↬ 19: jeno's favorite

154 13 0
                                    

a/n : udah part 19 tapi konflik utamanya belom turun, padahal janjinya cuma sampe part 20-an wkwk sorry ngulur ceritanya terus. niatnya bikin ni cerita ga bakal banyak konflik, makanya tiap part dibagi cuma sedikit sedikit krn jujur takut ngebosenin. ok mulai sekarang bakal dipadetin jadi satu biar ga banyak :D

***

SETELAH menghabiskan makan, Jaemin kembali menyandarkan punggungnya pada headboard ranjang sembari meminum air yang tadi Jeno suguhkan. Hazel cantiknya melirik ragu-ragu pada sang sahabat. Jeno yang menyadari hal itu hanya diam dengan satu alis terangkat naik, menunggu Jaemin sendiri yang membuka mulutnya untuk berbicara. Namun, setelah beberapa detik berlalu, mulutnya tetap terkatup rapat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun membuat Jeno sedikit jengah dan menarik nafas dalam-dalam.

"Kenapa?" Jaemin tak langsung membalas, ia berdeham kecil saat merasa kerongkongannya terasa kering. Padahal tadi abis minum. Netranya kembali menatap obsidian gelap milik sahabatnya, "Lo ngga makan?" Jaemin bertanya dengan suara yang tertahan di mulut nyaris tak terdengar karena suasana di kamar Jaemin yang ramai oleh teman-temannya, untung saja masih dapat Jeno tangkap dengan jelas.

Mendengar hal itu, Jeno mendengus geli. Apa yang membuatnya ragu-ragu bila hanya menanyakan sebuah pertanyaan basic yang biasa orang lontarkan?

"Iya, nanti." tubuh semampainya bangkit, kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci tangan. Melihat space kosong di atas ranjang Jaemin, Haechan beralih dari sofa dan duduk di tempat Jeno tadi.

Pemuda berkulit tan itu menatap Jaemin dengan ekspresi berbunga-bunga layaknya orang yang sedang dimabuk asmara. Kedua alisnya naik turun secara konstan membuat Jaemin jengah ingin meraup wajah menyebalkannya. "Gue denger dari kak Mark kalo Jeno tadi tidur di sini sama lo." Jaemin tahu itu bukan pertanyaan rasa ingin tahu belaka, melainkan pernyataan yang terkesan mengolok-oloknya.

"Uhuuy, pelukkan ngga?" Yangyang ikut menyambar begitu telinganya menangkap ucapan Haechan barusan. "That brat." Jaemin mendesis kesal, ucapan Haechan yang begitu lantang memancing atensi teman-temannya yang kini tengah menatapnya curiga menunggu pengakuan darinya. Ia menghempaskan nafasnya dalam satu hentakan, terlalu jengah menghadapi sikap teman-temannya yang kerap kali menggodanya bila terlihat adanya perilaku khusus dari Jeno.

Padahal, ia dan Jeno hanya sekadar sahabat kecil yang saling mengasihi. Tetapi, mereka beranggapan bahwa dirinya seperti terlibat hubungan asmara dengan si pemuda tampan itu.

"Yaelah, ngga usah ditanya." Hendery balas menyahuti Yangyang. Alis tebalnya ikut naik turun, persis seperti yang Haechan lakukan tadi.

"Berenti ngga? Sebelum gue grauk muka lo pada." mendengar jawaban frustasi Jaemin, sekonyong-konyong membuat tawa temannya meledak mengisi seluruh penjuru kamar. Hingga, terdengar oleh Jeno yang sejak tadi berada di dalam kamar mandi, ia mengernyitkan dahinya heran. Tungkainya bergerak cepat menuju kamar, ingin tahu ada hal apa di sana. Begitu sampai di ujung koridor, salah satu alisnya terangkat ketika mendapati suasana yang berubah hening dalam beberapa detik saja.

Manusia-manusia itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat dengan senyum yang berusaha mereka tahan begitu menyadari objek yang sejak tadi diperbincangkan hadir. Terkadang, respon Jeno ketika digoda tidak dapat diharapkan seperti Jaemin yang lebih ekspresif; membuat siapa pun sungkan.

Jeno mangedikkan bahunya acuh, kemudian ia berjalan mengampiri meja belajar Jaemin untuk mengambil sesuatu di dalam kantung jaket yang tersampir dipunggung kursi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Been Through A Long Journey : NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang