𝙲𝙷𝙰𝙿𝚃𝙴𝚁 𝟷𝟶

9 3 0
                                    

Maaf ya guys kalo update nya udh gak seminggu sekali😭🙏🏻 karna kesehatan autor plus ada banyak urusan. Sekiam dan terimakasih☺️

Jangan lupa tinggalkan jejak ya😍

Gak papa deh sepi yang penting masih semangat buat lanjut next chapter!☺️

Gak papa deh sepi yang penting masih semangat buat lanjut next chapter!☺️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••
~Happy reading guy's🤗🥰❤️
•••


Bel istirahat berbunyi. Zergan bersama ke-enam sahabatnya itu hari ini tidak pergi ke kantin, melainkan ke lapangan bermain basket. Di sana banyak sekali teriakan nyaring para gadis yang menyemangati mereka bertujuh. Seperti biasalah untuk cari perhatian. Padahal mereka hanya bermain biasa saja bukan bertanding resmi.

Zergan, Regha, dan Khanza mereka satu regu tim. Sedangkan regu tim satunya lagi terdiri dari Givano, Fathan, dan Ezio. Fhadli menjadi wasit, meskipun terjadi perdebatan kecil di antaranya, karena terkena semprot dengan omelannya Ezio. Kali ini mereka bermain setelah dari lapangan.

"Zergan ganteng semangat!!!"

"Kak Zergan hati-hati mainnya!!"

"Givano keringatan gitu aja seksi banget anjir!!"

"Khanza o.m.g!!!"

"Astaga naga rambut Regha kiyowo!!"

"Ezibi juga tuh manis banget tapi oon, tapi manis gimana dong?"

"Fatlle vibes nya jatuh kayak material boyfriend gak sih?!!"

"Fhadli juga padahal cuma jadi wasit, aduh pusing gw sama anak Zarcon!"

Teriakan mereka itu terus menusuk di telinga mereka bertujuh tanpa berhenti. Khanza dan Ezio memanfaatkan hal kesempatan ini dengan cara melepas seragam milik mereka sehingga roti sobek yang mereka punya itu terlihat jelas di mata para ciwi-ciwi.

"Passing, Sa!" ujar Zergan.

Ditengah asiknya bermain, tiba-tiba terjadi kejadian yang sangat tidak terduga dari mereka. Dan itu membuat Fhadli sebagai wasit menggeleng-gelengkan kepala heran dan sedikit frustasi.

Fhadli segera menghentikan permainan mereka. "Lo ngapain berdiri di situ, bangke?" tanyanya pada Ezio.

Ezio kali ini berdiri di tempat pepohonan yang rindang dan juga dingin di pinggir lapangan basket. "Ngadem. Panas banget dunia ini, anjir. Gw sayang kulit,"

"Alay banget lo! Muka lo udah dekil gak usah alay. Ayo lanjut main, nanti gw beliin lulur merk Mustika Ratu!" bales Fathan.

Arsena yang berjalan dengan santai sambil melewati pinggir lapangan. Tanpa melihat kanan dan kiri depan belakang, ia tengah fokus membaca buku komiknya yang di iringi dengan music yang ia pakai airport di telinga miliknya.

ARSENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang