↬ 11: what's wrong?

451 48 0
                                    


ENTAH untuk yang ke berapa kalinya Jaemin check handphone—namun ia masih tidak mendapatkan apapun dari orang yang ditunggunya. Si brengsek itu tak mengangkat panggilannya atau bahkan sekedar membalas pesannya saja tidak.

Kegiatan ini sudah Jaemin lakukan sejak pagi tadi. Hari sudah semakin siang, dan si pemuda itu sama sekali belum menampakkan batang hidungnya. Padahal, semalam pemuda itu berjanji akan mengunjungi rumahnya karena berhubung Jaemin sedang tidak ada jadwal pergi bermain bersama Geng rumpi. Kalau kata Jeno sih begitu.

"Dia kemana sih?"

"Lama banget dah!"

"Sial! orangnya baik-baik aja kan?"

"... tunggu, kenapa gue jadi khawatir?" Jaemin membenturkan kepalanya frustasi pada tembok kamar. Mengapa ia sepanik ini hanya karena si pemuda itu belum menghubunginya?

Tidak seperti biasanya.

Na Jaemin, mengapa kau tak pergi saja kerumahnya untuk memastikan?

"Oh, ya, gue harus kerumahnya, awas aja kalo ternyata orangnya lagi santai lupa sama janjinya. Rencana gue mau minta anter beli sepatu di mall jadi gagal!" Tak peduli sebanyak apa ia menyumpahinya, Jaemin masih merasa kesal dan belum puas.

Jaemin beranjak dari kasurnya kemudian mengambil handphone, jaket dan kunci mobil.

Ketika hendak meraih gagang pintu kamarnya, pintu itu terbuka terlebih dahulu yang menampakkan sosok wanita terkasihnya.

"Kakak mau ke rumah Lee, ya?" Jaemin mengerutkan dahi bingung, darimana ibunya tahu?

Seingatnya, ia belum membicarakan apapun.

"Iya, kok mommy tau?"

"Tau, apasih yang mommy gatau tentang kamu." Kedua sudut bibir Jaemin terbentang lebar tatkala mendengar guyonan sang ibunda.

"Iya deh percaya, mom." Ibu Jaemin merangkul pinggang putranya yang jauh lebih tinggi. "Ayo, turun. Oh, ngomong-ngomong mommy bikin sesuatu buat kamu kasih ke calon mantu mommy."

"Anak mommy sebenernya siapa sih?" Melihat Jaemin merajuk, membuat sang ibu gemas ingin mencubit pipinya.

"Kamu dong, dia kan calon mantu mommy." Ibu Jaemin menyenggol pelan lengan anaknya. Sedangkan Jaemin, dengan mati-matian mencoba meredam rasa malunya.

Mommy-nya ini kenapa jadi suka menggoda sih?

"Ah, apaan deh. Udah cepetan mommy mau nitip apa buat dia."

"Aih—anak mommy salting ceritanya?"

"Engga! Mom, stop please~"

Wanita paruh baya itu masih gencar melayangkan guyonan kepada putra semata wayangnya yang membuat ia semakin memerah padam. Ah, kapan lagi melihatnya seperti ini?

Jaemin yang sedang merajuk adalah hal yang paling menggemaskan, mengingat setiap harinya pemuda itu lebih sering menampakkan raut datar saat di hadapan orang lain. Sang ibu tak menyukai raut wajah itu, beliau rindu Jaemin yang dulu.

Kalian tahu, Jaemin kecil terlalu polos dan lugu, ia terlalu mudah dibohongi. Namun, sampai suatu hari ia tahu satu rahasia yang membuatnya berubah menjadi pribadi yang dingin dan sulit disentuh seperti sekarang. Mereka berpura-pura menjadi teman yang baik, yang ternyata hanya ingin memanfaatkan hartanya saja. Ketika dibelakang, mereka menjelek-jelekkan namanya. Brengsek sekali bukan?

Been Through A Long Journey : NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang