↬17: sweet

143 14 0
                                    

BERITA penculikan Jaemin yang dilakukan oleh putri bungsu keluarga Im telah terdengar hingga telinga sang kepala keluarga. Tuan Im begitu marah dan merasa malu kepada Tuan Na yang merupakan ayah dari seorang pemuda yang diculik oleh putrinya sekaligus rekan dalam dunia bisnis. Ayah gadis itu memohon belas kasihan kepada Na Goong Min untuk tidak memenjarakan anaknya, ia akan menerima jika putrinya dikeluarkan dari sekolah. Sebagai gantinya beliau akan memindahkan gadis itu ke luar negeri agar tidak kembali mengganggu putra semata wayang keluarga Na itu.

Sejujurnya ia sangat-sangat malu menampakkan wajahnya pada Tuan Na. Perilaku putrinya itu membuat beliau kehilangan wajah untuk mengadap Na Goong Min. Tubuh renta beliau menunduk dalam nyaris sujud di hadapannya, harap-harap temannya ini memberi keringanan atas hukuman yang dijatuhkan untuk putrinya.

Jauh di lubuk hati Na Goong Min, ia sangat murka atas perilaku kekerasan putri temannya terhadap sang putra. Ayah mana yang tidak marah melihat putra satu-satunya yang ia jaga dan ia rawat sedemikian rupa, sekarang malah terbaring lemah di atas ranjang akibat penyiksaan yang dilakukan oleh gadis itu. Jika tidak melihat sosok Tuan Im yang merupakan teman baiknya, sudah dipastikan gadis itu hancur oleh tangannya sendiri. Na Goong Min tidak pernah main-main bila menyangkut putra semata wayangnya.

Mengembuskan nafas sejenak untuk menetralisir emosi, kemudian ia menghampiri Tuan Im yang masih setia menundukkan tubuhnya. "Bangunlah, aku sudah memaafkan anakmu." ujarnya dengan senyum tipis.

Bohong.

Jika boleh jujur ia tak akan pernah memaafkannya, sampai mati pun akan ia ingat.

"Aku akan mencabut tuntutannya, kasus ini tidak lagi ku bawa ke jalur hukum." setelah mengatakan itu Tuan Na pergi. Ia butuh mendinginkan kepala sebelum benar-benar meledak di hadapan temannya.

Langkahnya terhenti ketika merasakan getaran pada ponselnya, "Halo?" hening beberapa saat, ssetelah itu Tuan Na melangkahkan kakinya terburu-buru memasuki mobil. Kendaraan beroda empat yang dikendarai oleh supirnya itu melesat dengan sangat cepat membelah kota menuju rumah. Jantungnya berdebar kuat setelah mendapat kabar mengenai putra semata wayangnya. Ia ingin cepat-cepat sampai. Butuh waktu 15 menit untuk sampai di kediamannya.

Na Jaemin―putranya... bertahanlah, nak.

Saat mobil itu berhenti di depan pintu masuk, sang kepala keluarga bergegas keluar dari mobil dan berjalan memasuki rumahnyabertepatan dengan kedatangan ketiga putra Lee yang juga datang dengan wajah terengah-engah. Tanpa basa-basi, keempat pria berbeda umur itu berlari menaiki tangga untuk sampai di kamar Jaemin. Pintunya masih tertutup menandakan bahwa sang dokter masih di dalam dan sedang memeriksa pemuda Na itu.

Harap-harap cemas menunggu pintu di hadapan mereka terbuka. Kedua tangan Jeno terkepal erat, tubuhnya sedikit gemetar menandakan kekhawatiran sedang melandanya. Si bungsu meraih tangan kanan Jeno untuk ia usap perlahan agar sang kembaran tenang.

"Tenang, Jen." tuturnya lembut.

Tak lama pintu kamar Jaemin terbuka, seseorang yang mengenakan jas putih keluar menghampiri sang pemilik rumah. Raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa, membuat siapapun yang melihat akan berpikiran buruk. "Gimana keadaan anakku, Lee?" Na Goong Min angkat suara.

Dokter Lee menepuk pundak Tuan Na pelan, "Syok psikologi¹ yang dialaminya akibat peristiwa traumatik itu membuatnya merasa gelisah dan hal itu reaksi yang wajar." pria berjas putih dengan name tag Lee Dong Wook itu menghembuskan nafasnya pelan sebelum melanjutkan ucapannya. "Sejauh ini dia baik-baik saja, perlu beberapa hari untuk memulihkan kesehatannya."

Na Goong Min mendesah pelan, ia sedikit lega setelah mendengar penjelasan dari sang dokter yang merupakan teman baiknya juga. "Thanks, Lee." dokter itu mengangguk sebagai jawaban.

Been Through A Long Journey : NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang