BAB XI Kartu Nama

1.3K 183 42
                                    

"Bagaimana mas Paul? Apakah ada yang anda minati dari ketiga desain yang saya bawa ini?" Mas Adrian kembali menanyakan pendapat Paul untuk yang kedua kalinya mengenai ketiga desain yang sedang diamati oleh Paul.

"Maaf mas, masih belum ada yang saya suka." Jawab Paul lesu sambil memegang kepalanya menggunakan sebelah tangannya.

Paul dan Mas Adrian kini sedang berada di ruangan Paul untuk membahas mengenai desain pembangunan area belakang kafe 'Manpaul' . Mas Adrian ini adalah seorang dosen arsitektur sekaligus salah satu orang kepercayaan Paul untuk mendesain kafe yang saat ini dikelolanya. Area depan kafe yang telah berusia satu tahun itu sebelumnya memang di desain langsung oleh mas Adrian. Oleh karena itu, untuk desain area kafe bagian belakang sekaligus rooftop ini Paul tak pikir panjang lagi untuk memberikan kepercayaan pada mas Adrian lagi.

Sebelumnya, Paul telah mengutarakan keinginannya untuk memperluas area kafe pada mas Adrian. Paul ingin memanfaatkan lahan kosong di belakang kafenya itu untuk membangun meeting room dan karaoke room. Ide ini muncul dikarenakan customer kafe 'Manpaul' ini banyak yang berasal dari kalangan kantoran yang sering melakukan pertemuan dengan kolega mereka di tempat ini. Maklum, Senopati ini merupakan salah satu daerah pusat perkantoran. Berdasarkan hal itu, Paul berinisiatif untuk menyediakan meeting room bagi customer yang ingin bertemu kolega mereka dan karaoke room bagi mereka yang ingin melepas kepenatan setelah seharian bekerja.

Satu minggu yang lalu, Paul secara tiba-tiba ingin merevisi permintaannya untuk dibuatkan rooftop di lantai dua meeting room dan karaoke roomnya. Mas Adrian yang sebelumnya hanya diminta untuk mendesain area belakang kafe dengan tema sama seperti area depan harus merombak sebagian desain yang telah dibuatnya. Mas Adrian juga telah berjaga-jaga untuk membuat tiga versi agar Paul memiliki pilihan lain. Namun kini, tak ada satupun desain yang di ACC oleh Paul.

Mas Adrian yang sangat kebingungan mencoba membuka-buka file di laptopnya sambil mencari ide yang lebih fresh agar desain yang ditolak Paul tadi dapat direvisi kembali. Selang beberapa menit berlalu, mas Adrian tak sengaja membuka file projek besar akhir semester mahasiswa kelas yang diempunya. Kebetulan sekali, tema projek besar kala itu adalah Coffee Shop. Mas Adrian mencoba mencari beberapa desain yang menggunakan tema industrial seperti yang Paul inginkan.

"Mas Paul, apakah anda ingin melihat beberapa desain dari mahasiswa saya? Tapi desainnya masih dalam bentuk soft file." Usul mas Adrian mencoba memberikan solusi.

"Boleh mas, coba saya lihat dulu." Paul mengangguk sambil menoleh ke arah laptop milik mas Adrian. Mas Adrian mulai menjelaskan empat dari desain mahasiswa-mahasiswi yang dipilihnya. Keempat desain yang mas Adrian tunjukkan pada Paul ini merupakan desain Coffee Shop yang menggunakan tema industrial dan dua diantaranya dilengkapi rooftop.

Paul mulai bersemangat akhirnya menemukan dua desain yang menurutnya sangar dekat dengan apa yang diinginkannya. Ia kembali berdiskusi dan meminta pendapat mas Adrian untuk menentukan desain yang akan dipilihnya. Sebenarnya dua desain itu memiliki kekuatan masing-masing, namun bagi Paul ada salah satu yang sedari tadi menarik perhatiannya. Mas Adrian pun juga sependapat dengan pilihan Paul, dan akhirnya mereka memilih desain itu untuk area tambahan kafe 'Manpaul'.

"Mas, saya minta tolong agar mas Adrian mengontak pemilik desain itu untuk mengerjakan beberapa revisi yang sempat kita bahas tadi." Pesan Paul sambil membereskan beberapa berkas yang tadinya berceceran di meja kerjanya.

"Baik mas, kebetulan pemilik desain ini adalah mahasiswa akhir di Arsitektur Binus juga." Jawab mas Adrian tampak lega, terlihat dari raut wajahnya.

Akhirnya agenda rapat yang telah berlangsung dua jam itu selesai juga. Beginilah gambaran jika Paul dalam mode picky, ia akan tetap menolak jika itu memang tak sesuai dengan keinginannya. Namun jika dilihat dari hasilnya, sikap pickynya ini sangat membantunya agar yang dikerjakannya itu tak setengah-setengah. Ia akan selalu mengusahakan yang terbaik walaupun harus membutuhkan waktu yang lama seperti ini.

Sebelum TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang