nabila penampilan Paul hari ini cukup oke. Setelah meneliti cepat, Nabila langsung menatap lelaki dihadapannya itu dengan penuh tanda tanya.

"Ada apa?" Tanya Nabila langsung mengeluarkan suara karena Paul tak kunjung memberitahukan maksud kedatangannya.

Tak langsung menjawab pertanyaan dari Nabila, Paul terlihat tengah merogoh saku celana dan mengambil ponsel miliknya. Tak berselang lama dari itu, Paul menunjukkan room chat dirinya bersama seseorang pada Nabila. Nabila membelalakkan matanya sambil membaca berulang kali isi pesan yang ditunjukkan padanya itu. Setelah dirasa cukup, Paul menurunkan kembali ponsel yang sengaja dilayangkan ke arah gadis itu tanpa mengucap satu patah kata apapun.

"Hah?!" Keluh Nabila akhirnya setelah beberapa saat mencerna hal yang baru saja diketahuinya.

"Ayo cepat! Titah Paul masih dengan wajah datarnya dan mengabaikan wajah terkejut dari Nabila. "Aku tak ingin menunggu lama."

"Aku rasa kita tak perlu melakukan hal ini." Ujar Nabila mulai membela dirinya. "Bang Nuca terlalu berlebihan." Lanjut Nabila kembali.

Paul memicingkan matanya setelah mendapatkan penolakan dari gadis itu. "Bagaimanapun juga kau harus ikut denganku sekarang!" Titah Paul. "Aku telah terlanjur menerima permintaan abangmu."

Nabila tersenyum licik. "Kau tenang saja, nanti aku akan sampaikan pada bang Nuca bahwa kau telah melakukan itu semua dengan baik." Jawab Nabila menyampaikan ide yang baru saja muncul di kepalanya dengan bersemangat.

"Aku tak ingin berbohong pada abangmu." Sanggah Paul membuat Nabila mencebikkan bibirnya. "Ayo cepat! Aku tak ingin mendengarkan alasan apapun lagi dari mulutmu itu." Lanjut Paul jengah.

Nabila semakin kesal dengan lelaki di depannya itu. Namun melihat Paul yang tak kunjung mengalah, Nabila memutar otaknya kembali untuk mencari alasan agar Paul menyerah dan tak memaksanya lagi. Bagaimanapun caranya, Nabila tak ingin ide konyol dari abangnya itu terealisasikan. Urusan dengan Nuca akan Nabila urus nanti, dan untuk saat ini dirinya harus mengurusi Paul yang sudah terlanjur datang ke rumahnya.

"Jujur aku sama sekali tak mengetahui rencana ini sebelumnya." Ujar Nabila setelah beberapa saat memikirkan cara untuk menolak ajakan Paul. "Kau tahu kan ini hari libur?" Tanya Nabila. "Aku butuh waktu yang cukup lama untuk bersiap-siap." Lanjut Nabila sambil menyunggingkan senyum liciknya. Sangat tepat sasaran, lelaki ini pasti akan memilih untuk meninggalkan rumahnya karena Nabila sangat memahami jika lelaki ini tak suka menunggu.

"Take your time, aku akan menunggu hingga kau siap." Balas Paul hingga membuat Nabila membelalakkan matanya.

*****

"Kita masih bisa membatalkan ini semua jika kau ingin." Paul tiba-tiba membuka suara. "Perihal bang Nuca nanti aku saja yang mengurusinya." Lanjut Paul kembali sambil menoleh ke arah Nabila yang berada di sebelahnya.

Malam kemarin, Paul tiba-tiba mendapatkan pesan masuk dari Nuca. Garis besar dari isi pesan itu adalah Nuca meminta bantuan pada Paul untuk memantau Nabila dalam mengemudikan mobilnya pertama kali setelah sekian lama gadis itu tak pernah membawa mobil seorang diri. Nuca juga meminta maaf pada Paul karena meminta bantuan secara tiba-tiba seperti ini dikarenakan Nabila berencana akan mulai menggunakan mobilnya itu esok lusa. Seharusnya hari ini Nuca lah yang menemani Nabila, namun sayangnya hari ini lelaki itu harus mengerjakan project baru yang ditawarkan oleh dosen pembimbingnya. Ya dan karena Paul telah memilih untuk menyetujui hal itu, dirinya hari ini harus berhasil mengajak Nabila untuk turut bersamanya.

Sebelum TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang