↬ O6: attention seeker

539 56 0
                                    

DIPENGHUJUNG semester pertama, kegiatan belajar mengajar tidak begitu padat. Kebetulan hari ini sedang jam kosong sampai istirahat kedua. Jeno mengajak teman-temannya untuk pergi ke kantin. "Kantin ga?"

"Bayarin ya bos?" ya, ini Hyunjin yang bicara, memang siapa lagi?

Jeno merotasikan bola matanya malas, "Hidup lo gratisan mulu, jangan-jangan semua hadiah yang lo kasi ke Felix dapet gratisan juga?"

Si pemuda bermarga Hwang melotot tak percaya, "SEMBARANGAN! Jangan ngadi ngadi lo, Jen." Suara gelak tawa memenuhi kelas XI IPA-2 yang di dominasi oleh tawa Haechan, dan Yangyang.

"Bacot, buruan dah ke kantin sebelum gue berubah pikiran. Gue nyusul sama Jaemin."

"MELUNCUR BOSKU!"

"Na, tolong telepon Chenle sama Jisung suru ke kantin." Si pemuda manis mengangguk singkat, "Oke."

Jeno merogoh kantung celana sekolah untuk mengambil handphone kemudian menekan angka dua yang langsung tersambung dengan nomor seseorang.

"Mereka udah di kantin, Jen." Jeno melirik Jaemin lewat ekor matanya dan bergumam oke tanda mengerti.

Ada jeda beberapa detik sebelum Mark– seseorang diseberang telepon sana mengangkat panggilannya.

"Sibuk ga?"

"Free, kenapa?"

"Turun, gue tunggu dikantin sama anak-anak."

"Oke, nanti gue panggil Eric biar sekalian jalan."

"Ga usah, ini gue udah di depan kelas dia, lo langsung ke kantin." Jeno melirik Jaemin di sampingnya; memberikan kode agar si pemuda manis masuk terlebih dahulu ke dalam kelas XI IPA-4 untuk memanggil Eric, Hwall, Guanlin dan Hangyul.

"Yaudah, gue tutup."

Klik.

"Bro, ayo gas lah." salah satu pemuda keturunan China merangkul pundak Jeno, nampaknya ia sedang bersemangat sekali hari ini.

Ketika jam kosong kebanyakan siswa memilih untuk pergi ke kantin atau sekedar duduk didepan teras sembari berbincang. Saat berjalan melewati lorong kelas, hampir semua mata menatap Jeno dan kawan-kawannya. Selalu seperti ini, namun mereka memilih untuk tidak peduli.

Meski terlihat bar-bar jika di kelas atau di markas, mereka cenderung pendiam, cuek, dan tidak peduli terhadap orang yang tidak dikenali. Terkecuali, Yangyang dan Hyunjin yang pada dasarnya memang sangat ramah. Ah, bukan, namun sok kenal sok dekat. Dan bahkan, Haechan yang terkenal paling rusuh, ia sangat pendiam dan terkesan jutek jika bukan dengan sang kekasih atau sahabatnya.

Keadaan di kantin cukup ramai, namun mereka tidak perlu khawatir karena tidak mendapatkan meja. Mereka memiliki meja khusus, dan tidak pernah di tempati oleh orang lain seakan-akan hanya di peruntukan Jeno dan kawan-kawan. Tidak ada satu orang pun yang berani menempati. Padahal jika di tempati pun mereka tidak begitu peduli, toh Jeno masi punya tempat lain, tepatnya di belakang sekolah.

Ntah mengapa semua siswa begitu segan. Mereka tidak akan melakukan hal-hal buruk jika tidak di ganggu. Yang selalu dipikirkan oleh orang-orang tentang mereka itu, berandalan yang hanya membuat ulah. Nyatanya mereka juga pandai dalam bidang akademik, aktif dalam organisasi, maupun ekstrakulikuler.

"Si anjir udah pesen aja." celetuk Hangyul kepada Hyunjin yang telah memesan banyak makanan terlebih dahulu.

"IRI BILANG BOS!"

"Gile, gratisan aja bangga." Hwall melemparkan gulungan tisu ke arah Hyunjin kemudian duduk di sebelah Eric. "Ga malu apa lo sama Felix? gue kalo jadi dia udah putusin lo dari lama."

Been Through A Long Journey : NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang