↬ O4: amour

608 63 0
                                    

HARI MINGGU adalah hari yang paling dinanti-nanti oleh hampir semua manusia di muka bumi ini. Mereka yang senang bermalas-malasan bebas bermanja-manja ria di atas kasur hingga matahari sudah menjulang tinggi di langit.

Ya, termasuk Jeno, rutinitas saat weekend hanya dihabiskan dengan bermain game bersama kembarannya. Seperti saat ini, Jeno dan Eric sedang bermain play station 4 di ruang keluarga.

Mereka belum mandi ngomong-ngomong.

"LAH, RIC! FATALITY BURU!"

"LUPA GUE KODENYA, DIMANA DAH KERTASNYA?!"

"ALAH KELAMAAN!"

"Kiri, kanan, kiri, kiri, kotak. Mati lo!" Jeno tersenyum culas ketika telah menghabisi semua lawannya.

"ANJING, BANTUIN GUA!"

"Ogah, males banget gua HAHAHA!"

Eric kesal dengan Jeno, kembarannya itu hanya tertawa dan tidak berniat membantu sama sekali untuk menghabisi lawan, yang Jeno lakukan hanya tertawa dan tertawa. Raut wajah Eric begitu serius, benar benar berkonsentrasi penuh pada layar datar didepan nya. kedua belah bibirnya bergumam tak jelas– ntah sedang menyumpahi Jeno atau melafalkan kode.

Jeno benar benar terhibur ketika menjahili kembaran nya. Sesekali tidak apa-apa, kan?

TRAAAAKKK!

"Ah, anjing pegel."

Jeno mengalihkan pandangannya dari layar handphone dan menatap horor kembarannya.

"Ric—"

"BUSET JOY STICK GUA, ITU BELINYA MAHAL ANJENG!"

Ia menganga melihat joy stick hitam miliknya sudah hancur terkapar dilantai. Sedangkan sang pelaku hanya mengedikkan bahu acuh.

"Lo kan banyak duit, beli lagi aja."

"Bener bener ya, lo. Udah gila, demen banget bikin gua emosi?!"

"Tuan muda, sarapan sudah siap. Ingin sarapan sekarang atau mandi dulu?" Suara bibi Kim mengintrupsi perkelahian mereka.

"Jeno mau mandi dulu, Bi. Sekalian bangunin kak Mark deh."

"Eric juga."

"Biar Bibi siapkan airnya ya." Bibi Kim bersiap memanggil para maid untuk membantunya menyiapkan air. Namun Eric menahan lengannya, "Gausah, Bi. Kita bisa sendiri." Jeno menganggukkan kepala tanda setuju.

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut. Jika terus memaksa, sudah dipastikan akan kalah, dua banding satu. Keduanya sangat keras kepala. "Ya sudah, Bibi tinggal ke dapur ya, jika butuh sesuatu panggil Bibi."

***

Ketika Jeno keluar dari kamar mandi, ia dikagetkan dengan kedatangan seseorang. Si pemuda tersebut sedang duduk diranjang sembari memainkan handphone miliknya. Menyadari kehadiran sang pemilik kamar yang telah selesai dengan acara mandinya, si pemuda yang sedaritadi sibuk menatap layar handphone mengangkat kepala menatap Jeno.

"Oh, udah kelar? sini rambutnya gue keringin."

Jeno mengangguk, "Sejak kapan lo udah di kamar gue?" Ia memberikan handuk pada Jaemin lalu mendudukkan diri diranjang.

"12 menit yang lalu, mungkin? nunduk, gue ga sampe."

Jeno tertawa pelan, "Makanya tinggi." Dengan kejam si pemuda manis menarik kencang rambutnya.

Been Through A Long Journey : NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang