↬ 18: adorable

135 10 0
                                    

a/n : ceritanya ni spesial jaemin's bday, tapi telat dikit ga ngaruh wkwk. btw happy birthday Na Jaemin, love banyak banyak buat si gemesss. 

***

CUACA di siang hari ini begitu pekat oleh awan-awan hitam, menandakan sebentar lagi akan adanya turun hujan. Semilir angin berhembus kencang membawa gemerisik suara daun-daun yang bergesekkan dari segerombol pepohonan lebat di samping jendela kamar. Dengan adanya AC central di atas plafon kamar memberikan kesan ruangan terasa lebih dingin, nyaris membuat siapapun menggigil. Hal itu, menyebabkan kedua anak cucu adam yang sejak pagi tadi tertidur pulas di atas ranjang pun memilih untuk semakin mengeratkan selimut dan saling menautkan tangan.

Detik waktu terus berjalan hingga menjadi menit. Belum ada salah satu orang pun yang menggerakkan tubuhnya atau sekadar membuka mata setelah empat puluh lima menit berlalu. Terlalu nyaman, terlebih cuaca yang seakan mendukung keduanya untuk tetap bergelung dalam balutan hangat selimut. 

Memang, orang mana yang akan memilih keluar di saat seperti ini?

Di menit berikutnya, akhirnya kedua kelopak mata dengan iris hazel milik salah satu pemuda di atas ranjang itu perlahan terbuka. Pupilnya bergerak acak meneliti setiap sudut kamarnya yang sedikit gelap, hanya diterangi oleh lampu tidur yang menggantung di sisi kanan ranjang dan di atas meja sebelah kiri. Keningnya mengernyit samar merasakan perutnya sedikit berat seakan ditimpa oleh sesuatu. Lantas, bola matanya bergulir kebawah untuk melihat benda apa yang membebaninya, saat ia sadar ada sebuah tangan kekar yang melingkari perutnya―pemuda itu nyaris memekik.

Rona merah menjalar di wajah manis hingga kedua telingnya, dengan tangan yang sedikit bergetar―Jaemin si pemuda pemilik iris mata hazel itu memindahkan tangan kekar sahabatnya ke atas kasur. Pemuda manis itu menetralkan nafasnya yang sedikit memburu, perlahan tubuhnya bergerak untuk menyandarkannya pada headboard ranjang.

Kepalanya menoleh ke arah sang sahabat yang masih tertidur nyaman di bawah selimut putih miliknya. Jaemin menggerakkan tangan kirinya yang terdapat selang infus menuju rahang tegas Jeno; sahabatnya. Tangan kurusnya bergerak halus, enggan membuat pemiliknya terbangun.

Hidung mancung yang menjulang tinggi bak perosotan anak-anak itu tak luput dari tangan jail Jaemin yang mengelus-elus dengan gemas. Hal yang paling Jaemin sukai dari sahabatnya yaitu bagian hidung. Begitu sempurna. Ah, bahkan seluruh bagian tubuh yang ada pada diri sahabatnya nyaris sempurna. Sepertinya, saat Jeno diciptakan Tuhan sedang dalam keadaan bahagia. 

Merasa tak puas, Jaemin semakin gencar mengerjai hidung bangir pemuda itu membuat empunya mulai terganggu akibat rasa geli berkepanjangan. Hidung Jeno mengerut, kemudian matanya ia buka paksa. Hal pertama yang iris hitam legamnya lihat adalah wajah manis Jaemin yang sedang terkikik perlahan.

Tampaknya, Jaemin begitu puas mengganggu Jeno. 

Di hadapkan dengan manusia seindah Jaemin, membuat si pemuda tampan itu mengurungkan niatnya untuk memarahi siapa pun yang menggangu tidurnya. Jeno tak sampai hati melakukan hal tersebut.

Senyum Jeno mengembang, "You look healthy than before." ibu jarinya mengusap bibir bawah Jaemin pelan; yang kini terlihat tak sepucat pagi tadi.

Jaemin bergumam pelan mengiyakan apa yang Jeno ucapkan. Memang, ia merasa tubuhnya lebih segar dan tidak selemah sebelumnya. Bercak merah pada pipinya pun kian memudar. Rasanya, Jaemin bisa kembali berkeliling mall seharian penuh saat ini juga.

Been Through A Long Journey : NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang