CHAPTER 8

177 7 0
                                    

*****
HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE
!!!

"Raka ada yang sakit nak?"

Raka yang baru sadar menggeleng pelan, walau kepalanya merasa sakit dia tidak ingin membuat Bu Sofiah yang sedang menatapnya lebih khawatir lagi.

kening Raka di perban karna luka di kepalanya cukup parah dan sempat di jahit, hidungnya juga terpasang nasal cannula. dia baru sadar beberapa menit yang lalu dan akan segera di pindahkan keruang rawat biasa.

manik berwarna coklat karamel itu bergulir, dia tidak melihat reja sejak tadi. keadaan reja baik-baik saja kan?

mulut Raka mencoba bergerak untuk bersuara, namun yang keluar hanya hembusan nafas pelan. suara Raka terasa tersangkut di tenggorokan, dia juga merasa haus karena tenggorokan yang kering.

"apa nak? ibu tidak bisa dengar" ujar Bu Sofiah saat melihat Raka seperti ingin mengatakan sesuatu.

Bu Sofiah beranjak untuk memanggil suster yang berjaga di ruang ICU itu, kemudian dia kembali bersama sang suster.

"ada yang bisa saya bantu?" suster itu melihat gelagat Raka yang membuka mulut, dia kemudian permisi sebentar kepada Bu Sofiah.

tidak berapa lama suster itu kembali datang dengan segelas air juga pipet ditangan nya, Raka di minta membuka mulut nya dan sang suster meneteskan air menggunakan pipet secara perlahan agar Raka tidak tersedak.

setelah beberapa tetesan Raka memberi tanda bahwa dia sudah selesai minum, suster itu pun pergi dari sana dan membiarkan keduanya. matanya melirik Bu Sofiah, Raka mencoba kembali mengeluarkan suaranya, walau kecil namun kini Bu Sofiah dapat mendengarnya.

"e-eja" Raka berucap sangat amat pelan.

Bu Sofiah yang mengerti jika Raka mencari reja langsung mengatakan jika reja menunggu di luar, Raka pasti juga mengkhawatirkan reja.

"eja tunggu di luar, yang boleh masuk kesini hanya satu orang nak. nanti ketemu eja kalo udah pindah ke ruangan biasa ya sayang"

dengan sangat pelan Bu Sofiah mengusap punggung tangan Raka yang tidak tertanam jarum infus. beliau sangat bersyukur karna salah satu anak asuhnya ini sudah sadar, dokter menjelaskan jika kondisi Raka mulai membaik hanya tinggal perawatan biasa untuk luka-luka yang ada di tubuh remaja mungil itu.

"permisi Bu, pasien sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat biasa. jadi mohon ibu untuk keluar agar suster bisa mempersiapkan pasien untuk pindah ruangan"

seorang perawat laki-laki menghampiri Bu Sofiah dengan suster yang tadi membantu Raka datang. Bu Sofiah kemudian mengatakan akan menunggu di luar kepada Raka yang langsung di angguki pelan oleh Raka.

setelahnya Raka di pindahkan keruang rawat kelas 3 yang berisikan 4 orang, Raka mendapat ranjang nomer 4 yang paling pojok dekat dinding.

saat ini Raka sedang tidur setelah mendapat makan juga meminum obatnya, dia di temani reja yang duduk sembari menatap Raka yang tertidur.

ibu Sofiah sendiri izin pulang dulu untuk membawakan baju ganti serta makanan Raka juga reja. walau Raka mendapat jatah makan dari rumh sakit namun dia tahu bahwa Raka tidak menyukainya, makanan rumah sakit tidak ada rasa katanya.

"maafin gue ka" lirih reja menggenggam tangan Raka.

Raka tidak terganggu sekali dalam tidurnya, sepertinya efek meminum obat sebelum tidur tadi membuat tidur anak itu pulas tak terganggu.

"cepet sehat biar bisa buat gue kesel lagi, gue kangen ocehan lu"

*****

"POKOKNYA ASHA MAU KETEMU BANG EJA SAMA BANG RAKA!!" Jerit Yasha memenuhi ruang inap VIP nya.

saat ini Yasha tengah mengamuk, tadi dia sempat mengajak Abang sulungnya untuk ke ruang ICU bertemu Reja namun saat sampai disana reja juga Bu Sofiah sudah tidak ada.

suster yang berjaga mengatakan bahwa Raka sudah di pindah ke ruang rawat biasa, Yasha meminta untuk menemui mereka tapi Elshan menolak.

"dek, nanti yah. nanti kita kesana, tapi sekarang adek istirahat dulu" ujar Elshan mencoba menenangkan Yasha.

Alshan yang tadi baru masuk pun di buat bingung, dia sempat menanyakan pada sang Abang namun abangnya hanya menjawab dengan tidak jelas.

"dek udah dong nanti malah drop loh" Alshan pun mencoba mendekat kearah ranjang Yasha namun malah lemparan bantal yang didapat.

Yasha  menangis dengan dada yang naik turun secara memburu, nafasnya mulai memberat karna terlalu banyak teriak juga menangis secara bersamaan.

melihat itu tentu membuat kedua Abang kembarnya panik, mereka tidak ingin adiknya kembali kambuh.

"Al panggil dokter Herman cepet"

Alshan mengangguk dan kembali keluar dari ruangan itu meninggalkan keduanya didalam, sementara Elshan mendekat untuk menenangkan adiknya kembali agar nafasnya teratur.

"dek tenang sayang, nafasnya jadi sesak kan"

tidak berhasil. Yasha masih terus menangis dengan nafas yang tercekat, anak itu juga mulai terisak.

"udah ya nangis nya, nanti makin sesak"

dada sempit Yasha diusap pelan oleh Elshan, pemuda itu mencoba menghilangkan sesak pada adiknya walau dia tahu itu percuma.

"kenapa alshan lama sekali" gumam nya sedikit geram karna dirasa alshan terlalu lama hanya untuk memanggil dokter.

"a-asha huhh asha-mau hu... mau bang akha-"

*****
TO BE CONTINUE

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang